selesai menonton film Ago dan Raline sempat pergi makan dan bermain di timezone. Keduanya keasyikan bermain di sana sampai lupa waktu, jika saja Raline tidak mengecek jam di tangannya mungkin keduanya masih bermain di timezone saat ini.
Pulangnya Ago memutuskan untuk mengantar Raline sampai rumah, cewek itu bilang jika ia pergi ke mall tadi menggunakan taksi. Dan beruntungnya Ago karena ia membawa mobil hari ini.
Raline pikir hari ini akan berakhir baik-baik saja, Ago mengantarnya pulang dengan selamat dan ia yang langsung mengistirahatkan tubuhnya saat sampai di rumahbnanti. Tapi ternyata salah, Ago memang mengantarnya dengan selamat sampai rumah.
Dan ternyata Geva ada di depan rumahnya, duduk di atas motor besarnya sambil memainkan HP. Raline mendesah kecil.
"dia ngapain di depan rumah lo?" tanya Ago. Cowok itu menatap ke arah Raline penuh tanya.
"enggak tau." Raline melepaskan seatbelt-nya, kemudian turun dari mobil.
Atensi Geva kini teralih penuh kepada Raline yang baru saja turun dan menghampirinya.
"lo ngapain di sini?"
Mata Geva menatap ke belakang, dimana Ago juga baru turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri mereka. Raline menghela nafasnya kecil, sebentar lagi pertengkaran diantara dua cowok itu akan di mulai.
"gue nungguin lo." Jawab Geva ketika Ago sudah berada diantara mereka.
"malam-malam gini?" tanya Ago dengan mata menatap lawannya tajam.
"well... ada masalah sama lo?" tanya Geva balik.
Ago tersenyum tipis. "lo cemburu karena Raline jalan sama gue?"
"kenap—"
"udah, udah." Raline menengahi keduanya. Menatap Ago dan Geva bergantian. "mending kalian pulang, enggak enak kalau tetangga gue ada yang lihat."
Ago melipat kedua tangannya. "gue bakal pulang kalau Geva juga pulang."
"apa-apaan? Gue ke sini mau ketemu Raline, gue mau bicara sama dia."
"ya udah, kalau gitu gue tetap di sini sampai kalian selesai bicara."
Emosi Geva mulai memuncak, ia turun dari atas motornya, berdiri tepat di hadapan Ago.
"denger ya, sat. Gue pengen bicara ber-DUA sama Raline. Yang artinya gue pengen lo pergi sekarang!"
"emang Raline—"
"lo berdua bisa pergi sekarang, nggak?" usir Raline dengan suara yang dingin. Ia mulai lelah dengan perdebatan dua cowok tersebut.
"tapi, Lin—"
"enggak! Gue mau kalian pulang sekarang, gue capek dan mau istirahat. Kalau ada yang mau lo omongin bisa besok atau enggak chat gue nanti, Gev."
Ia menatap Ago dan Geva bergantian. "sampai sini ngerti?"
Kedua cowok itu sama-sama menghembuskan nafas mereka kasar, Geva menatap tajam Ago sesaat lalu naik ke atas motornya dan melaju pergi.
"lo mendingan pulang juga, Go." Ucap Raline.
Ago mengangguk kecil. "iya, gue pulang." Cowok itu lalu masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi.
Raline menghela nafasnya lega.
***
"gue kalau jadi lo mungkin udah gue pukul kepala mereka!"
"kalau gue bodoamat, langsung masuk ke dalam rumah aja."
Tanggap Unna dan Delmora begitu selesai mendengar tentang kejadian semalam dari Raline. Ketiganya sekarang berada di tempat les, walaupun weekend tapi akademik mereka tetap memasukkan jadwal di akhir pekan.
Pelajaran mereka juga baru selesai tadi dan sekarang ketiganya sedang duduk bersantai di cafe depan akademik, jadinya Raline bisa dengan leluasa berbicara dengan kedua sahabatnya tersebut.
"tapi Geva ada chat lo, nggak habis itu?" tanya Unna.
Raline menggeleng kecil, itu juga yang membuatnya heran. Biasanya Geva akan mengirim pesan atau voice note random kepada Raline. Tapi sekarang notif di HP-nya sepi. Tak ada pesan dari cowok tersebut.
"Geva enggak mungkin ngambek, kan?" tanya Delmora sambil meminum jus semangkanya.
Raline mendengus kecil. "ya kali." Gumamnya, tapi di dalam hati ikut menyetujui ucapan Delmora.
"eh, gue pulang dulu. Abang gue udah jemput." Ujar Delmora sambil membereskan barang-barangnya dan bergegas keluar cafe.
"Lin." Panggil Unna pelan.
Cewek itu menoleh. "apa?"
Unna menatapnya sedikit tak yakin. "enggak deh, gak papa."
Raline mengerutkan keningnya heran. "apa sih, Na?" tanyanya penasaran.
Unna seperti ingin mengatakan sesuatu kepada Raline tapi cewek itu tak kunjung mengatakannya sejak tadi, sejak berada di kelas. Kan Raline jadi penasaran dibuatnya.
"lo kalau mau ngomong-ngomong aja."
Unna menyendokkan es krim choco mint ke mulutnya. "jangan kaget tapinya, ya?"
Dibilang seperti itu malah membuat rasa penasaran Raline semakin menggebu-gebu. Cewek itu mengangguk cepat. Unna menghembuskan nafasnya perlahan, hal yang akan ia sampaikan ke Raline sekarang bukanlah hal yang menyenangkan.
"Geva kemarin ada chat gue." Unna menatap Raline ragu, apa lagi saat sahabatnya itu sudah menatapnya serius.
"terus?"
Unna meneguk salivanya cepat. "katanya Olin hari ini sudah balik ke Indonesia." Ucapnya cepat dengan sekali tarikan nafas.
Hening. Raline langsung terdiam beberapa saat setelah mendengar pernyataan Unna. Kedua tangannya langsung ia turunkan dari atas meja.
"mungkin alasan Geva ke rumah lo tadi—"
"bagus lah." Tanggap Raline menyela ucapan Unna. Cewek itu menghembuskan nafasnya kecil, tangannya mengambil kopi milky latte-nya dan meminumnya beberapa tegukan.
"Lin..." cicit Unna sambil memegang bahu sahabatnya itu.
"akhirnya mereka bisa bersatu lagi, Na. Bagus kalau gitu, Geva bisa berhenti ngejar gue dan gue akhirnya bisa fokus ke masa sekarang." Ucap Raline dengan mata yang menatap ke arah gelas kopinya.
"lo tau sendiri—"
"gue mau pulang, Na. Gue duluan, ya?"
Sahabatnya itu melemparkan senyum kecil ke arahnya, mengambil tasnya kemudian beranjak pergi. Unna menatap sendu punggung kecil Raline dari balik jendela cafe.
Ia merasa bersalah sekali kepada Raline sekarang, seharusnya tak usah Unna bilang agar Raline tak sedih seperti tadi.
TBC.
yuk mampir yuk, mumpung masih hangat✨
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Fiksi Remaja"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...