"Gevaaaa!!!" panggilan melengking itu membuat telinga semua orang dikoridor berdenging, Olin dengan semangat berlari menerobos kerumunan untuk menghampiri cowok yang kini baru saja keluar dari dalam kelasnya.
Unna yang ada di ambang pintu mendengus melihat kehebohan anak itu, ia lalu menatap Geva yang nampak acuh dengan pekikan Olin barusan.
"pacar lo tuh," ucapnya menyindir sang sahabat.
"heh? Pacar siapa? Pacar gue ada di kelas IPS," jawab Geva disertai senyuman jahilnya.
Unna menyipitkan matanya lalu menjitak kepala Geva, "urusin dulu masalah sama Olin!" tegurnya.
"emang gu—"
Belum selesai Geva berbicara tubuhnya sudah diterjang dengan pelukan Olin, cewek itu langsung menempel layaknya perangko, hal yang membuat sebagian orang curi-curi pandang dengan mereka.
"Lin, kita masih di sekolah," ujar Geva sambil menjauhkan diri dari cewek tersebut.
"ih kenapa? Biarin aja, mereka sirik tahu enggak bisa kek kita," ucap Olin manja dan kembali menempel pada Geva.
Unna sudah menunjukkan wajah menjijikkannya, cewek itu mendengus melihat kelakuan Olin. Dari pada lama-lama di sana lebih baik Unna segera pergi.
"dah lah, mending gue datangin Raline aja," ucapnya sengaja.
"ngapain lo?" sahut Geva.
Cewek itu tersenyum manis, "cariin Raline cowok baru asik keknya, ya?"
Mendengar itu membuat Geva sedikit panik, sudah cukup Ago sebagai rivalnya dalam mendapati Raline jangan sampai ada orang lain lagi.
"heh! Jangan macam-macam lo!"
Unna tertawa kecil, "lah emang kenapa?" ia menatap keduanya bergantian, "lo, kan sudah ada Olin."
Olin tersenyum lebar dan semakin memeluk Geva erat, "ih, Unna, peka deh."
"Unna." Geva memanggilnya serius.
Cewek itu mengangkat kedua bahunya, "gue cuman mau ngajak Raline jalan kok, healing dari masalah gue."
Lalu ia pergi, menuju ke gedung IPS untuk menjemput sahabatnya itu. Meninggalkan Geva dan Olin di koridor yang masih cukup ramai.
"lepas bisa gak?" Geva langsung bersikap dingin, mendorong sedikit tubuh Olin karena jujur ia tak nyaman ditempeli seperti itu.
Olin memasang wajah cemberutnya, "kok kamu jadi dingin gini sih sekarang? Katanya waktu itu masih suka sama aku."
"perasaan suka gue sama lo sudah hilang, gue sekarang sukanya sama Raline." Jawab Geva tegas.
Olin melipat kedua tangannya dan menaruh di atas dada, telinganya menjadi panas karena sedari tadi pembahasan selalu menyangkut Raline, saudara tirinya tersebut. Emosinya juga masih belum turun setelah percakapannya dengan Raline tadi malam.
"apa sih spesialnya Raline?" celetuk Olin yang sudah tak bisa menahan diri lagi.
"Gev! Masih mending aku kemana-mana! Aku cantik, penari balet, mantan ketua cheerleader, aku sering menangin banyak perlombaan juga! Kita itu cocok!" Olin sedikit meninggikan suaranya.
"kamu anak basket! Aku anak cheerleader! Kamu berprestasi, so do i! orang tua kita dukung hubungan kita! Banyak yang lebih suka kamu sama aku ketimbang Raline dan juga orang tahu kalau kamu itu punya aku! Cuman punya ak—akh!!"
Omongannya terputus saat Geva tiba-tiba saja mencengkram kuat kedua bahu Olin, pandangannya lurus menatap retina cewek itu, begitu tajam dan dingin sampai Olin di buat takut olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Jugendliteratur"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...