BAB 16

632 95 53
                                        

"gimana kalo lo nginep aja disini?"

Emilly mengambil bantal sofa yang ada di sampingnya lalu melemparnya ke arah laki-laki itu "Gila ya lo, ya kali!"

"apanya yang salah? Lo bisa tidur di kamar gue, gue tidur disni, lo tinggal kunci kamar aja. apa yang mesti lo takutin?, atau..." Sakha menggantungkan kalimatnya, lalu menatap gadis itu dengan mata yang sedikit menyipit "kalo lo takut, kita bisa tidur bareng mung -"

"gue di kamar!!" potong gadis itu, sedangkan Sakha hanya menyeringai

Tiba-tiba saja ponsel Emilly berdering, gadis itu sedikit membungkuk dan lalu merentangkan tangannya kedepan untuk mengambil ponselnya yang berada di atas meja, Emilly membelalakkan mata saat mengetahui siapa yang melakukan panggilan video malam-malam membuat Sakha mengkerutkan dahinya

"Siapa?"

"Papa! Video Call!, Sttttt" Emilly menaruh telunjuk bibirnya, mengisyaratkan laki-laki itu untuk diam. Jarinya lalu menggeser layar itu untuk mematikan panggilan itu. Kemudian meneleponnya kembali dengan panggilan biasa

Sambungan tersambung

"Kenapa telepon papa di matiin?!!" Omel seseorang di seberang sana sampai - sampai gadis itu menjauhkan ponsel dari telinganya

"Kameranya pecah pa, tadi jatuh di kamar mandi" alasan gadis itu membuat Sakha mengulum bibirnya menahan tawa

"Trus kamunya gimana? Video Call papa sekarang!, pinjem Hp Mbo Im dulu, atau Ellin kan katanya dia nginep dirumah. Pake Hp dia dulu, lagian kamu masih punya laptop, computer, Tab. Ga ada alasan ya! papa mau lihat keadaan kamu, mau cek mata kamu masih lengkap nggk? hidung sama mulutnya ketuker nggk? kan berabe kalo papa sama mama pulang nggk bisa ngenalin kamu nanti"

Emilly memejamkan matanya, selalu seperti ini. Papa Emilly merupakan tipikal orang tua yang sangat over protective kepada anaknya, terutama pada Emilly mengingat dulu gadis itu pernah di culik dan mengalami trauma yang berat bahkan sampai sekarang.

"Males pa buka laptop atau PC, Tab nya juga lupa Illy Charger. Mbo Im sama Ellin udah tidur, gaenak ah bangunin mereka"

"Sekarang papa pesenin Iphone baru, paling besok sampe rumah. Lagian ngapain sih ke kamar mandi bawa Hp?"

Gadis itu terlihat menghela nafasnya "dengerin sportify pa"

"Kan ada spiker, emang kurang besar suaranya? Perlu papa orderin spiker baru buat kamu?"

"Ehh - ehh gak perlu pa, Janji deh ga keulang lagi" Emilly terlihat memijat keningnya, membuat Sakha benar-benar terawa kali ini, Emilly menatapnya dengan tajam. Gadis itu terlihat lucu ketika sedang panik atau marah.

"Siapa itu ketawa?" tanya papanya, suaranya terdengar tidak santai. Sakha yang mendengar dengan samar refleks menyapa

"Hallo Om An -" Namun sapaan itu terpotong ketika Emilly tiba-tiba maju, dan setengah menindih tubuhnya sembari membekap bibirnya dengan tangan mungilnya itu.

"Pa, Farren bangun, mau nidurin Farren dulu ya, bye"

TUT!

Gadis itu menutup sambungan secara sepihak, lalu menatap laki-laki yang sedang ia bekap bibirnya. Laki-laki itu benar-benar membuatnya ingin meremas wajah seseorang saat ini. Bagaimana jika papanya curiga, dan mengetahui ia akan menginap di apartemen laki-laki? Gila! Bisa-bisa papanya akan memesan tiket pesawat dan flight malam ini juga hanya untuk mensidangnya 24 jam penuh dengan omelannya.

Namun saat ingin menatap sekaligus meluapkan rasa kesalnya pada laki-laki itu, ia dapat melihat mata Sakha menatapnya dengan lekat, membuatnya sedikit terhenyuh. Mata itu benar-benar cantik. Dengan tangan yang masih membekap bibir Sakha, tiba-tiba ia bisa merasakan sesuatu bergerak dalam dekapannya. Gerakan itu terasa begitu lembut, namun bisa membuat bulunya meremang seketika

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang