Sebuah mobil sport berwarna merah terlihat baru saja melawati sebuah gerbang, dan melaju memasuki pekarangan rumah yang sangat besar. Mobil itu terhenti dekat dengan pintu utama rumah besar berdominasi warna putih itu.
"mampir dulu?" Tanya seorang gadis yang terlihat sedang berusaha melepaskan seatbelt yang menahan tubuhnya, menolehkan kepalanya pada laki – laki yang duduk di kursi kemudi itu. Laki – laki itu menggeleng.
Kedua insan berlawanan jenis itu adalah Emilly dan Daniel, sebelumnya Emilly sudah berjanji akan pulang dengan Sakha, namun laki – laki itu mendadak memiliki urusan mendadak dengan clubnya sehingga Daniel menawarkan diri untuk mengantarnya. Menolak? Tentu Emilly tidak melakukan itu, atas dasar apa ia menolak ajakan mantan kekasihnya itu terlebih hubungan diantara mereka sudah semakin membaik.
"lain kali deh, kadang aku masih nggk enak sama papa – mama kamu, karna pernah nyakitin hati anaknya.. gimana ya masih canggung akunya"
Emilly mengangguk pelan "yaudah kalo gitu aku, turun yaa.. makasih udah nganterin balik"
"apapun untuk tuan putri, pasti hamba lakukan" Daniel sedikit membungkukan badan seperti seorang kesatria yang sedang membungkuk pada seorang putri raja dengan seatbelt yang masih mengikat tubuhnya pada sandaran kursi mobil. Emilly tak bergeming ketika laki – laki itu melakukannya, seperti dejavu dengan kalimat yang di lontarkan oleh Daniel.
Sebutan itu, Tuan putri.. hal itu membuat sekelebat bayangan Sakha mucul dalam pandangan matanya dengan samar.
"kok bengong sih?" Daniel mengacak – ngacak pucak kepala gadis itu, membuat yang punya rambut menjadi tersadar
"gapapa"
"hari ini acara kamu apa aja?"
"hari ini?? Umm belum ada acara apa sih. Kenapa?"
"hanya bertanya saja. Aku fikir kamu ada janji sama Sakha atau Adrian.."
"trus kalo aku ada janji sama mereka?"
"ya gapapa.. jalan aja.. kamu kan udah kasih mereka kesempatan buat deketin kamu.. lagian kamu bakal milih aku kan? ya aku harap sih kamu pelan – pelan bisa kasih tau mereka.. cepat atau lambat kamu akan kembali sama aku setelah aku selesaiin urusanku dengan Amanda"
"aku selesaiin urusan aku sama Amanda, dan kamu selesaiin urusan kamu dengan mereka.. aku gak mau ada yang terluka di sini"
Emilly menyipitkan matanya "sejak kapan kamu sedewasa ini? Biasanya kamu hanya mentingin perasaan kamu aja"
Laki – laki itu tersenyum "semenjak aku sadar, aku menyukai kamu dan pentingnya arti persahabatan kita"
"widihh.. iye aja dehh, buat yang mau tobat"
"tobat? Pake kata itu aku keliatan kayak orang yang berdosa banget "
"kan emang iyaa!, Yaudah gihhhh aku mau turun, pulang sanaa!"
"Ngusir?"
"Iyaa lo ngusir, Byeee!!" Emilly membuka pintu mobilnya namun saat ingin keluar dari mobil merah itu, tiba – tiba tangannya di tarik, sehingga membuatnya terduduk lagi di kursi penumpang itu
CUP!
Daniel mengecup punggung tangan milik gadis itu membuat Emilly diam sejenak
"Gihh masuk!!, Bye!!" Daniel tersenyum tulus, melepaskan genggaman tangan itu. Dengan buru – buru Emilly keluar dari mobil berwarna merah itu, ia tak mengucapkan sepattah kata pun dan langsung masuk ke dalam rumah besar melalui pintu utama tersebut
Daniel terkekeh melihat tingkah lucu mantan kekasihnya itu, mengapa gadis itu sangat lucu dan menggemaskan. Kemana saja ia selama ini? Seandainya ia menyadari perasaannya lebih awal. Pasti ia tidak akan melewatkan setiap moment yang mereka lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Teen FictionKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya