Dua orang yang berlawanan jenis itu sama-sama terdiam, keduanya menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu, lebih tepatnya memikirkan apa yang sudah mereka lakukan beberapa menit yang lalu. Mereka tahu ini salah, tapi itu terjadi begitu saja. Nama Daniel tiba-tiba hilang dari fikiran Emilly sebagai kekasihnya, begitu juga dengan Sakha, ia melupakan sahabatnya itu.
Mereka diam membisu, tidak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu, suasana menjadi canggung. Sakha tidak bisa seperti ini, setidaknya hal ini harus di bicarakan, minimal ia harus mengatakan permintaan maaf pada gadis itu karna berbuat terlalu jauh
"lly.. sorry.. gue kebawa suasana" sesal laki-laki itu, kepalanya menoleh ke arah gadis itu. Emilly menggigit bibirnya "gue salah, gue gak bermaksud – "
"bukan sepenuhnya salah lo kha" potong gadis itu "gue yang mau tadi, bullshit kalo gue gak kebawa suasana juga" Emilly menunduk
"Tapi kalo boleh jujur, rasanya beban yang ada difikiran gue hilang gitu aja, ringan banget rasanya" Emilly cukup miris mengatakannya, ia seperti gadis tidak tahu malu mengatakan itu, tapi itulah kenyataannya.
Tiba-tiba gadis itu memalingkan wajahnya ke arah samping, lalu tak lama tubuh gadis itu bergetar, mulai terdegar suara isakan-isakan kecil dari gadis itu. Tentu saja hal itu di ketahui oleh Sakha. Sakha langsung menghampiri Emilly, bersimpuh di lantai lebih tepatnya di bawah gadis itu, sambil kepalanya mengadah ke atas, mencoba untuk melihat wajah gadis itu
"lly.. lly.. gue salah.. gue yang salah, elo jangan nangis. Gue .. harusnya gue, gak cium mata lo, gue kebawa suasana, gue harusnya gue gak ngelakuin itu.. lo jangan nangis, lo mau tampar gue? tampar aja gue gapapa" Laki -laki itu benar-benar merasa bersalah, ia mencoba menenangkan gadis itu dengan menyalahkan dirinya.
"Engga.. engga gitu kha.. gue.. gue cuma.. " Gadis itu semakin terisak "gue, gue malu sama lo Kha, gue beneran malu, gue juga merasa bersalah khaaa.."
"gue hina banget ya sampe ngejadiin lo pelampiasan gue, cuma buat ngebales rasa sakit yang udah Daniel kasih ke gue selama ini"
"Rasanya gue bener-bener pengen bales dia dengan cara ciuman sama lo, sahabat baiknya sendiri"
Nyesss
Sakha memejamkan matanya saat gadis itu mengungkapkan hal itu, ternyata ia hanya di jadikan plampiasan saja. Ciuman itu hanya sebuah emosi dan rasa sakit dari gadis itu saja. Sakha tersenyum miris kepada dirinya sendiri
"Tapi yang bikin gue bener-bener malu .. "Emilly menggantungkan kalimatnya "disisi lain gue.. gue malah ngerasa lebih tenang, rasanya beban gue ilang semua"
"Gue malu sama lo! Lo sahabat gue, gue nggk seharusnya ngelakuin ini ke lo!"
Gadis itu terisak, ia menumpahkan segala hal yang ia rasa saat ini, ia menangis, menangis sejadi-jadinya "gue mina maaf khaa.. gue minta maaf.. lo pasti jijik sama gue"
Sakha menggeleng cepat "Nggk lly..gue gak jijik sama lo, gue gak berfikir kayak gitu. Lo gak boleh nyalahin diri lo sendiri, ini juga salah gue lly"
Sakha menangkup wajah gadis itu "Lly liat gue!, liat wajah gue"
"Terlepas dari alesan lo itu, gue juga kebawa suasana lly. Lo gak perlu sepenuhnya nyalahin diri lo sendiri"
Sakha menghapus air mata gadis itu "lo jangan nangis, gue gak mau liat lo nangis lagi" Sakha menghapus air mata gadis itu, lalu beranjak dari posisi yang sebelumnya bersimpuh di lantai, menjadi duduk di tepi kasur di samping gadis itu. Tangannya membawa kepala Emilly untuk berada di pelukannya, menenangkan gadis itu.
"kalo lo risih, lo lupain aja ya"
"Terkadang kita harus melupakan sesuatu yang membuat kita menjadi tidak nyaman" Ucap laki-laki itu sambil tersenyum miris
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Fiksi RemajaKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya