BAB 36

510 86 102
                                    

Emilly tersenyum menyeringai saat menatap tulisan besar yang ada di depan sana, kepalanya di miringkan sebesar 45 derajad dengan tangan yang terlipat di dada, matanya kini beralih menatap gadis yang berada di depan layar itu, gadis itu tampak menatapnya dengan pandangan tidak suka. Tidak hanya gadis itu, semua orang ini menatapnya dan mulai saling berbicara membuat keadaan Auditorium tidak kondusif, dan semua berspekulasi hal ini pasti ada sangkut pautnya dengan kandasnya hubungan Daniel dan Emilly.

Para anggota osis lainnnya, terlebih anggota di bidang keamanan dan kedisiplinan mulai meminta agar para-audience untuk diam agar acara bisa berjalan dengan lancar dan cepat, karena mereka mengambil dua jam pelajaran hanya untuk menyampaikan informasi mengenai program dari kepala sekolah. Tentu Amanda yang mulai sadar dengan tugasnya mulai bingung harus bagaimana, jika ia melanjutkan ia akan merasa sangat canggung untuk menjelaskan, sedangkan jika ia pergi dari tempatnya, hal itu bukanlah sikap bijak.

Amanda dengan wajah yang sedikit gelisah memberikan kode untuk tim keamanan agar segera menghampiri tim operator, namun tim keamanan menyilangkan tangannya yang artinya ia tidak bisa melanjutkan presentasinya lagi, karena pihak operator hanya menggunakan file yang berada di dalam flashdisk dan itu di buat oleh Amanda sendiri. seperti tamparan untuk dirinya bagaimana slide selanjutnya bisa terhapus begitu saja, ia belum selesai menjelaskan materi, dan sekarang berhenti di tengah jalan begitu saja. Dengan wajah yang memerah gadis itu pergi meninggalkan Auditorium, yang membuat semua murid bersorak padanya, bisa – bisanya para anggota osis itu mengumpulkan mereka untuk hal yang tidak penting seperti ini.

Emilly tersenyum saat melihat gadis itu sedikit berlari meninggalkan ruangan, mendengar kalimat – kalimat kekesalan para siswa yang mulai bubar membicarakannya, bahwa dialah dalang yang membuat presentasi sekertaris osis itu berantakan, banyak yang juga membela Emilly dengan mengatakan bahwa wajar Emilly melakukan hal itu karena Amandalah yang menjadi penyebab kandasnya hubungan Emilly dan Daniel. Namun, pembicaraan – pembicaraan pro kontra seperti itu ia tidak hiraukan.

"Lly kita perlu bicara" Daniel mencoba untuk menarik tangan Emilly, ia mencoba untuk membicarakan hubungan mereka, bagaimana pun tak sepantasnya Emilly berbuat seperti itu, bukankah itu sebuah tindakan yang bisa di katakan terlalu berlebihan untuk mempermalukan Amanda, hanya karena tidak terima dengan berakhirnya hubungan mereka sekarang.

Namun sebelum tangan Daniel menarik tangan mantan kekasihnya itu, dengan cepat tubuh Sakha langsung menghalangi jangkauan Daniel pada Emilly, yang otomatis membuat kedua lelaki itu saling berhadapan satu sama lain

"Kha, biarin gue bicara sama Milly dulu. Lo minggir" Daniel terlihat mencoba untuk menggeser posisi Sakha, namun Sakha tetap bersikukuh untuk menghalangi

"Tidak untuk kali ini" Jawabnya singkat matanya menerawang masuk menatap mata Daniel

"Gue Cuma mau ngomong doang, bentar. Lo kenapa sih?!" Daniel terlihat kesal karena Sakha tidak menghiraukan ucapannya. Hanya untuk berbicara dengan gadis itu, sekarang rasanya benar – benar sulit. Semenjak hubungan mereka berakhir, bahkan gadis itu terus menjauhinya, membuatnya benar – benar sangat frustasi

"Lo ga ada hak buat ngelarang gue ngomong sama dia!! Lo.. Minggir sekarang!!" mendengar itu membuat Sakha terkekeh, lalu menatap Daniel dengan lekat

"Trus lo fikir lo berhak? Lo udah putus, lo – "

Kalimat Sakha terhenti ketika seseorang menarik lengannya "udah kha, gapapa gue bakal denger dia mau ngomong apa"

"Lly!!" Sakha membulatkan mataya, gadis ini selalu saja seperti ini, bahkan sudah disakiti pun ia masih memberi kesempatan laki – laki itu untuk berbicara padanya

"kalian sama – sama gak berhak, cuma gue yang berhak mau atau engga ngomong sama dia"

Jawaban Emilly itu membuat Daniel tersenyum. Dengan perlahan, Emilly memposisikan dirinya berada di depan Sakha. Sedari pagi ia selalu menghindari melakukan kontak langsung dengan mantan kekasihnya itu hanya untuk bisa menetralkan suasana hatinya, karena setiap melihat Daniel air matanya benar – benar mulai menggenang. Jadi akan lebih baik ia tidak melakukan kontak secara langsung dengan laki – laki itu.

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang