BAB 42

535 80 71
                                    

Seorang gadis terlihat sedang duduk di bangku panjang yang ada di halaman Villa itu sambil menikmati minumannya, ia menatap ke arah depan melihat dua orang yang sedang bermain skateboard. Gadis itu sempat bingung dari mana kedua orang itu mendapatkan skateboard, apakah di sekitar Villa ada arena bermain yang bisa memperjajakan skateboard atau ada yang menyewakan. Matanya mengamati kedua orang itu, mereka benar – benar terlihat sangat akrab bermain bersama dan saling tertawa, kakinya dengan lihai memainkan papan kayu beroda itu tanpa terjatuh.

Emilly tersenyum hambar, bukan liburan seperti ini yang ia harapkan, semuanya sibuk dengan aktivitasnya masing – masing Erland dan Adrian bermain skateboard di halaman Villa, Sakha yang sedari tadi diam di kamarnya entah sedang mengerjakan apa, Chandra yang pergi dari Villa dan belum kembali, padahal sudah 3 jam ia pergi dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, Evellyn yang pergi berjalan – jalan sendiri di sekitar pesisir, tiara yang menonton di ruang tengah, Viona .. gadis itu tampak tak banyak berbicara hari ini, lalu dimana Daniel dan Amanda? Keduanya sedang duduk di bibir pantai menikmati indahnya lautan yang langsung terhubung ke Samudra hindia.

Emilly menghela nafasnya, laki – laki itu sama sekali tidak berubah sedikitpun. Memperbaiki hubungan persahabatan? Hubungan persahabatan yang mana yang sedang ia perbaiki, selama tiga hari ini laki – laki itu terus berada di samping Amanda. Bukan salahnya dan salah teman – temannya jika membuat gadis itu seolah – olah sedikit di asingkan, karena memang sejak awal ia dan teman – temannya tidak terlalu dekat dengan gadis itu.

Emilly menyipitkan matanya melihat ke arah bibir pantai, dari sini ia sudah bisa melihat kedua orang berlawanan jenis itu tengah berbincang – bincang sambil sedikit tertawa. Laki – laki itu terlihat sangat bahagia, senyumnya mengembang sangat lebar, tangannya yang kekar mengusap pucak kepala gadis di sampingnya itu.

Sinetron! Decihnya

Bahkan Emilly kini mulai tidak bisa membedakan rasa sakit dengan rasa kesalnya, keduanya berbaur menjadi satu. Ia terlalu lelah menangisi laki – laki itu, harinya begitu buruk pasca berpisah dengan Daniel. Jika di tanya apakah ia masih mencintai laki – laki itu, tentu sampai sekarang jawabannya adalah Iya! Ia masih sangat mencintai mantan kekasihnya, tak ada yang tahu bagaimana sulitnya menjadi dia, mencintai sahabat sendiri sedari kecil, tanpa ada perasaan yang terbalas.

Emilly terkekeh kecil menertawakan dirinya sendiri, sampai kapan ia kan menutupi rasa sakitnya. Sudah tiga hari berlalu selama liburan ia menahannya, ia tidak mau terlihat sedih di hadapan teman – temannya, ia berusaha mungkin untuk mengikuti semua aktivias tanpa memperlihatkan kesedihannya itu, tentu sulit.. tetapi ia harus bagaimana lagi?

Emilly meminum minumannya memakai sedotan, sudah tiga per empat ia habiskan smoothy strawberry itu sembari melamun memikirkan perasaannya, namun tiba – tiba ia tersentak ketika seorang laki laki mengambil sedotan minumannya, dan meminum smoothynya dengan jarak yang sangat dekat dengan wajahnya. Seorang laki – laki yang rambutnya terlihat sedikit berantakan, menyedot minumannya hampir tak bersisa sama sekali. Tentu ia sempat terkejut, namun ia tidak langsung menjauhkan wajahnya, bahkan Emilly melihat laki – laki itu minum hingga minumannya habis.

Tak lama laki – laki itu menjauhkan wajahnya "ahhh segerr" ungkapnya sedikit lega, langsung duduk di samping Emilly, ia tampak beristirahat sejenak sembari melihat Erland yang memasih memainkan skateboardnya

"smoothy gue itu"

"gapapa berbagi buat calon suami lo sejak dini, anggep aja latihan" celetuknya asal

"kalo gue jadi istri lo, gue bikinin kopi pait setiap hari"

"gue minum kok, sellow"

"pake air mendidih, biar bibir lo melepuh"

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang