Seorang laki – laki terlihat tengah mendorong Troli yang berisi banyak sekali bahan belanjaan bulanan, milik seorang wanita yang umurnya berkisar 40 tahunan bersama dengan seorang gadis yang berjalan lebih dahulu, Kedua ibu dan anak itu telihat berbicara sambil memilih – milih barang belanjaan mereka, sangat banyak bahkan troli itu sudah hampir penuh.
Mereka adalah Adrian, Emilly dan Diana yang tak lain adalah mama Adrian, sore ini mereka sudah ada supermarket di salah satu mall yang ada di Jakarta. Jakarta? Memang Emilly dan lainnya sudah kembali ke Jakarta di hari yang sama saat Emilly dan Sakha kembali dari Jimbaran. Ternyata pada malam Sakha dan Emilly menghilang Gevan sempat di hubungi oleh Sathya, ayah Sakha, meminta agar Sakha kembali ke Jakarta esok harinya.
Entah apa yang menyebabkan pria itu tetap ngotot untuk meminta putranya pulang. Dari suaranya di telepon, Gevan bisa mendengar ada suara kesal dari nada bicara pria itu. Itulah yang menyebabkan Gevan meminta Chandra untuk segera ke ruang tengah malam itu saat bertemu dengan Viona. Chandra, Gevan, Erland, dan Adrian malam itu benar – benar di buat kelimpungan. Pertama tentang Emilly dan Sakha yang hilang tanpa memberi kabar, kedua ayah Sakha ikut memperkeruh suasana dengan meminta putranya kembali secepatnya.
Apakah Sakha melakukan sebuah kesalahan hingga Sathya semarah itu?
Entah, tidak ada yang tahu soal itu
Ini adalah hari kedua mereka di Jakarta, Setelah kembali ke Jakarta Sakha bahkan tidak terdengar kabarnya, nomornya tidak bisa di hubungi. Kemana laki – laki itu? Apakah ia di bawa ke luar kota lagi oleh orang tuanya, lantaran ada undangan jamuan makan malam untuk keluarganya? Karena biasanya Renata dan Sathya sering mengajak putra sematawayangnya ini untuk ikut dalam berbagai undangan keluarga rekan bisnis ayah dan bundanya.
Kemana laki – laki itu? Benar – benar seperti menghilang di telan bumi.
"Maa, aku pengen makan salmon malem ini, sekalian dong maa" laki – laki itu menunjuk sebuah box freezer besar yang ada di samping kanan mereka
"Nak Milly kamu mau beli apa? biar tante bayarin" Tanya wanita itu tak menghiraukannya, bahkan ia menengokkan kepalanya pada gadis yang ada di sampingnya yang otomatis membuat Adrian merotasikan bola matanya. Ini sebenarnya yang harusnya mencari perhatian itu siapa?
Bukankah harusnya ia yang mencari perhatian pada gadis itu? Tapi mengapa sedari tadi mamanya selalu menstir Emilly sesuka hati dan menjauhkan gadis itu darinya. Emilly juga sama saja, gadis itu bahkan membuat ia di abaikan oleh mamanya kali ini.
Siapa sebenarnya yang mencari perhatian disini. Niat hati ingin memperlancar pendekatan dengan gadis itu berkedok mengantar mamanya berbelanja bulanan, namun bukankah ini sudah melwati batasannya? Ia benar – benar merasa di abaikan oleh kedua orang itu
"ohh enggk kok tante, gada yang mau Milly beli" Jawab gadis itu dengan senyum di bibirnya
"Serius? Gapapa loh.. anggep aja lagi belanja sama mama sendiri"
Adrian meletakkan dagunya pada telapak tangannya, menopang sikunya pada besi pegangan di troli tersebut "kalo manggil 'mama'nya sebagai calon mantu sih gapapa ya. tapi kalo mama minta dia manggil 'mama' sebagai anak kandung mending gak usah ya, buang jauh – jauh fikiran mama itu .. anak mama itu udah empat. Cukup tau diri aja, udah tua"
"kok tante merinding ya?, kayak ada bisikan – bisikan mistis gitu? Kamu denger gak lly?" wanita itu tidak menoleh, ia mengambil beberapa kotak tissue di rak
"mama mah gitu. Gak asik banget. Tega ya bikin anaknya kelaperan"
"lly, menurut kamu siapa yang gak tau diri itu siapa?" Tanya wanita itu menatap gadis disampinganya

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Fiksi RemajaKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya