BAB 56

400 70 125
                                        

Sudah 10 menit tidak ada pembicaraan diantara Sakha dan Milly. Keduanya tampak diam tanpa sepatah kata pun, Sakha bukannya tidak mau berbicara, bahkan ia sudah berusaha mengajak gadis itu berbicara namun gadis itu malah diam, tidak memperdulikannya.

Tapi bagaimana pun ia harus menjelaskannya, jika tidak itu akan menjadi lebih runyam terlebih lagi rumah gadis itu sudah sangat dekat. Tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan semuanya

CITTTT!!!!

Sakha menginjak pedal rem mobilnya sedikit menepi, ia mematikan kendaraannya itu lalu membuka sabuk pengamannya, duduk menyamping menghadap gadisnya itu

"bunda bilang apa sama kamu??" Sakha mencoba menggenggam tangan gadis itu, namun gadis itu malah menarik tangannya kembali "kamu dari tadi gak jawab pertanyaan aku, kamu kenapa?"

Masih tidak ada gubrisan, Sakha menghela nafasnya pelan "bunda cerita tentang Reina?"

Tentu saja pertanyaan itu membuat Emilly menoleh ke arah Sakha, dengan tatapan tidak percaya "kamu udah tau, dan kamu masih bisa nanya aku kenapa dari tadi?? Cihh!!" Wajah Emilly terlihat memerah saat mendecih, pelupuk matanya sudah mulai banyak menampung air sejak di rumah Sakha tadi

"lly.. aku gak suka sama cewe itu, aku sayangnya sama kamu bukan dia" Sakha masih berusaha memengang tangan gadisnya, namun gadis itu masih bersikukuh tidak mau di pegang oleh Sakha

"Jangan sentuh!! Atau aku turun?!" ancam gadis itu

"Sayang sama aku? Tapi kamu mau di jodohin??" Gadis itu terkekeh menyembunyikan rasa sakitnya "udah sebulan, dan kamu sama sekali gak ada cerita sama aku??"

"bukannya aku gak mau cerita, aku gak mau nyakitin kamu – "

"dan kamu udah nyakitin aku Sakha!!!"

"lly.. bukan begitu .. "

"setiap satnight kamu batalin semua plan kita.. untuk dia. Itu artinya kamu udah milih dia Sakha.. "

Emilly menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, membenam tangisnya di sana, ia tidak mau tangisnya di lihat oleh Sakha. Sakha langsung memeluk gadisnya itu dan tentu saja membuat Emilly bergerak dengan refleks memukulnya agar di lepaskan. Sakha tidak perlduli jika ia harus di pukuli oleh gadis itu, ia benar – benar tidak perduli yang ia fikirkan adalah ia harus memenangkan gadisnya terlebih dahulu dan menjelaskan semuanya.

Pukulan yang semula terasa kuat bahkan Sakha bisa merasakan sedikit sakit perlahan – lahan pukulan itu melemah, gadis itu terisak menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lagi.

Sakha melepaskan sabuk pengaman yang mengikat gadis itu lalu membawa gadis itu kedalam pelukannya, meraih kepala gadis itu lalu membenamkan di dadanya.

Perih? Sakit?

Sakha bisa menebak hal itulah yang di rasakan gadis itu saat ini, di lihat dari isakannya yang sepertinya susah sekali gadis itu kontrol. Sakha memejamkan matanya, selama ini ia sudah sering sekali melihat Emilly menangis sangat sering, bahkan ia ketika gadis itu menangis ia juga merasakan sakitnya. Namun kali ini berbeda, hal yang lebih membuatnya sakit adalah, bahkan saat ini ialah penyebab gadinya ini menangis.

"maafin aku"

Gadis itu bisa mendengar, dua kata yang terdengar berat itu. Bahkan dua kata itu kembali membuatnya lebih sakit. Tentu saja Emilly makin terisak membenamkan wajahnya di dada Sakha.

"kamu jahat" Lirihan Emilly terdengar sangat menyakitkan

"iya aku jahat" laki – laki itu lebih mengeratkan pelukannya, suaranya terdengar sangat rapuh

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang