Siang itu cuaca terik, sedangkan bel istirahat pertama sudah berbunyi dimana itu akan membuat udara akan terasa semakin pengap karena banyak siswa yang berbondong-bondong pergi ke kantin sekolah untuk menikmati makan siang.
Bersekolah di AEIS sangat menguntungkan bagi para siswa, walaupun kantin terasa sangat penuh, mereka tidak akan takut akan kehabisan makanan atau tidak mendapatkan tempat duduk. Karena AEIS memiliki aturan tersendiri dalam menertibkan siswanya untuk berbelanja di kantin.
Sambil beristirahat, siswa bisa mendengarkan segmen #ceritabarengAEIS dimana itu adalah salah satu segmen yang dimiliki oleh tim eksrakurikuler Mading dan Radio, dimana pada segmen itu, para anggota akan membacakan cerita curhatan para siswa di AEIS, biasanya segmen ini dimanfaatkan oleh para siswa untuk meluapkan kekesalannnya, kesedihannya, kekecewaannya, mengungkapkan perasaan bagianya, menyetakan cinta atau bahkan menyampaikan ujaran kebencian pada seseorang.
Tim Mading dan Radio akan merahasiakan identitas si pengirim jika pengirim meminta untuk namanya di rahasiakan, terkadang juga pengirim tidak mengikut sertakan namanya, sehingga tim tidak perlu lagi menghilangkan namanya.
Tok! Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan mikrofon dari seluruh pengeras suara yang ada penjuru sekolah. Saat itu di meja yang berada paling ujung seorang gadis sedang menikmati menu makan siangnya. Emilly gadis itu sudah mulai bersekolah setelah beristirahat di rumah selama kurang lebih 2 hari pasca pemulihan luka pada lutut yang ia alami. Ia sudah mulai bisa berjalan walaupun terkadang masih dengan tertatih-tatih, bahkan lututnya sampai saat ini masih di balut oleh kain kasa dan betadine.
"Baik teman-teman AEIS saya akan membacakan 7 pesan yang masuk pada hari ini untuk menemani makan siang kita, selamat mendengarkan" Begitu ucap operator dari ruang radio. Operator itu mulai membaca satu persatu pesan yang masuk pada email resmi ekskul mading dan radio.
Para siswa terlihat menikmati makan siang mereka dengan baik sambil mendengarkan radio sekolah, bahkan di hari itu ada yang menyatakan cinta melali radio membuat salah satu bangku di meja kantin itu penuh, ada yang confess di meja itu.
Chandra tersenyum remeh namun tangan dan matanya terfokus pada game online yang sedang ia mainkan "kekanak-kanakan" ujarnya 'bisa nggk sih lo berenti buat segmen norak kayak gini?" Tanyanya pada Gevan yang sedari tadi memainkan ponselnya
Gevan menatap heran temannya itu "dihh siape elo? Lo bilang norak karna lo belum pernah berada pada fase sebucin itu sama cewe. Kali-kali lo stuck sama satu cewe bisa gak sih?"
Chandra menyeryitkan alisnya "ups sorry, lo ngerasa kesindir ya. Aduh gue lupa kalo lo juga pernah ngelakuin hal norak kayak gitu, waktu itu gimana? Lo nembak Shenna? itu pas kita lagi kumpul di auditorium ya, lo naik podium trus ngeklaim Shenna jadi pacar lo"
"Bentar-bentar.. gimana ya lo ngomongnya?" Chandra menutup mulutnya, mengambil nafas dalam-dalam
"Mulai sekarang Shenna pacar gue, siapapun yang berani gangguin Shenna bakalan berhadapan sama gue" Chandra menirukan aksi yang di lakukan Gevan saat itu "Sumpah ya Van, lo tuh cringe bangeshbcjdbfsbxhsb" ucapan Chandra terhenti saat Gevan sudah menjejalkan sebuah roti bulat dengan ukuran sebesar kepalan tangannya pada mulut Chandra
"Berisikkk!!" Dengus Gevan kesal
"Ahh Chan, kalah kan.. lo sihhh ngebacot mulu" kesal Daniel, karena game yang dimainkan bersana Chandra mengalami kekalahan
"Salahin Gevan lah, jejelin mulut gue roti, kan gue jadi gak fokus"
"Enak kan rotinya?? Enak??" Gevan memutar bola matanya, ia benar-benar kesal dengan laki-laki yang ada di sampingnya itu

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Roman pour AdolescentsKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya