Kericuhan yang terjadi diantara para tamu dikarenakan satu notifikasi yang muncul pada ponsel mereka membuat Sakha dan Emilly bisa pergi dari pusat dansa itu. Keduanya kini sedang berada di halaman belakang rumah besar itu dekat dengan kandang anjing milik Gevan, tidak ada tempat lain lagi untuk pergi, satu-satunya akses keluar dari rumah itu adalah melalui pintu belakang. Jika mereka tetap berada di ruang pesta itu, mereka pasti akan menjadi buah bibir dari orang orang. Mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan tadi sangat nekat dan kemungkinan akan menimbulkan banyak sekali spekulasi antara Emilly, Sakha dan Daniel.
Namun belum sempat mereka pergi dari rumah itu, Emilly sudah lebih dulu merosotkan tubuhnya pada ding-ding halaman itu, ia duduk di lantai dengan kakinya lurus ke depan kedua tangannya menutup wajahnya. Ia bingung harus bagaimana sekarang, semunya kacau. Bahkan untuk berjalan pun kini ia tak mampu, yang ia fikirkan saat ini adalah bagaimana hubungannya dan Daniel kedepannya, apakah ini akhir untuk mereka? lalu bagaimana dengan persahabatan yang telah mereka jalani selama ini? Bagaimana dengan Sakha? ia tidak bermaksud membawa Sakha dalam masalah percintaanya. Bagaimana jika hubungan Sakha dan Daniel menjadi renggang, mengingat keduanya sangat dekat, bagaimana tanggapan Chandra dan Gevan hanya karena keegoisannya untuk membalas rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
Tidak hanya itu, bagaimana dengan keluarganya? Saat ini yang terpenting baginya adalah harga diri keluarganya, masalah ini tidak hanya keluarga Daniel dan keluarganya saja, tapi bagaimana dengan tanggapan dari keluarga Sakha.
Sakha menghela nafasnya ia juga bisa merasakan apa yang kini gadis itu rasakan, bahkan ia pun tidak pernah membayangkan ia akan melakukan itu. Tapi entah bagaimana nantinya, ia akan menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depannya
"Apa yang lo fikirin sekarang?" Tanya Sakha pada gadis itu, ia mengulurkan tangannya, meminta gadis itu untu bangun dari duduknya, karena menyadari lantai itu sedikit kotor
Emilly menggelengkan kepalanya "semuanya.. semuanya terasa rumit khaa.."
"persahabatan kita, persahabatan orang tua kita, gue bahkan nggk tau gimana cara ngehadapin anak-anak besok di sekolah" Emilly kembali menangkupkan kedua tangan pada wajahnya
Sakha menatap gadis itu, meraih pundak gadis itu lalu membenamkan kepala gadis itu dalam dekapannya "maafin gue, seharusnya gue gak senekat itu"
"harusnya gue – " ucapan laki-laki itu terhenti ketika ia merasakan kedua tangan gadis ini melingkar di pinggangnya
"nggak, dengan lo cium gue, gue bisa membalas sakit hati gue ke Daniel.. tapi..." Emilly menjeda kalimatnya "tapi gue terlalu egois sampai-sampai gue ngelibatin lo dalam permasalahan ini" Gadis itu mulai terisak di dalam sana, membenam tangisnya "gue.. gue terlalu egois sampai merusak persahabatan kita, persahabatan orang tua kita juga"
Sakha memejamkan matanya sembari mendongakkan kepalanya ke atas, memang benar perkataan gadis itu, bagaimana nasib persahabatan ke empat keluarga besar itu nantinya. "maafin gue Sakha, karna gue ngelibatin lo"
Sakha membuka matanya lalu mengusap pucak kepala gadis itu "Enggak, gue yang cium lo. Gue kebawa suasana, gue merasa bersyukur kaki lo gak kenapa-napa pas loncat tadi, harusnya gue gak ngelakuin itu"
Emilly mendecih di dalam dekapan itu, lalu ia bergerak sedikit menjauh agar bisa menatap mata laki-laki itu "gue bahkan rela first, second, sama third kiss gue sama lo ketimbang sama Niel"
Sakha menautkan alisnya "lo benci sama dia?"
"Tidak" gadis itu menggeleng "gue cinta banget dia"
"lalu?"
"gue hanya kecewa.."
"gue masih bisa tahan kalo dia jalan sama gadis lain, tapi.. bawa gadis lain di depan mama, papa, dan Erland bahkan di di depan banyak orang itu sama dengan ngerendahin keluarga gue, dan gue nggk bisa terima itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Teen FictionKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya