BAB 6

650 106 15
                                    

Sakha dan Emilly memutuskan untuk kembali, tapi bukan kembali kelapangan namun ke ruang kelas, karena tadi Chandra sempat menelfonnya, dan menanyakan keberadaan mereka. Keduanya berinisiatif untuk langsung datang ke kelas.

Laki-laki itu mengunci pintu ruang musik, dan keduanya langsung menuju tangga untuk bergegas ke lantai 2. Namun saat ingin menuruni tangga, Sakha menghentikan langkah gadis itu, merentangkan kedua tangannya agar gadis itu berhenti

Sakha tampak kebingungan, Emilly adalah gadis yang pintar, ia sangat mengetahui gelagat yang di tunjukkan oleh laki-laki itu

"kenapa?"

"umm.. gue tadi udah kunci ruang musik belum ya?"

"udah kok"

"ah masa?, gue lupa, gue cek lagi deh"

"Udah, orang gue liat sendiri kok lo ngunci pintunya tadi

Emilly hendak melanjutkan langkahnya, tapi tiba-tiba laki-laki itu menghalanginya lagi

Gadis itu memutar bola matanya "apa lagi sih kha?"

Laki-laki itu tampak menggaruk tengkuknya yang tak gatal "kayaknya handphone gue ketinggalan"

"itu" Emilly menunjuk saku celana depan milik Sakha

"udah ah minggir"

Emilly menyingkirkan tangan laki-laki itu, dan lanjut menuruni tangga. Sedangkan laki-laki itu memejamkan mata, dan sedikit menggelengkan kepalanya pelan

Hadeh, gak tau deh

Mata Emilly tiba-tiba menangkap dua orang berlawanan jenis berada di tikungan tangga, ia sangat mengenali keduanya. Itu adalah Daniel dan Amanada. Gadis itu bergegas menuruni tangga, dan langsung merampas plester yang sedang Daniel pegang dengan sedikit kasar. Tentu saja kedua orang itu sempat tersentak dengan kedatangan Emilly yang secara tiba-tiba.

Emilly membuka bungkusan plester itu, sedikit berjongkok melihat luka gadis di depannya. Ia dapat melihat sedikit luka, hanya sedikit kita-kira hanya satu centi dan tidak dalam, bisa di bilang luka tipis dan kecil.

Ia lalu mengambil mengambil alih salep dan cuttonbud yang ada tangan kiri Daniel, membuka dan mengaplikasikannya pada lutut gadis di depannya itu.

"Kenapa bisa gini?" tanya Emilly sembari mengoleskan lutut gadis itu dengan salep.

"tadi dia kepeleset di tangga, di tangga ad – "

"Aku gak tanya kamu" Emilly memotong ucapan Daniel

"Tap kan, dia lagi – "

"yang sakit itu lututnya, bukan bibirnya. Kamu ngewakilin dia ngomong seakan kamu tau kronologinya dan kamu seharian sama dia dari tadi" Ucapan gadis itu sangat tenang namun sangat mengintimidasi

Daniel bungkam, Sakha menarik lengan Daniel, menaruh telunjuknya di bibir sambil mengedipkan kedua matanya pada Daniel.

'Diem dulu' begitulah kira-kira isyarat Sakha pada Daniel.

"kenapa bisa gini?" Emilly mengulang pertanyaannya dengan lebih tenang pada Amanda, tangannya sudah selesai memplester luka di lutut gadis itu. Amanda sebenarnya malas menjawab pertanyaan gadis itu, karena gadis itu seperti sedang cemburu berlebihan terhadapnya. Tapi ia memutuskan untuk tetap menjawabnya

"Iya, gak sengaja gue kepeleset, tangganya licin tiba-tiba aja ada bedak tabur disini"

"lain kali hati-hati, emang lo tadi ngapain?, sampe gak liat ada bedak berserakan segini banyaknya"

Amanda melirik Daniel sebentar "jalan, ngobrol sama Daniel"

Emilly tersenyum remeh "okey" gadis itu menjeda kalimatnya

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang