BAB 37

595 92 110
                                        

Gadis itu merasa pernafasannya tercekat saat ia mendengar sesuatu yang terdengar sangat berat menggema di telinganya

'Cuma gue yang boleh liat pipi tomat lo itu'

Jika tidak salah telinganya mendengar, kalimat itu yang di bisikkan oleh laki – laki di depannya dengan pelan. Entah perasaan apa yang berkecambuk di hatinya, ia dapat merasakan hatinya benar – benar berdebar saat ini. Wajah laki – laki itu menjauh lalu tersenyum ke arahnya, entah Emilly juga tidak bisa mengartikan senyum itu.

Sakha kemudian kembali memasuki mobil, namun kali ini ia sudah berada di posisi yang seharusnya untuk menyetir. Emilly membuang pandangannya, tangannya memegang dada untuk mendeteksi detak jantungnya, hal itu membuat Sakha yang sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal itu tersenyum.

Setelah 3 menit berlalu tanpa ada obrolan apapun, Emilly memalingkan pandanganya, bukankah seharusnya mereka pergi ke arah kanan? Mengapa Sakha mengemudikan mobilnya ke kiri.

"Lho kok ke kiri?" Tanya gadis itu sedangkan Sakha hanya terkekeh tanpa menjawab

Ini seperti dejavu untuknya, ia pernah mengalami hal ini bersama Sakha, kapan? Emilly memutar memorinya kembali berusaha untuk mengingat – ingat kapan ia pernah mengalami hal ini bersama Sakha. Ahh iyaa saat ia berlatih koreo marching band dilapangan malam – malam untuk pertunjukan pensi esok harinya, ya laki – laki ini bukannya membawanya pulang namun malah membawanya ke apartemennya

"Lo nggk lagi mau bawa gue ke apartemen lo kan?" Tanya Emilly sambil menyipikan matanya menatap Sakha

"Tapi sayangnya kita bakal kesana"

Emilly menyernyitkan alisnya "mau ngapain? Bukannya lo lagi tinggal sama bokap nyokap lo dirumah bukan di apartmen?"

"Tapi untuk bayar hutang lo, sepertinya kita harus kesana"

"Hah hutang apaan, gue gak pernah ngerasa punya hutang apapun sama lo ya"

Sakha menggelengkan kepalanya, tak menyangka gadis itu akan lupa akan hal itu. Ia lalu mengambil ponselnya lalu memperlihatkan sebuah bukti chat antara ia dan Emilly "Lo masih mau bilang lupa?

"Lo minta gue buat ajarin lo matik, tugas yang di kasi kak Revi. Sebagai bayarannya gue minta waktu lo atau melakukan sesuatu buat gue. Itu Hutang pertama lo ke gue. Itu emang gak ada bukti Chatnya, soalnya itu kejadiannya langsung di kelas"

"Kedua, ini" Sakha menggoyangkan ponselnya "Lo nyuruh – nyuruh gue tidur cepet, karena kemarinnya gue jagain lo yang lagi sakit akibat trauma lo yang takut gelap itu kambuh, setelah rumah lo mati lampu sepulang dari acaranya Evellyn. Inget kejadian itu? dan gue nurut, asal lo buatin atau masakin gue burger, donat, tiramisu cake, chiken steak. Boba, dimsum, sama sushi. Bukan beli, tapi lo yang masakin sendiri"

"Nah sekarang gue lagi pengen makan Chiken steak, bukankah itu waktu yang tepat buat lo nyicil bayar hutang lo?" Tanya Sakha degan kepala sedikit dimiringkan, smirk terukir di bibirnya

Emilly menghela nafasnya, bisa – bisanya ia lupa akan janjinya itu. Tidak! Bukan dia yang salah, tapi Sakha lah yang salah, bisa – bisanya laki – laki itu mengingat hal yang sudah lama berlalu bahkan ia sudah melupakan hal itu.

"Kha.. itu udah lama banget.. udah beberapa bulan yang lalu. Ya kali gue inget. Beli jadi aja deh, masak itu ribet.. trus menu lo kebanyakan, masa setiap lo pengen makan, gue harus bolak – balik apartemen lo. Kan gak lucu"

"Lo lucu kok'

Gadis itu memutar bola matanya "Bukan gue, tapi – "

"Kalo bayar hutang, ya harus ada effort"

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang