BAB 25

607 84 149
                                        

Perlahan mulai terlihat gerakan halus dari kulit tipis kelopak mata seorang gadis yang kini terbaring dalam ruangan bernuansa putih itu. Gerakan halus itu berhasil membuka kelopak matanya, dari semula tertutup, menyipit, lalu terbuka dengan lebar. Hal yang pertama kali ia lihat adalah lampu yang menempel pada plafon putih ruangan itu. Hidungnya langsung menjalankan fungsinya, ia bisa mencium aroma obat-obatan yang sangat menyengat di ruangan ini.

"Akhhh" pekik gadis itu, ketika ia merasa sedikit sakit pada rahangnya, ia baru ingat beberapa waktu lalu ia sempat terkena pukulan saat ingin memisahkan pertengkaran antara Adrian dan Daniel.

"Lly, lo udah sadar??" Gadis itu bisa mendengar suara Sakha, namun yang muncul di depannya adalah dua pria yang wajahnya kini tengah babak belur. Mereka adalah Sakha dan Adrian. Emilly memegang kepalanya, ia merasa sedikit pusing karena mencoba mengingat-ingat kejadian beberapa waktu lalu.

Bukankah Sakha tidak ada di sana? Kenapa laki-laki itu bisa babak belur?

"minum dulu mill" Adrian mengambilkan segelas air putih untuk gadis itu, lalu membantunya untuk minum "Kalo lo masih pusing, lo tidur aja lagi" Lanjut Adrian

Gadis itu menggeleng setelah meminum air tersebut "gue gapapa, Daniel mana?" Emilly baru sadar ia tidak melihat laki-laki itu sedari tadi

Adrian mendecih "Ke laut kali!"

Sakha menghela nafasnya dengan pelan "dia lagi nenangin Amanda, Timnya di diskualifikasi"

"APAAAA?! Kok bisa??" Emilly sedikit tercengang, sayang sekali kalau sekolahnya di diskualifikasi, terlebih Daniel sudah meluangkan banyak waktu untuk lomba debat ini, tapi pada akhirnya AEIS mengalami kegagalan.

"Ya gitu, telat dateng" Gadis itu meringis mendengarnya, sangat disayangkan karena AEIS kalah

"Udah-udah lo pada ikhlasin aja, sekolah gue yang menang" Jawab Adrian dengan wajah tanpa dosanya "trus gimana mill? Rahang lo?, kaki lo?" Tanya Adrian menatap rahang dan lutut gadis itu bergantian "lo kena tonjok Daniel tadi"

"kaki gue ya masih sama, kalo rahang gue sakit sihh cuman gak parah-parah banget, coba pinjem hp dong, mau ngaca mau cek ada memar atau enggk. Takut ketauan papa mama kalo sampe muka gue bonyok" Emilly menadahkan tangannya, dengan cepat Sakha langsung menaruh ponselnya pada tangan mungil gadis itu. Emilly menerimanya, dengan refleks ia langsung menekan 4 dijid nomor sandi yang tertera pada layar

"lohh kebuka???" Emilly sampai menutup mulutnya dengan tangan saking terkejutnya "Padahal gue refleks ngetik sandi Hp gue"

"Sandi lo tanggal ulang tahun gue?" Tanya Emilly menyipitkan matanya menatap Sakha dengan tatapan curiga, membuat Sakha sedikit tidak nyaman di tatap seperti itu

"Jangan bilang lo?" Emilly menggantungkan kalimatnya, menatap Sakha dengan penuh selidik

"Enggak!, Ke Geeran banget lo!" Sakha sedikit menempeleng kepala gadis itu dengan pelan, membuat Emilly mengaduh, padahal itu sama sekali tidak sakit

"Heh asal tempeleng aja lo, coba sini gue liat Mill, ada yang benjol atau enggk" Adrian langsung meraih kepala gadis itu, memegang pucak kepala gadis itu, lalu meniup-niupnya. Tentu hal itu membuat atensi Sakha teralihkan, matanya menatap tajam kedua orang berlawanan jenis itu sampai-sampai kedua tangannya mengepal dengan sempurna

Tangan Sakha dengan perlahan beralih memegang bibirnya "aww!!" Tiba-tiba Sakha memekik membuat kedua orang itu menoleh ke arahnya "bibir gue!, sakit banget!" Sakha terlihat meringis.

Emilly langsung menggeserkan duduknya, meraih wajah Sakha dengan kedua telapak tangannya, melihat luka yang ada pada bibirnya itu "Biru khaa.. gimana gak sakit itu"

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang