Emilly memasukkan ponselnya dengan asal ke dalam tas, moodnya pagi ini benar-benar buruk setelah melihat Daniel ikut turut campur masalah gadis itu. Nalurinya tergerak secara refleks membuatnya sengaja memesan seragam begitu banyak untuk Amanda beserta adiknya itu, agar kedua kakak beradik itu tidak menyusahkan Daniel jika ada kejadian seperti ini lagi. Meminjamkan bajunya? Apa itu? Sudah gila.
"nyusahin banget"
Emilly mengumpat pelan, tidak mengumpat Gadis miskin itu, adiknya atau pun Daniel, tapi lebih tepatnya mengumpat orang yang sengaja menumpahkan tinta biru ke baju olah raga gadis itu. Emilly hanya kesal gara-gara orang itu Daniel memberikan perhatian lebih ke gadis itu. Emilly tidak menyukainya.
Entah mengapa Emilly memiliki perasaan tidak enak dengan interaksi antara Daniel dan Amanda. Cemburu? Tidak! Emilly sempat yakin Daniel hanya ingin mengolok-olok gadis itu seperti siswa lainnya yang sering dia olok-olok, tetapi sekarang ia menjadi ragu. Seperti ada yang aneh saat Emilly melihat tatapan Daniel ke Amanda.
Emilly mengambil sebuah tes matematika dari dalam tasnya, mencari lingkaran hitam pada nomor soal di lingkaran itu. Membacanya kembali lalu berbalik.
"Kha gue gak ngerti nomor 6, 12, 16, 25, sama 30, Kak Revi minta ini tes harus di kumpul besok malem"
Sakha yang memang sedari tadi memperhatikan aktivitas gadis sempat gelagapan. Gadis itu berbalik secara tiba-tiba. Namun bukan Sakha namanya jika hal itu sampai terlihat jelas oleh Emilly.
"Gue sibuk" Sakha menatap Emilly sebentar lalu kembali membenamkan kepalanya pada meja dengan kedua lengannya.
"Kha.." tangannya menggoyang-goyangkan lengan Sakha. "ntar sore gue ke acara birthday sepupu gue sampe malem, besok sekolah, gada waktu gue ngerjainnya"
Sakha mengambil lembaran tes yang sudah ia jawab dari dalam tasnya, lalu memberikannya kepada Emilly. Tanpa sepatah katapun, lalu kembali membenamkan kepalanya di meja.
"Sakhaaaa" Emilly memutar bola matanya "gue bilang ajarin, bukan mau nyontek"
Sakha mendonggakkan kepalanya, mengambil kembali lembar tesnya dengan malas lalu membacanya
"you have to pay for this?"
"Lo bukan Chandra yang perhitungan"
Ini bukan Sakha banget, bagi Emilly Sakha adalah cowo dingin, pelit bicara dan gak berperasaan. Tidak akan ada di kamus seorang Sakha akan meminta upah. Terlebih lagi Sakha sudah sangat kayaraya. Its impossible!
Sakha mengangka satu alisnya, lalu tersenyum remeh
"lo serius? Ask me to pay for this? Emilly tertawa tidak percaya "sejak kapan lo jadi perhitungan"
"sejak saat ini, so.. yes or no?"
"okey, how much?
"I don't want your money" Emilly menautkan kedua alisnya "I still don't know, maybe with an action, service, or your time?" Sakha mengangkat kedua bahunya.
'tidak biasanya'
Emilly berfikir dalam beberapa detik sebelum memutuskannya "Oke, it's not big problem"
Sakha tersenyum simpul, ia menegapkan sedikit badannya membaca lembaran tes itu. "Dengerin gue baik-baik. I won't repeat it, or you'll pay double for this."
Sakha mengambil sebuah kertas kosong dan pensil. Kini Emilly sudah merubah posisi kursi menghadap ke belakang. Sakha mulai menuliskan rumus-rumus itu diatasnya. Menjelaskan kepada Emilly dengan hati-hati. Emilly juga merupakan gadis yang pintar, di jelaskan satu atau dua kali dengan contoh pasti mudah untuk memahaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Novela JuvenilKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya