Seorang gadis terlihat sedang mondar – mandir di depan pintu kelasnya sejak pagi, ia berangkat lebih awal ke sekolah di antar oleh Mang Ujang. Dari semalam hatinya benar – benar gundah bahkan membuat tidurnya tidak nyenyak. Sehabis ia bertemu dengan Daniel dan di lihat oleh Sakha, gadis itu meminta Daniel untuk langsung mengantarnya pulang. Tentu saja ia langsung mengabari saudari sepupunya kalau ia akan pulang lebih dahulu, memita gadis itu untuk menikmati acaranya tanpa harus menghawatirkannya.
Setelah Daniel mengantarnya, beberapa kali ia melirik ponselnya, rasanya ingin sekali menjelaskan sesuatu, tapi apa? apa yang harus di jelaskan lagi? bahkan Sakha sudah mengerti semuanya, kalau ia memilih Daniel. Lalu apa? apa yang harus di jelaskan? Menjelaskan sesuatu yang membuat Sakha berharap lagi padanya? Tidak! Semua akan semakin sulit!
Tapi egoiskah ia jika berharap laki – laki itu, Sakha tidak menjauh darinya? Tentu saja egois!, tapi ia tidak ingin setuasi ini berakhir buruk, setidaknya ia harus menjelaskan baik – baik pada laki – laki itu
Emilly mengambil ponselnya, mencoba untuk menghubungi nomor laki – laki itu beberapa kali namun nomornya sama sekali tidak bisa di hubungi, laki – laki itu memblock nomornya? Emilly menggelengkan kepalanya tidak habis fikir, segitunya ?? haruskah sampai memblock nomornya seperti itu??
Kekanak – kanakan!
Tapi mengapa ia begitu kesal?
Sudah pukul 7. 15 laki itu belum datang juga, ia menyenderkan punggungnya pada pilar yang berada di depan kelasnya. Biasanya Sakha adalah orang yang selalu datang pagi, tapi mengapa hari ini lama sekali
"Lly.. kamu ngapain disini?" tanya Daniel, ia baru saja datang bersama Gevan, laki – laki itu menghampiri Milly, sedangkan melongos begitu saja, laki – laki itu terlihat terburu – buru menaruh tasnya ke kelas dan langsung pergi begitu saja, sepertinya Tim Mading dan Radio memiliki jadwal yang sangat padat kali ini.
"nggk masuk??"
"umm ntaran aja, Chandra mana?" Gadis itu menanyakan keberadaan Chandra, karena biasanya Chandra kerap kali datang berbarengan dengan Sakha mengingat letak rumah Chandra dan apartemen Sakha berdekatan. Tapi bukankah Sakha untuk sementara ini tinggal di rumah orang tuanya? Emilly mengulum bibirnya, bagaimana bisa ia berharap Sakha akan datang bersamaan dengan Chandra
"Chandra? Tadi bareng sih tapi dia langsung ke kelas Vio. Kenapa? Hm?" Tanya Daniel, laki – laki itu sedikit merendahkan wajahnya melihat wajah gadis itu yang sedikit menunduk
"kamu nanya Chandra, karna nyariin Sakha ya??"
Emilly menghela nafasnya lalu mengangguk pelan "iyaa, aku nungguin dia dari tadi" akunya, sedangkan Daniel hanya bisa tersenyum hambar
"aku pengen jelasin semuanya ke dia, aku gak enak Niel"
Daniel mengelus lembut pucak kepala gadis itu "mungkin sebentar lagi dia dateng.. kita jelasin sama – sama ya.. aku juga mau minta maaf sama dia"
"Sakha block nomor aku, Sakha ada ngeblock nomor kamu nggk?"
Daniel mengkerutkan dahinya mendengar pertanyaan dari gadis di depannya
"Di block?? Kamu di block?? Sebentar coba aku cek" Daniel merogoh ponsel yang ada di saku celananya, lalu memerikasnya dengan cepat
"enggk aku gak di block kok, tapi kalo Sakha mau ngeblock.. bukankah seharunya yang di block itu aku bukan kamu?"
Emilly tersenyum dengan getir "engga tahu" lirihnya
"tenang aja.. nanti kita coba cari dia ya. Aku mau taro tas dulu trus aku juga mau kumpul sama anggota tim basket, kamu gapapa aku tinggal? Mungkin aku bakal sibuk seharian di sekolah.. soalnya mau rapatin acara sertijab club aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Teen FictionKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya