𝕻𝖆𝖗𝖙 9. 𝕭𝖆𝖉𝖆𝖎 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖐𝖆𝖚𝖆𝖓𝖌𝖌𝖆𝖕 𝖕𝖊𝖑𝖆𝖓𝖌𝖎

298 32 79
                                    

*9.

*
*

Sayap kertas yang ku kepakkan basah dan hancur oleh amukan hujan

Aku terjatuh di altar basah
Bersimbah air mata
Susah payah bangkit dan menggapaimu

Tapi kau tetap pergi
Bersama badai yang kau anggap pelangi

Kapankah kau sadar diri?
Bermain-main dengan api
Yang melukai
Dan membakar diri?

_Kamila Nur Laila_

*
*

Suara rauangan motor terdengar memekakkan telinga. Di antara sorak-sorai yang membahana. Ring road yang biasa di jadikan ajang balap liar itu tampak ramai. Sorak sorai membelah area yang jadi faforit anak muda itu.

Sosok tubuh tinggi atletis di balut celana cargo hitam, sepatu kets itu melepas snelli yang ia pakai, melemparnya ke arah salah satu temannya. Melepas nam tag yang terkalung di lehernya. Melemparnya ke arah temannya yang lain.

Dengan gerakan slow merangkap kemeja hitamnya dengan jaket kulitnya, memakai helm fullfacenya, dan....

"Gimana kalau Nawang sampai tahu bahwa Henry suka balap motor dan musuh bebuyutan genk motor kakaknya?" Samuel berguman sambil sendakep. Menatap dr.Henry Wijaya yang melesat cepat membelah ring road dengan beberapa motor lain.

"Selama gak ada yang kasih tahu dia tetaplah dr.Henry Wijaya yang alim dan pendiam." jawab Noah dengan tawa. Samuel cuma nyengir. Terbayang jelas wajah cantik dan kalem Nawang yang sebenarnya ia kenal lebih dulu. Sayang, keberuntungan lebih berpihak Henry.

Atmotfir balap liar itu sangat terasa saat Henry kembali muncul sebagai pemenang. Sorak-sorai mewarnai. Celoteh pujian dan sanjungan membahana.

Henry tersenyum saat sebuah nama tertera di layar hand phonenya; Nawang.

*
*
*


Nawang duduk di bangku taman dekat gerbang sambil merapatkan jas almamaternya. Ia menanti di jemput Henry. Mereka akan menemui mas Bima karena mas Bima pulang.

"Hai, Na ... Nunggu Henry?" Hanna bertanya sambil menghampiri sahabatnya. Nawang mengiyakan sambil tersenyum.

"Yakin kamu pengen ngenalin Henry pada mas Bima?" Hanna bertanya sambil menyodorkan cup berisi coklat panas. Nawang mengangguk sambil menyedot coklat panasnya. Nikmat.

"Are you sure?" Lagi, Hanna bertanya ragu. Nawang mengangguk pasti.

"Henry itu punya pekerjaan walau baru jadi dokter jaga IGD, Han ... dia juga dari keluarga baik-baik. Alim, sholeh.." ucap Nawang dengan mata menerawang. Hanna tertawa ngakak.

"Gak ada kecap nomor dua, selalu nomor satu."

Nawang ngakak. Henry itu cinta pada pandangan pertamanya.

Terbayang jelas bagaimana paniknya Henry melihat Nawang saat itu ketumpahan cairan AgNO3.

"Astaqfirlloh!! Cepat lepaskan jas kamu!" pekiknya panik. Nawang saat itu masih begong. Kaget dan tidak menyangka ada mahasiswi yang entah berasal dari mana, tiba-tiba saja menabraknya dengan cairan perak nitrat. Dan bisa tidak bertanggungjawab gitu. Berlalu dengan erlenmeyer kosong tanpa rasa bersalah. Lagi buru-buru? Atau blank?Dan yang peduli justru cowok ganteng. Yang kebetulan melihat kejadian itu.

"Tidak apa-apa, kena jas kok." jawab Nawang masih blank. Karena jasnya berubah jadi coklat. Padahal sebentar lagi ia ada kelas anfisman.

"Kamu anak farmasi?" Henry saat itu bertanya sambil menatap jasnya. Nawang mengangguk. Mungkin Henry bingung kenapa anak farmasi nyasar ke FK?

🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang