*27.
The deepest pain is unseen by eyes.The deepest sadness is unsaid by words.
[Sakit yang terdalam adalah yang tidak terlihat oleh mata.Kesedihan yang terdalam adalah yang tak terucap oleh kata]
❤️
[Sebagian isi part ini kolaburasi dengan Vega Pratama.
Dan sebagian isi part ini fiksi, jika ada nama, tempat, kejadian yang sama di dunia nyata itu hanya kebetulan.
Tidak bermaksud menyudutkan atau menyinggung siapapun❤️🙏]
❤️
Bima Prabaskara
❤️
"Ini perjalanan kita sekitar 5 jam lebih, jarak yang kita tempuh lebih dari 321 km. Jadi kita berangkat jam 5 pagi.
Ntar kita berhenti per 2 jam untuk mengurangi tekanan kandung kemih mbak Ajeng dan memperlancar sirkulasi darah pada kaki mbak Ajeng."
Aku lihat Raka memberi wejangan usai sholat subuh berjamaah. Semua persiapan sudah di lakukan tadi malam. Dan pesanan akan datang sebentar lagi.
"Mbaaak ..!Pesanan udah datang!"
Terdengar teriakan bu Parni yang sudah di rumah kami sejak sebelum subuh.Ajeng bergegas keluar.Sebenarnya aku kuatir dengan kondisi kandungannya,tapi jika Raka yang seorang dokter mengizinkan ia ikut pasti semua akan baik-baik saja.
Aku lihat Raka sendiri yang menyiapkan perlengkapan Ajeng, bantal leher,bantal ibu hamil, jaket sampai obat-obatan yang di perlukan Ajeng.
"Jangan lupa buah-buahan, cemilan dan air mineral untuk Ajeng, Bu." ucap Raka pada bu Parni. Asisten rumah tangga itu mengiyakan. Dengan sigap menyiapkan segalanya. Sedang adik-adik menyiapkan keperluannya sendiri.
Aku tatap seserahan yang kini di bawa bu Parni ke mobil.Al qur'an dan seperangkat alat sholat, set perhiasan, setelan pakaian yang akan digunakan akad nikah kelak, makeup dan skincare, alas kaki/sandal, sepatu, tas, makanan tradisional yang baru datang, sirih ayu, buah-buahan, sedang cincin berliannya aku bawa sendiri.
Setahu keluarga Nur ini hanya bertamu biasa. Hanya Nur yang tahu ini pinangan resmi. Aku hanya tidak ingin terlalu disambut dengan berlebihan.
"Hah? Mas? Pake baju gitu doang?"
Nawang menatap baju yang aku pakai dengan sorot mata protes. Menatap celana pendek denim yang aku pakai dengan kaos hitam polos.
Lalu tatap matanya beralih ke arah Raka yang memakai batik Sawunggaling. Batik khas kota kami.
"Ntar kalau mau nyampe ganti, Kak. Ribet amat!" omel Anggun yang malah cuma pakai baby doll satin produk Singapore yang aku belikan.
Nawang menghela napas. Malas berdebat. Dia segera menyambut budhe dan pakdhe yang baru datang.
"Cincine ojo lali, Le."
Budhe Esti mengingatkan saat menemuiku.
"Sampun, Budhe." jawabku dengan senyum.Budhe mengucek rambutku lembut. Duduk di sisiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than Water
Science Fiction𖤐⭒๋࣭ ⭑𓍯𓂃⁀➴ Cover by : @PutraRize_ ( author Malaysia ) Fiksi ilmiah & dark romance penuh kejutan dengan diksi indah dan enigma. Full ilmiah. Seperti titik lebur alkali tanah. Berantakan tak beraturan. Atau seperti nyala alkali tanah, dari orange...