*59.
♡ Terima kasih yang masih setia membersamai Dayita, kalian luar biasa ♡
♡ Isi part ini tentang fatherless ( father absence , father hunger, father dificit), satu kondisi di mana tidak adanya figur ayah dalam pola asuh. Baik secara fisik maupun psikologis. Atau kehadirannya ada tapi sangat minim.
Semoga sekelumit pengetahuan di part ini bisa membuat lebih open minded.
Bahwa hal yang dianggap sepele sebagian orang, memiliki kolerasi ( hubungan timbal balik / sebab akibat ) yang positif dengan self esteem ( kepercayaan diri, harga diri ) life satisfaction ( kepuasan hidup ), juga bagaimana cara anak menyelesaikan masalah.
Isi part ini murni untuk pengetahuan. Tidak bermaksud meremehkan atau merendahkan apapun dan siapapun.
●
●"Sudah, Bang! Sudah!" William menahan tubuh besar Bima yang ingin merangsek maju. Ia ngeri dengan tatap mata Bruno. Seperti ada kilatan-kilatan yang dapat menjadi bahan bakar untuk memusnakan Bima dengan kobaran apinya jika disulut.
"Ada api kebencian dan dendam di matanya, Bang. Jika definisi api adalah reaksi kimia, oksidasi cepat yang terbentuk dari tiga unsur. Maka jangan jadi tiga unsur itu; panas, oksigen dan bahan yang mudah terbakar untuk menghasilkan panas dan cahaya," desis William waspada. Entah benar entah tidak matanya sempat menangkap sesuatu yang tersembul di balik jaket kulit itu. Sepertinya pistol.
Bima berusaha menggunakan logikanya. William itu bukan cuma bagus dalam hal akademis. Tapi self controlnya juga lebih bagus dari Bima.
Dinginnya dinding dengan warna putih kecoklatan di bagian bawahnya itu tak cukup mendinginkan amarah Bima.
"Jangan jadi oksigen untuk membuat api amarahnya tetap hidup. Karena suatu reaksi dikatakan mengalami oksidasi jika mengikat oksigen," desis William lirih. Tapi sangat memengaruhi logika Bima.
"Jadilah air, Bang." lanjut William lirih, nyaris berbisik. Sepasang mata elangnya awas mengawasi tangan Bruno. Apapun bisa terjadi. Termasuk; menembak Bima.
William benar, suhu air relatif dingin. Saat disiram, panas yang dibutuhkan untuk menjaga reaksi pembakaran berkurang oksigennya. Bima mengepalkan tangannya yang gemetar. Mati-matian menahan emosinya. Ia tak habis pikir mengapa Bruno itu seperti begitu membencinya? Dan jika itu benar Rizal? Pertanyaannya pun sama. Mengapa begitu membencinya?
Nur juga ngeri dengan tatap mata yang seperti menelanjanginya. Sorot mata buas yang menakutkan. Dengan seringaian seperti serigala. Dan Nur yakin itu bukan mata Rizal. Rizal memang misterius. Tapi tatap matanya tak semenakutkan itu.
Sementara Bruno menyeringai dengan tubuh ditahan Leonal. Tatapan matanya lebih ingin menelan Nur. Terbayang jelas betapa seksinya Nur saat ia mengintai istri Bima itu dengan menyusupkan keylogger.
Bruno mengikik lirih. Ia akan hancurkan ego dan harga diri Bima lewat Nur. Ia akan menjadi oksigen dan bahan bakar Bima untuk menyulut api amarahnya.
Lalu ... Buuumm!!
Akan ia hancurkan dengan api itu. Hingga hangus. Menyisakan abu. Dan lesap tertiup angin.●
●"Mau ikut pelatihan table manner?" Ima bertanya saat melihat Nur melototi papan pengumuman. Apa yang menarik bagi nyonya Bima Prabaskara selain itu untuk mementaskan diri dengan keluarga pasangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than Water
Ciencia Ficción𖤐⭒๋࣭ ⭑𓍯𓂃⁀➴ Cover by : @PutraRize_ ( author Malaysia ) Fiksi ilmiah & dark romance penuh kejutan dengan diksi indah dan enigma. Full ilmiah. Seperti titik lebur alkali tanah. Berantakan tak beraturan. Atau seperti nyala alkali tanah, dari orange...