*18.
"Blood is thicker than water"
(Darah itu lebih kental dari air)
.
.
***Ibu
Akulah sang penghancur mimpimu
Akulah biang keladi tak terkendali
Hanya demi seonggok perihIbu
Salahkah aku?
Yang ingin pergi dari sepi?
Hanyut dalam gelisah
Tenggelam dalam rasa bersalahIbu
Andai kau masih di sisi
Resah ini pasti tersisih
Dan kalut ini
Pasti tersingkir pergi_Bima Prabaskara_
.
.
***"BRAAKK!!"
Anggun hanya bengong campur bingung. What happen? Tumben mas Raka banting pintu kasar?Marah? Sama siapa?
Katanya udah gak ke rumah sakit? Ngapain pake snelli? Atau tiba-tiba jaga bangsal? Atau jadi code blue?
Thag! Thag! Thag!!!
Suara mas Bima menuruni tangga dengan cepat. Lagi, Anggun menoleh heran. Dengan mulut masih menggigit mochi.
"Kaa ...! Tunggu, Kaa..! Dengarkan mas!!"
Suara mas Bima. Mengejar mas Raka. Katanya ntar mau makan malam bareng, kenapa seperti marahan? Lalu,
"Rakaa ..! Mas Bimaaa ..!!"
Terdengar suara mbak Ajeng, tampak terburu-buru menuruni tangga dengan sebelah tangan memegangi perutnya. Sebelah tangan lain memegangi pegangan tangga. Tampak tegang. Bahkan tak pakai hijab. Rambutnya hanya di cepol acak.
"Lho ..lho! Mbak? Mau kemana? Ati-ati! Ntar jatuh!"
Nawang yang baru keluar kamar karena mendengar ribut-ribut, langsung menyambut Ajeng yang setengah berlari keluar. Memanggil-manggil nama mas Raka.
"Ada apa sih?"
Nawang bertanya heran. Anggun angkat bahu, sambil menggigit mochinya ikut bergegas keluar. Terdengar suara keras mas Raka. Tumben mas Raka bisa teriak?
.
.
***"Dengarkan mas sebentar, Ka!" pekik Bima panik sambil menyambar tangan Raka yang sudah menjamah motornya. Tapi dikipatkan Raka kasar, sampai stetoskop yang menggantung di lehernya ikut bergoyang keras.
"Apa lagi yang akan mas jelaskan?!"
Parau suara Raka, dengan genangan air mata berkilau-kilau. Menatap Bima dengan galau tak terhalau.
Mas Bina tega? Menutupi hal yang begitu besar? Mas Bima adalah masa lalu Ajeng, istrinya. Nyaris tak bisa di percaya. Dan dua tahun Raka dibodohi. Di cundangi. Hidup seolah dari belas kasih.
"Terlalu banyak yang mas lakukan untuk Raka!"
Bergetar suara Raka menggantung ucapannya, menelan ludah, susah payah melanjutkan,
"Jangan sampai Raka tak bisa membalasnya meski dengan tukar nyawa!"
"Apa-apa'an sih, Kaa? Ngomong apa kamu? Ini gak seperti yang kamu bayangkan!"
Tanggap Bima dengan batin terbanting-banting. Nyaris sinting. Kejutan besar ketika siang bolong tiba-tiba Raka mendatanginya dengan wajah penuh amarah. Membanting berlembar foto dan kertas-kertas berisi puisi-puisi cinta Bima untuk Ajeng yang ternyata masih di simpan Ajeng. Di bawa ke rumah ini lagi. Dan fatalnya di temukan Raka. Entah dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than Water
Science Fiction𖤐⭒๋࣭ ⭑𓍯𓂃⁀➴ Cover by : @PutraRize_ ( author Malaysia ) Fiksi ilmiah & dark romance penuh kejutan dengan diksi indah dan enigma. Full ilmiah. Seperti titik lebur alkali tanah. Berantakan tak beraturan. Atau seperti nyala alkali tanah, dari orange...