𝕻𝖆𝖗𝖙 11. 𝕶𝖆𝖇𝖚𝖙 𝖉𝖆𝖇 𝕶𝖆𝖑𝖚𝖙

270 34 37
                                    

*11.

Dalam larungan kabut dan kalut
Bahagiaku terenggut
Dalam kemelut yang memagut

Aku sirna
Aku tiada
Dalam nokta yang tak bertuah

Aku hanyalah bayangmu
Yang hilang dalam kabut
Ketika cahaya tak bersua

_Bima Prabaskara_

*
*

"Hooeekk ... !!"

Farrel menghela nafas berat, berdiri di depan pintu dengan batin tidak menentu. Mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Entah sudah berapa kali Bima muntah.

"Biii? Are you okay?"

Tanyanya keras, menggedor pintu yang di kunci dari dalam. Udah tahu Bima kayak gini Naufal bisa-bisanya jealous. Shasi kan cuma nolong.

"Jangan di kunci. Kalau ada apa-apa gimana?"

Omel Farrel saat Bima keluar dari kamar mandi. Menjamahi tubuh Bima yang mandi keringat dingin dengan panik. pasi.

"Kita rawat inap aja, Bii?Kamu kayak gini lhoo...!" omel Farrel kesal.Bima menggeleng, tersuruk-suruk ke atas ranjang. Banting tubuh di atas sprei bermotif bendera Amerika.Tidak karu-karuan rasa tubuhnya.

"Kenapaa? Susah nafas?!" pekik Farrel panik. Buru-buru membantu Bima bangun. Nyata raut kesakitan sahabatnya itu.

Tidak sabar Farrel meraih hand phone Bima,telfon Shasi.Perset*an dengan Naufal.Ia ketakutan setengah mati.

Sementara Bima merasakan oksigen seperti berhenti.Seperti ada yang mencekik lehernya dan berasal dari rongga perutnya hingga..

Dalam tersengal Bima istiqfar.Betapa hebatnya cara-Mu ya Robb..Betapa santun cara-Mu menegurku agar lebih bersyukur untuk tiap penggal tarikan nafas.
Yang selama ini KAU permudah menghirupnya.Gratis lagi.Jika harus membayar maka tak kan bisa manusia membayarnya.

"Biii...!!"

Pekik Farrel saat Bima kian tersengal.Shasiii..cepat kesini..!Jerit hatinya,terus berusaha menghubungi.

*
*
*

Shasi sibuk di antrean sambil melototi resep dokter untuk Bima yang baru ia ambil.Karena kemarin masih menghabiskan obat dari IGD.

Ia sibuk mencari simbul-simbul dengan tulisan seperti cacing kepanasan itu.

q3h.Shasi menemukan simbul itu.Berarti ada yang di minum per tiga jam.Dengan keluarga di medis sedikit banyak Shasi tahu arti dari resep obat.Apalagi ia sering ngobrol dengan sepupu-sepupunya yang rata-rata dokter dan apoteker.

Trus aturan pakenya?Shasi melototi lagi simbul-simbul itu.Tidak menyadari getar hand phone di dalam tas selempangnya.Tidak tahu Farrel di sebrang sana terus berusaha menghubunginya.

ac.hs.pc.Berarti ada yang sebelum makan,sebelum tidur dan setelah makan.

Shasi buru-buru menyodorkan resep saat tiba gilirannya.Sadar dengan getar hand phonenya saat ambil dompet untuk membayar ke kasir nanti.Farrel.Udah di matikan.Shasi mengetik pesan bahwa ia masih antre di apotek.

*
*
*
"Iya,Rel...ini masih di jalan habis nebus obat."

Jawab Shasi saat Farrel menghubunginya lagi dengan panik.Shasi berlari tanpa peduli hempasan hujan pagi-pagi.Suara air kacau terdengar jelas oleh langkah kakinya.Payung cantik transparannya berkali hendak terbang.Cuaca benar-benar enggan bersahabat.Panah-panah hujan menampar wajah Shasi.Shasi tak peduli,berlari-lari kecil di trotoar basah.

🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang