*26.
(Author note : Sebagian isi part ini kolaburasi dengan Vega Pratama)
.
.
Bima Prabaskara.
Mata adalah jendela dari jiwa, itu adalah pepatah kuno dari William Shakespeare yang pernah aku baca. Hanya dengan matanya kita bisa melihat emosi, perilaku dan pikiran yang tersembunyi dari seseorang.
Apakah aku mampu menguak kejujuran dimata Nur? Sampai saat ini aku belum tahu apa motivasi dia mengikuti ta'aruf dan menikah muda?
Aku menghela napas panjang. satu-satunya pesona Nur adalah mata hazelnya. Iris mata dengan perpaduan warna coklat terang dan kehijauan. Secara medis orang dengan mata hazel adalah karena rusaknya material di dalam aliran darah yang di sebabkan oleh ketidakseimbangan hati. Aku tahu dari Raka saat kami membahasnya. Karena Jessy juga bermata hazel sahabat Anggun.
"Orang dengan mata hazel memiliki kepribadian yang mandiri, Bi. Percaya diri dan spontan. Karena ketidakseimbangan penyebaran milamin, terkadang sulit mengetahui kepribadiannya."
Itu kata Shasi. Jadi mata adalah jendela jiwa itu bukan sekedar pepatah?Bisa di jelaskan secara ilmiah mengapa bisa kita ketahui kepribadiannya,?
"Karena iris mata kita di pengaruhi oleh gen sama yang membentuk lobus frontal dalam otak manusia.
Sedang lobus frontal merupakan bagian otak besar yang berperan penting dalam mengatur emosi dan pengendalian diri."
Itu penjelasan Shasi. Aku menghela napas panjang. Pernikahan itu harus ada kecenderungan. Dan aku memiliki kecenderungan pada Nur, aku meyukai matanya. Meski sering ditutupi lensa kontak dengan warna mata yang sama dengan perempuan Indonesia. Dan aku juga sifatnya. Jadi apa yang salah dengan ta'arufku dengan Nur?
Lagi,
Aku menghela napas panjang. Bersiap mengantar Nur ke stasiun. Aku hanya memakai jeans belelku dengan kaos monokrom yang aku rangkap dengan hoodie hitamku. Simple saja, dengan jam tangan casio.Aku tidak mengatakan apa-apa, bahkan pada Farrel sahabatku. Aku tak ingin makin banyak kontroversi dalam rencana pernikahanku dengan Nur.
Hah? Mas mau nikahi cewek yang seumuran aku?Yang bener aja.
Itu protes Nawang. Saat aku mengatakan berapa usia Nur. Bahkan dia berpikir sama seperti Raka. Apakah aku melakukan sesuatu yang gak bener dan harus tanggungjawab?
Astaqfirlloh! Masmu ini masih ngerti batas! Gak mungkinlah gitu! Lagian mana boleh ikut ta'aruf kalau kayak gitu!
Protesku kala itu. Membuat adik-adikku tertawa.
Enak kali seumuran. Gak sungkan.
Anggun yang saat itu paling slow. Ajeng? Hanya diam. Tak berkomentar apapun. Meski aku tahu ada banyak tanya dalam benaknya. Seperti Raka yang mempertanyakan apa alasanku menikah begitu mendadak.
Lelah hidup sendiri, Ka. Pengen ada teman berbagi beban. Menghindari fitnah juga.
Sebuah jawaban simple yang aku yakin Raka tak bisa membantah.
Dan aku bulat dengan keputusanku.Aku raih hand phoneku saat sebuah notif masuk. Nur.
Nur udah di depan kamar abang.
Aku segera mengambil tas rangselku, helm dan kunci motor. Mengunci pintu kamar kost.
Aku melempar helm flip up, Nur yang tidak menyangka menangkapnya dengan cepat. Plus tertawa tentunya.
"Kalian pulang bareng?"

KAMU SEDANG MEMBACA
🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than Water
Ciencia Ficción𖤐⭒๋࣭ ⭑𓍯𓂃⁀➴ Cover by : @PutraRize_ ( author Malaysia ) Fiksi ilmiah & dark romance penuh kejutan dengan diksi indah dan enigma. Full ilmiah. Seperti titik lebur alkali tanah. Berantakan tak beraturan. Atau seperti nyala alkali tanah, dari orange...