Part 66. Ordo Lepidoptera

174 28 39
                                    

*66.

____________________________________________

Mata adalah optik tercanggih di dunia, organ pengelihatan yang mendeteksi cahaya. Mengubahnya menjadi implus elektrokimia pada sel saraf. Dengan daya resolusinya ia mampu menangkap suatu objek.

Dan dengan resolusi sekitar 576 MP jika disetarakan dengan kamera digital. Bahkan resolusi kamera iphone 7's hanya 12 megapixels. Masya Alloh. Maha kuasa Alloh yang maha pencipta.

Mata kita dapat membentuk bayangan, membentuk cahaya dengan  menggunakan retina, pupil, lensa.

Sedang kamera hanya menangkap gambar dengan memancarkan sinar blitz ( lampu kilat, alat bantu pencahayaan dalam fotografi ).

Dengan indera pertama yang akan menerima dan merespon informasi ini William dan Farrel melototi layar monitor CCTV.

"Itu mata dan alis milik siapa?" Farrel bertanya serius saat melototi layar monitor CCTV. Meski tertutup masker, mereka mencoba mengenali mata dan alis itu. Ada tahi lalat cukup besar di alis sebelah kiri. William mencoba menggeser tetikus, memperbesar area lain dari tubuh dan aktribut yang dipakai pelempar batu. Mencoba menemukan sesuatu yang berbeda dan menjadi ciri khas. Pasti ada, entah apa, ia harus jeli saja.

"Coba geser kanan, Will. Turunin dikit," Farrel sepertinya menemukan sesuatu yang bisa jadi petunjuk.

" Ordo lepidoptera?" William dan Farrel sama-sama berbisik sambil memperbesar tampilan layar. Ada tulisan Ordo Lepidoptera di bagian kiri bawah hoodienya, lengkap dengan gambar seperti kupu-kupu berwarna coklat tua. Dirajut dengan benang.

"Apa'an ordo lepidoptera?" Nathan tiba-tiba muncul dengan cengiran dari arah pintu. Tumben lidahnya tidak terpeleset mengucap bahasa asing itu.

Bersamaan dengan Emily putri bu Laras, ibu kost yang membawa dua cangkir dengan nampan kayu. Aroma lotionnnya membuat Farrel menoleh, untuk kemudian tersenyum pada gadis jelita yang matanya fokus pada William.

"Wedang jahe, Will. Pake gula madu, biar reda pilek kamu." suara alto Emily tidak membuat William menoleh, tetap fokus pada monitor. Lirih William ucap terima kasih. Gestur tubuh yang defensit membuat Emily tersenyum kecut.

"Minum  dulu, Will," ucap Nathan sambil menyeruput wedang jahe yang bukan untukknya. Farrel mendelik, itu jatah minumnya.

"Eeehh ... itu punyakuu ..." protes Farrel, Nathan tak peduli, berlari-lari di sekitar ruang tamu seperti anak kecil saat Farrel mengejarnya. Emily tak peduli, ia duduk di sisi William.

"Ketemu? Apa kita perlu lapor polisi?" Emily bertanya sambil merapatkan bahunya pada bahu William. Gesekan lembut yang tiba-tiba membuat mentari sore itu terlihat lebih indah dan lebih adem. Ternyata para peneliti di Universitas of St. Andrews benar, bahwa ketika fisik seorang perempuan bersentuhan dengan dengan pria, maka suhu kulit perempuan akan meningkat terutama di area wajah dan dada. Dan Emily merasakannya saat ini ; getaran, sensasi, entakan di dada, seperti ditabuh. Bertalu-talu. Bergemuruh.

Emily ingat riset itu berjudul THE TOUCH OF A MAN MAKES WOMEN HOT, dan dipublikasikan pada 29 Mei 2012. Dalam kitab sucinya telah menjelaskan itu sejak berabad tahun yang lalu. Itulah sebabnya mengapa agamanya melarang kontak fisik dengan lawan jenis. Karena bisa ...

"Prosesnya lama, Mil. Kita coba cari sendiri." William menjawab lirih, memutus lamunan Emily. Emily sodorkan Wedang jahe. William  berhenti melakukan aktivitas saat Emily menyodorkan cangkir dengan lapiknya. Sepersekian nano detik yang membuat waktu seolah berjalan slow. Yang ada hanya gerakan tangan William menurunkan maskernya agar dapat mengesapnya. 

🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang