𝕻𝖆𝖗𝖙 86. 𝕯𝖗𝖔𝖜𝖎𝖓𝖌?

246 28 60
                                    

*86.

𖤐⭒๋࣭ ⭑𓍯𓂃⁀➴

A/n.

❌ Warning!!

Part ini full ilmiah dan pengetahuan. Beropinilah dengan bijak tanpa saling menjatuhkan satu sama lain.

Tujuan kami murni ingin berbagi pengetahuan. Bukan untuk ajang perdebatan "tidak sehat" dan pelampian ego.

Jangan sampai yang terjadi di kolom komentar Shadow, terulang di sini.

It's time for us to "bury the hatchet" and put our past behind us. ദ്ദി ˉ͈̀꒳ˉ͈́ )✧

( Tangga menuju langit adalah kepalamu, maka letakkan kakimu diatas kepalamu. Untuk mencapai Tuhan injak-injaklah pikiran dan kesombongan rasionalmu --- Sujiwo Tejo )

𖤐⭒๋࣭ ⭑𓍯𓂃⁀➴

"Mengapa langit berwarna biru?"

Kilas balik itu datang lagi. Saat mereka terbaring di hamparan rerumputan hijau. Rizal membelai rumput hijau itu dengan senyum. Menelengkan kepalanya.

"Sebelum aku jawab. Tahukah kamu mengapa rumput berwarna hijau, Honey?" Rizal bertanya dengan senyum. Menatap iris coklat di netra Ima yang sarat akan ketakjuban.

"Karena klorofil?" Ima menjawab sangsi. Rizal terkekeh lirih. Lalu ----

"Rumput memiliki komponen seluler yang disebut organel, yang juga berfungsi untuk membuat makanan. Selanjutnya, di dalam organel kecil bernama kloroplas, menjadi tempat di mana molekul klorofil berada," jelas Rizal dengan senyum. Ima berdecak wow. Untuk kemudian jari telunjuknya menunjuk langit. Meminta penjelasan mengapa langit berwarna biru.

"Menurutmu karena apa?" Rizal balik bertanya dengan senyum. Sama-sama merebah di atas buana, beralaskan rerumputan --- menikmati tiap inci sejuknya sisa embun.

Endapan tetesan air yang terbentuk oleh kondensasi atau proses perubahan wujud dari gas menjadi cair itu menyentuh kulit mereka --- sejuk. Sesejuk batin Ima yang dilaungkan asmaraloka.

( Pembentukan embun dimulai pada siang hari. Cuaca yang panas membuat sinar Matahari memicu air tanah berubah menjadi uap air. Uap air ini mengambang di udara hingga malam tiba. )

"Eem ... pembiasan air laut? Pantulan cahaya ?" Ima menjawab ragu. Sang kekasih tertawa. Ima tak tahu saat ini berhadapan dengan siapa. Rizal asli? Bruno? Pandu? Yang jelas bukan Sherlin.

"Cahaya tampak putih, kita tahu cahaya dapat terurai menjadi warna pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Setiap warna ini memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. "

"He'em," Ima berguman, menatap Rizal takjub. Ia tidak takut walau berhadapan dengan penderita DID. Ima tidak takut apa pun, karena ia tahu, siapa pun yang ia hadapi adalah cintanya.

"Gelombang terpanjang berada di ujung --- yaitu merah, kemudian mengarah ke ungu maka gelombangnya jauh lebih pendek.

Bumi mendapatkan cahaya dari matahari. Cahaya matahari saat mencapai atmosfer bumi akan dihamburkan atau dibelokkan oleh molekul-molekul kecil gas yang kebanyakan berupa nitrogen."

"Intinya?" Ima tak sabar dengan penjelasan panjang Rizal. Otaknya kurang bisa mencerna.

"Molekul ini jauh lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya yang tampak, jadi jumlah hamburan bergantung pada panjang gelombang.

Efek ini disebut hamburan Rayleigh. Yang paling kuat adalah yang panjang gelombangnya paling pendek, yaitu biru-ungu, jadi warna tersebutlah yang mengarah ke mata kita."

🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang