𝕻𝖆𝖗𝖙 14. 𝕶𝖆𝖇𝖚𝖙

295 34 41
                                    

A/N : Isi part ini hanya imajinasi belaka. Tidak bermaksud merendahkan atau menyepelekan siapapun.

Jika kebetulan ada kejadian, tokoh yang sama di dunia nyata itu murni kebetulan semata.🙏

*
*

*14.

Sepi memagut
Dalam kabut
Kebisingan yang terenggut

Aku yang lelah dan terlupa
Hingga diaryku terlipat tepinya

Terus berusaha menghapus bayangmu
Sebisaku
Semampuku

Aku tetap lumpuh
Terjebak dalam labirin beku

Tersungkur di altar pilu
Memujamu sekaligus mengutukimu

_Felicia_

*
*
*

Felicia menatap kamar Nur yang bersih dan rapi. Bercat merah bata. Dengan lukisan edelweis. Bunga kesukaan Bima.

Ranjang bersprei motif kartun spongebob itu rapi dan licin. Ada boneka spongebob nangkring manis di sana.

Felicia tersenyum.Ini mirip tempat tidur baby.

Di atas nakas nyaris tak ada perlengkapan kecantikan wanita. Hanya ada bedak,hand and body lotion, deodoran, lip balm. Juga kaktus mungil dalam pot mungil warna putih.

"Kamar kamu nyaman ya, Nur. Sayang mungil dengan perabot seadanya."

Komentar Felicia dengan senyum meremehkan. Nur cuma nyengir. Gak penting juga komen dari mbak Felicia, gak ngundang juga ke kamar Nur.Guman batin Nur.

"Kamu ngajar di SLB ya? apa enaknya jadi guru di sana?"

Lagi,
Felicia bertanya sambil duduk di kursi lipat merah. Menyilangkan kakinya dengan manis.

"Membuat kita lebih bersyukur karena di lahirkan sempurna, Mbak." jawab Nur jujur. Felicia cuma oh pendek. Menolak saat Nur menawarinya minuman. Takut tidak higienis.

Hujan di luar sana masih turun dengan tenangnya. Nur masih menanggapi basa-basi Felicia. Seputar sewa kamar kost sebulan berapa, listriknya berapa, fasilitasnya apa saja.

Nur jawab sejujurnya. Meski masih bingung apa tujuan Felicia mencoba dekat dengannya. Sekedar membuang waktu menunggu bang Bima bangun? Atau apa?

*
*
*

"Mending kayak Felicia, Nur gak munafik. Dari pada Nadhira." ucap mas Farrel dengan tawa saat anak-anak kost-kostan membahas Felicia. Sudah jadi rahasia umum bila Felicia tergila-gila pada Bima. Dan sudah jadi rahasia umum juga bila Nadhira ...

"Gak mau jabat tangan dengan yang bukan mahram, hobby nyeramahin orang yang pake hijab tapi tetap berkhalawat dengan lawan jenis. Tapi dianya sendiri .."

Farrel menggantung ucapannya,

"Nilep duit yayasan!" sambar Syafrudin di sambut Ger tawa meledak keras. Nur tersenyum kecut. Ia tidak ikut-ikut. Terserahlah orang mau ngapain, meng-judge orang lain seolah merasa lebih baik dan lebih mulia. Itu hak mereka.

Nur hanya belajar dari mbak Shasi. Tidak meng-judge siapapun, tidak merasa lebih baik dari siapapun.

Karena sejatinya kita adalah pembelajaran buat yang lain.

"Ayat-ayat Alloh itu ada yang tersurat dan ada yang tersirat, Nur."

Terngiang kata-kata mbak Shasi.

"Yang tersurat adalah al qur'an dan sunnah seperti keyakinan kita.

🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang