Part 69. Blood Is Thicker Than Water

203 28 39
                                    

*69.

______________________________________________

Motor sport warna putih dengan pengendara berhelm fullface itu  melesat cepat karena tarikan kuas gas, mesin yang menggerakkan rantai dan membuat roda berputar seolah menggilas seluruh hati dan perasaan Rachel Isnaini. Roda yang menyentuh bibir aspal basah oleh sisa hujan memercikkan air dan memberikan gaya ke belakang aspal, aksi yang terjadi hingga memunculkan reaksi. Hukum Newton lll yang membuat dada Isna seperti amblas. 

Spontan teriakan keras Isna membuat William reflek melihat ke arah bahaya, hanya sepersekian detik jika ia terlambat maka tubuhnya akan terhempas di atas aspal basah, bersimbah darah.

"Kamu gak apa- apa, bang Wil? Kamu baik-baik aja kan?" Isna bertanya panik, menatap William yang masih sempat membaca plat nomor  motor yang nyaris menabraknya. Berusaha menghafalnya. Instingnya cukup peka setelah berkali-kali menghadapi bahaya karena terlibat urusan Bima.

"Pak William? Bapak tidak apa-apa?" tanya seseorang sambil berlari-lari dari arah gerbang, seorang gadis belia seusianya. Nametagnya bergoyang-goyang saat berlari mendekati William.

"Tidak apa-apa," jawab William sambil tersenyum dari balik maskernya. Meski jujur jantungnya mau copot dengan kejutan di senja berbalut mendung itu. Isna menatap nametag karyawati cantik dengan rambut di ekor kuda itu, bernama Adinda Maya, posisi RA ( RESEARCH ASSISTENT). 

Isna menunggu saat Adinda Maya berbincang dengan William mengenai proposal penelitian dan publikasi ilmiah serta laporan penelitian. Bahkan tentang beberapa anak SMA yang menang lomba KIR dan sedang dibimbing untuk riset sesuai dengan proposalnya.

"Kamu atur saja jadwalnya dengan Dr. Arjun agar jadwal beliau tidak bentrok dengar ngajar kuliyah," jawab William saat Maya membahas mentor diskusi ilmiah untuk beberapa hari ke depan. Maya mengangguk-angguk.

"Penjelasan kita tentang ribuan teripang yang terdampar di sisi selatan pantai  Karang Hitam sudah siap diup, Pak. Tinggal menunggu ACC  Dr. Arjun, tapi belum bapak cek, tadi saya cari bapak tapi bapak di  Pusat Penelitian Biomaterial," ucap Maya lagi, Willliam mengangguk. Dari Pusat Penelitian Oseanografi ( P2O ) menduga peristiwa ini terjadi karena pergerakan secara vertikal massa air laut dari lapisan  bawah ke lapisan permukaan ( UPWELLING ), akibat gelombang tinggi dan arus yang kuat. Arus ini mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat, hingga banyak mengandung fitoplankton yang merupakan makanan alami ikan. Dan makanan teripang adalah protozoa dan nematoda. Jadi mereka keluar untuk mencari makan.

"Ini dengan rekaman video dari Tim Peneliti Teripang ( Bioekologi ) sudah masuk kan?" William bertanya sambil scrol-scrol tab Maya.

"Iya, Pak. Lengkap dengan perbandingan tim peneliti yang melakukan validasi Suhu Permukaan Laut ( SPL ) dari data stasiun pengamatan NOAA." Maya menjelaskan sambil membantu William menunjukkan data-data.  NOAA adalah National Oceanic and Atmosphric Administration ), merupakan satelit meteorologi seri ke-3 milik Amerika Serikat). Isna berdehem melihat Maya seperti sengaja membiarkan bahunya bersentuhan dengan bahu William.

William berguman, semua riset mereka memang harus dengan data dan fakta yang valid sebelum diup ke masyarakat. Karena mereka adalah sumber informasi resmi negeri ini. Seperti teripang jenis apa, mengapa mereka ribuan terdampar, apa penyebabnya, dari habitat apa, karena apa, apakah karena kandungan klorofil, kondisi gelombang, atau kemungknan apapun yang berpotensi membuat mereka terdampar.

"Keren ya, bang Will, kerjaan kamu, jadi basis informasi resmi tentang penelitian yang jadi acuan media massa baik lokal maupun internasional," ucap Isna saat sudah berkendara dibonceng William, mereka akan ke bengkel lebih dulu untuk mengambil motor William.

🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang