𝕻𝖆𝖗𝖙 52. 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖔𝖓𝖌𝖐𝖆𝖗 𝕻𝖊𝖗𝖘𝖔𝖓𝖆 ( 1 )

170 28 24
                                    

*52.

*
*

A / n.

● Sebagian isi part ini fiksi. Tidak berhubungan dengan siapapun dan apapun di dunia nyata.

Jika ada kesamaan kisah di dunia nyata itu murni kebetulan. Tidak bermaksud menyinggung siapapun dan apapun.

● Buang buruknya dari part ini. Ambil baiknya. Bijaklah dalam membaca. Tidak bermaksud mengajari hal yang buruk. Murni untuk literasi.

Untuk wife di dunia nyata " thanks a lot". You are the women who could transform my imperfection into my perfections with only the touch of your love and care.

*
*
Rizal bergegas mensejajari Bima untuk melewati flap barrier gate, plang otomatis hanya dapat di masuki orang-orang yang memiliki akses untuk masuk. Sejak menikah dengan Nur energi positif Bima sepertinya selalu full. Terbukti pagi itu dia tampak sumringah dengan senyum yang selalu mengembang. Menjawab ramah sapaan orang-orang. Padahal dulu moody. Perlakuan istrinya yang kian manis dan menomorsatukannya membuatnya merasa berarti.

"Hai, seger banget?" Rizal menyapa sambil mengamati Bima yang menempelkan kartu , flap akrilik terbuka. Mereka berjalan beriringan saat sudah sama-sama melewati plang.

"Apa kabar Nur?" Rizal bertanya saat berdiri dekat floor buttons, tombol bertuliskan angka penunjuk lantai yang ingin di tuju. Rizal yang menekan lantai kantor mereka. Mereka mengangguk dengan senyum saat rekan-rekan kantor yang satu lift menyapa.

"Baik. Maaf ya jika adik-adik dan istriku kepo soal Naina," Bima meminta maaf. Dengan senyum Rizal menjawab,

"it's okay. "

Sebuah ruang yang jelas tertulis divisi accounting mereka masuki. Dengan pintu kaca sandblas. Sapaan karyawan dan karyawati yang sudah mengisi beberapa kubikel menyapa ramah.

Bima tersenyum membalas sapaan staffnya. Ia dan Rizal dalam divisi yang memiliki banyak bidang.

"Pak Bima sejak merid jadi jinak," bisik Maura sambil terkekeh pada Nadya. Nadya mengangguk dengan senyum. Lebih suka pak Bima yang sekarang.

"Dengar-dengar istrinya masih bocil ya?" Nadya berbisik. Maura mengangguk. Belum sempat berghibah pagi-pagi Bima mendekat,

"Data entry siap, Ra?" Bima bertanya dengan senyum dengan cepat Maura menjawab. Sekarang tanpa takut.

"Siap, Pak. Saya sudah dapat data jurnal akutansi dari bu Meyda dan jurnal operasional dari pak Totok." Maura menjawab lugas. Singkat. Data entry sederhananya memindahkan data dari fisik ke digital atau database.

"Kita siap rakordiv, Bi," Rizal mengucapkan itu dengan senyum. Bima mengiyakan. Membiarkan Rizal menyiapkan semuanya. Rapat antar divisi yang akan di adakan hari ini. Presentasi di depan direksi dan pimpinan lain. Mengenai perkembangan divisi masing-masing.

"Materi rakordiv sudah siap kan, Zal?" Bima bertanya sambil sibuk dengan gawainya, typing untuk istrinya bahwa dia akan rakordiv. Khawatir Nur kirim pesan atau telfon. Karena istrinya itu rajin memantau dirinya.

"Sudah aku copy ke laptop bu July, di depan kamu kan?" Rizal menjawab. Bu July adalah sekretaris rapat. Bima mengiyakan lalu mengingatkan untuk membawa data cadangan barangkali dibutuhkan. Rizal mengiyakan dengan senyum. Tidak tahu apa yang ada di balik senyum itu. Felicia yang dipindah ke bagian lain mencoba mengawasi Rizal. Apakah dia bermaksud mempermalukan Bima di rakordiv? Felicia yang biasanya menghundle semua dan selama ini ia tidak pernah memalukan Bima.

🅳🅰🆈🅸🆃🅰 || Blood Is Thicker Than WaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang