33. The Contest

347 40 0
                                    

Jaki agak panik sebab dari semalam Jio sedikit batuk, seharusnya ia memang tidak mengizinkan Jio makan banyak permen.

Jaki memang selalu menyuruh Jio menggosok gigi setelah memakan permen, tapi ia tidak pernah menyuruh anak itu minum air hangat agar sisa gula ditenggorokannya hilang.

Sekarang Jaki hanya bisa berdoa agar Jio baik-baik saja. Ia juga tidak bisa menemani Jio lomba sebab ia harus remed matematika disekolah dan pulang sekolah ia harus turnamen futsal.

Kemarin malam ia dan kembarannya habis diceramahi oleh Kakaknya selama hampir dua jam. Jia menggunakan aplikasi zoom dan Jaka Jaki disidang disitu. Benar-benar membuat sakit kepala.

Hari ini tadinya dia mau bolos lagi sampe senin, tapi karna diceramahin jadi gajadi bolos.

Jaka juga belakangan ini lagi baik ke Jio, sekarang dia lagi masuk-masukin barang yang Jio perlu bawa ke tasnya biar nanti langsung jalan.

Jio turun kebawah setelah selesai menggunakan seragam, seperti biasa Jio selalu bermasalah dengan dasinya. Bentuknya sangat jelek. Jaki bergegas merapihkannya kemudian memasangkan masker dimulut Jio.

"Dek semangat ya! Ga usah dipikirin banget, menang kalah gak masalah. Maaf ya abang gak bisa nemenin kamu karna abang harus remed matematika, maaf juga gara-gara kita kamu jadi batuk."

Jio melepaskan pelukannya diakhir kalimat Jaki, "Gapapa bang, ini batuk karna aku sendiri." Ucapnya.

Jaka kemudian memberikan tas kepada adiknya, "Nih," Katanya, "Good luck." Ujarnya menyemangati.

Jio mengambil tasnya malas. Semalam ia sempat main sama Jaka ke tempat balap liar lagi, terus Jio kesel karna Jaka malah bawa motor matic yang jalannya lama gak kaya Mulyono, kalo Mulyono kenceng parah. Gara-gara motor matic Jio kemarin jadi yang paling terakhir deh.

Jio mencium tangan Jaki, "Bang Olaf nanti tolong kasih wortel ya, sama jangan boleh dimainin sama Bang Jaka nanti dia siksa." Salam Jio ke Jaki.

Pas salaman ke Jaka, Jio Cuma nempelin tangan Jaka ke jidatnya aja dan milih pergi keluar nunggu mobil jemputan sekolahnya nyampe.

Ketika dia menggunakan sepatu, bus itu langsung tiba didepan halaman.

"Bang aku berangkat ya! Assalamualaikum."

Jaka dan Jaki menjawab salam tersebut

Ketika punggung adiknya tak lagi terlihat Jaki merasa—adiknya itu sudah tidak kecil lagi. Jio mulai berani melakukan semua hal sendiri, tidak harus ditemani dirinya ataupun Jia lagi seperti dulu. Jio juga sudah mempunyai banyak teman. Jio sudah mulai gak ketergantungan dia lagi, tapi justru itu membuat Jaki sedih. Dia malah lebih senang direpotkan adiknya dari pada Jio melakukan semua hal sendiri. Karna itu hal teraneh jika adiknya mandiri.

Dan sekarang Jio mulai mandiri.

"Dek jangan cepet gede." Gumamnya dalam hati.




Mobil sekolah Brawijaya Academy terparkir diparkiran luas Global Angkasa School, sekolah itu benar-benar besar.

Brawijaya Academy membawa total enam anak, 3 kelas 7 dan 3 kelas 8 sebagai suporter. Biasanya memang Brawijaya Academy akan mengikuti lomba antar sekolah cukup banyak dikelas 7 jadi dikelas 8 sudah mulai berpengalaman dan kelas 9 biasanya sudah bisa mengikuti lomba nasional.

Jio melangkahkan kakinya keluar dari mobil, ia mengikuti saran dari sang Kakak.

"Tarik nafas, buang. Berdoa dan tenang. Jangan jauh-jauh sama temen deket kamu. Mereka semua yang gak kenal kamu bukan berarti mereka jahat, mereka baik jadi kamu gak usah takut. Mereka gak bakal jahatin kamu. Yang penting kamu sopan, rapih, dan bersih wangi pasti mereka juga suka kok sama kehadiran kamu dek."

J Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang