"Sukurin tuh, kan masuk penjara."
Suasana rumah pukul 10 pagi itu tiba-tiba menjadi mencengkam.
Mungkin Jia dan Jaki memiliki pikiran yang sama.
"Jad—" Ucapan Jaki terpotong ketika Jio langsung berdiri didepan televisi hingga menutup layarnya.
"Kenapa kalian jahat banget sih?" Tanyanya dengan menatatap tajam saudaranya bergantian dan muka yang memerah.
Jaki dan Jia diam mematung, sementara Jaka langsung berdiri dengan tatapan nyolot.
"Heh yang jahat tuh mereka, pikir dong." Ucapnya sembari menunjuk otaknya sendiri.
Jio langsung memandang Jaka murka, giginya menggerutu kesal.
"Aku dari kemarin pas udah sadar aku diem aja gak ngebahas tantang Mama aku kira kalian bakal baik ke Mama."
Jawaban Jio membuat melongo Kakak dan Abangnya. Dan Jia akhirnya tahu kenapa dari semalam Jio masih diam saja, karna dia gamau mereka jahatin Mama.
Jaka sontak langsung memicingkan mata dan menunjuk Jio, "Eh lu tuh ditampar ya sama Mama, lu dicekek sama si Patra terus Mama cuma liatin lu doang dan lu masih sayang sama orang kaya gitu?"
Jaka kesal bukan main, dia tau Jio sayang Mama, tapi udah waktunya Jio harus sadar kalo Mamanya gak sesayang itu sama dia.
"Yang ditampar sama dicekek kan adek, kenapa Abang yang sewot sih?" Tanya Jio ketus dengan wajah nyolot.
"GUA ABANG LU JIO! LU DISAKITIN MASA GUA DIEM AJA?" Teriakan Jaka membuat seisi ruangan menjadi semakin menegang.
"LO TUH SADAR GAK SI JIO MAMA GAK PEDULI KITA SAMA SEKALI?"
"SADAR DEK RASA CINTA SAMA SAYANG LO KE MAMA GAK PERNAH BERBALIK KE LO."
Tatapan serius Jio langsung berubah datar dengan mata berkaca-kaca, dadanya semakin sesak mendengar pernyataan kedua Jaka.
"GAK SEMUANYA BISA DI BELI PAKE UANG, KERJAAN DIA CUMA KASIH UANG DOANG. Kasih sayang tuh gabisa di beli, lo harusnya sadar kepedulian dia kekita cuma sekedar teori tapi prakteknya nol."
"Tapi Abang pake mulu kan uangnya!" Elaknya dan masih terus membela Mamanya.
Jaka diam, memang benar, dia selalu pakai uangnya, lagian apa gunanya jika diberi uang lalu hanya dibiarkan begitu saja. Lagi juga Jaka gak pernah minta, Mama yang selalu kasih, jadi meskipun gak dikasih juga bukan masalah bagi Jaka karna Ayahnya pun masih memberi uang.
Yang menjadi masalah adalah Mamanya yang selalu berfikir kalau hanya dengan uang anaknya akan senang, anaknya akan mudah dibodohi dengan uang-uang tersebut. Meskipun kenyataannya Mamanya lah yang dibodohi oleh uang.
Padahal anaknya tidak ada yang mata duitan, tapi Mama dulu pernah bilang mau terus bekerja buat jajan anaknya karna jajan dan kebutuhannya banyak. Jelas itu sebuah kebohongan sebab semua kebutuhan sudah tercukupi oleh Ayahnya
Sekar memang wanita yang boros, iri hati, dan tidak mau kalah dari orang lain. Dia selalu ingin dipandang paling 'Wah' oleh orang-orang disekitarnya. Itulah sebabnya kenapa menurut Sekar 'Uang' merupakan hal terpenting dalam hidup.
Mereka berempat tidak pernah menjadi anak yang boros sampai kedua orang tuanya bercerai dan mereka masih belum bisa mengatur uang-uang itu.
Jaka menjambak rambutnya kesal, "Dek bisa gak sekali aja lo pikir Mama tuh emang jahat ke kita, dia gak peduli sama kita—"
"Dia peduli!" Teriak Jio membantah dan membuat Jaka semakin ingin membantah.
"DIA GAK PEDULI SAMA KITA JIO."
KAMU SEDANG MEMBACA
J Sibling's
Fiksi PenggemarKisah keseharian empat bersaudara, yaitu Jia si cantik sebagai anak pertama, kemudian si kembar yang paling menyebalkan yaitu Jaka dan Jaki, dan terakhir ada anak paling menggemaskan yaitu Jio.