44. Law

428 49 3
                                    

"Kita bawa kejalur hukum."

"Pengadilan." Sambung Jaka.

Mereka semua langsung menatap Jaka sedikit ragu meskipun akhirnya menyetujui.

Jia mengelap air matanya kasar dan melepaskan diri dari pelukan Jaka.

"Gue udah siap," Ia mengangguk mantap meyakinkan diri, "Sekarang aja."

Namun tak lama Jia memikirkan sesuatu, "Tapi gue takut malah Jio yang kena masalah, soalnya dia yang ngatain Patra duluan."

"Ngga udah, nanti gue ikut jadi sanksi, gue telfon Bunda juga." Saut Jeffrey kemudian langsung menelfon Bundanya.

"Oiya Kakak aku bisa bantu biar cepet Kak, dia juga dirumah kok tadi." Ujar Lia ikut membantu.

"Jio nya?" Tanya Jaka.

Lia mengangkat tangan bersedia menunggu Jio, "Sama gue aja."

"Lia gausah nanti ngerepotin kamu." Tolak Jia yang merasa tak enak hati kepada Lia.

Lia menggeleng cepat dan menghampiri Jia, ia genggam tangan Jia.

"Ngga ngerepotin sama sekali Ka, santai aja gapapa, aku juga dulu sering dijagain kakak, sekarang gantian aku jagain Jio disini."

Sungguh mereka beruntung sekali dikelilingi oleh orang-orang baik dan sangat peduli dengan mereka sejak dulu.

Senyuman perlahan terukir dibibir Jia yang sedikit membengkak karna menangis, mukanya jelek sekali sekarang. Jia langsung memeluk Lia kencang sekali. Jujur dia pingin punya adik perempuan modelan kaya Lia.

"Terus gue gimana?" Felicia bertanya pada semuanya, dia bingung harus ngapain sekarang.

"Lo pulang aja." Jawab Jeffrey singkat dan ketus.

Felicia langsung memandang Jeffrey aneh, padahal tadi pas masih jalan dirumah sakit masih ceria aja, sekarang malah jadi aneh.

"Anterin." Pintanya dan mendekati Jeffrey.

"Pulang sendiri dulu, gausah manja." Jawabnya tanpa menatap mata Felicia. Hal tersebut sedikit melukai hati Felicia.

Dasar cowok aneh.

Kemudian dia benar-benar pergi meninggalkan mereka. Dan ternyata memang tidak ada yang peduli dengan kedatangannya, semua fokus pada keluarga aneh itu batinnya.

Setelah di bicarakan dan di pikirkan lebih matang. Akhirnya Jia, Jaka, dan Jaki memutuskan untuk pergi ke pengadilan terdekat. Jeffrey juga ikut bersama Bundanya yang sudah ditelfon, disusul dengan beberapa teman terdekat, seperti Harsa, Mario, dan Rendi. Dan—Ayah tentunya.

Mereka terpaksa harus memberi tahu masalah serius ini ke sang Ayah.





Setelah memberikan bukti cctv kejadian tadi, mereka malah diminta untuk memberikan rekaman-rekaman cctv lain dan alhasil Sekar kena sanksinya juga, dan sekarang mereka semua tinggal menunggu keputusan sang hakim.

Mamanya ditelfon langsung oleh Kakaknya lia yang berupa pengacara. Mamanya sedang duduk berdua dengan Patra, ekspresi mereka jelas marah dan Sekar sempat tak percaya kalau anaknya benar-benar melaporkannya.

Sebenarnya mereka hanya berniat melaporkan Patra, mereka tidak berfikir kalau Sekar kena dampaknya juga, namun di vidio Sekar pun terlibat masalah, ditambah vidio-vidio lainnya ketika Skear dan Patra kerumah.

Ini sangat mengejutkan. Apa kata Jio kalau tahu Mamanya dipenjara.

Jia berfikir, apakah setelah ini dia akan menjadi anak durhaka karna melaporkan Mamanya seperti ini. Namun Mamanya sudah kelewatan batas, tak sekali dua kali ia sering main tangan kepada mereka dulu. Mungkin ini keputusan terbaik.

J Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang