35. Nightmare

536 48 2
                                    

Alex sedikit merasa bersalah ketika tahu bahwa Jio beneran sakit, karna tadi ketika kuis tanya jawab mereka cukup banyak bertengkar. Sekarang ia sedang menunggu Jio didepan mobil. Mereka akan pulang dengan membawa piala dan piagam. Alex ingin berterima kasih ke Jio, ini tulus dari hatinya.

Yang ditunggu menampakan diri, dia sama Vanilla dan Bu Riri. Mukanya cukup pucat, sebenarnya Alex sudah tahu sejak tadi kalo temannya sakit, Cuma dia lebih mentingin skor dari pada temennya.

Bu Riri masuk duluan ke mobil ketika tahu kalau katanya mereka bertiga pingin ngomong dulu sebentar.

"Jio maaf ya kalo tadi aku marahin kamu mulu," Katanya dengan rasa bersalah.

Lagi-lagi Jio harus menambah beban pikiran karna bingung bereaksi apa. Malah Vanilla yang bereaksi, ia melipat tangannya diperut dan mengerutkan alisnya lalu memandang Alex marah.

"I-iya gapapa Lex."

Kemudian Alex memakaikan Jio medali, karna hanya dia yang belum menggunakannya. Alex dan Vanilla tadi sudah dipakaikan.

Lalu Alex menjabat tangan Jio, "Kamu keren, makasih ya mungkin kalo tadi kamu gak jawab kita kalah."

"Kita semua keren, Vanilla banyak jawab soal biologi, kamu juga kan tadi banyak benerin yang pilgan. Kalo gak kamu benerin kita juga gak bakal sampe babak final." Ujar Jio menjelaskan dikala pusingnya kepala dia.

Dia tidak berbohong tentang semua yang ia ucapkan karna memang benar Alex banyak menjawab pertanyaan di pilihan ganda dan jawabannya benar, makanya Jio cukup kaget ketika kuis tanya jawab Alex malah banyak motong skor.

Setelah itu lagi-lagi Vanilla ngajak tos-an konyol buatannya.




Jio kembali batuk-batuk dimobil, ia sudah menggunakan masker kembali. Ia lemas, sedari tadi hanya menyenderkan kepalanya ke kaca dan memejamkan matanya. Bu Riri sudah mengajak ke rumah sakit terlebih dahulu namun ia gamau. Dia kekeuh ingin ke SMA Abangnya saja lalu minta dianterin pulang.

Sekarang mobil itu terparkir di SMAN 3 Rajawali. Jarak SMP Jio dan SMA abangnya memanglah sangat dekat. Bisa jalan kaki sebenarnya untuk menempuh sekolah itu.

Bu Riri pergi ke ruang piket untuk membuat pengumuman berupa panggilan kepada Jaka dan Jaki. Jio ditemani Vanilla duduk didekat ruang piket. Mereka hanya bertiga, mobil sekolah terparkir didepan.

"Panggilan, untuk Jaka 12 IPA 3 dan Jaki 11 IPA 4 untuk keruang piket segera. Sekali lagi panggilan untuk Jaka dan Jaki agar keruang piket segera."

Panggilan tersebut membuat Jaki yang baru selesai sholat zuhur dan ingin berjalan ke kantin untuk membeli gorengan pun di urungkan dan memilih lari untuk keruangan tersebut.

Harsa yang lagi jalan sama Jaki langsung ikut lari ngintilin sohibnya.

Jaki menampakan batang hidungnya disusul dengan Harsa, anak itu dengan ekspresi berlebihannya selalu membuat orang geleng-geleng.

"HAH ADIKKU ADIKKU KENAPA ADIKKU?" Tanyanya sambil memegangi seluruh tubuh Jio dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu memeluknya lebay.

"Bang kaya mau meninggal," Jawab Jio dengan wajah datarnya namun membuat Jaki ketar-ketir heboh gak karuan.

"Iya kak, tadi dia juga bilang gitu ke aku." sahut Vanilla menambahkan dan membuat Jaki semakin panik.

Jaki langsung berjalan mengambil mic dan membuat pengumuman.

"Panggilan untuk Jaka untuk segera ke jembatan sirotol mustaqim." Jaki kemudian menarik nafas panjang sebentar.

"ALIAS SINI LO JAKA KE RUANG PIKET WOY!!!"

J Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang