"Ini sih namanya bunuh diri." Kata Marsel menjelaskan.
Jaki, Harsa, dan juga Jio sedang bertamu ke markas Cakrawala untuk meminta pertolongan.
"Bukannya kita gamau bantuin ya, cuma kita gabisa nyerang karna mereka pasti pake senjata karna mereka markas jual beli senjata ilegal, sementara kita cuma geng motor ece-ece anjir." Perjelas Rivan kemudian.
"Betul Bang, kita boro-boro punya senjata."
"Eh tapi bisa sih kalo mau ambil resiko gede segede-gedenya."
"Apa?" Tanya Jaki dengan penuh harapan.
"Pake bantuan intelijen sama polisi, tapi kita gak jamin kalo Jaka juga gak ditangkep."
"Yaudah gitu aja kali ya?" Tanya Harsa pasrah ke mereka semua.
"Buset lu nanya kaya gak ada beban idup, ini rencana menyangkut nyawa kita semua lu kalo ngomong nadanya yang meyakinkan dikit coba." Protes Evan.
"Ya abis gimana lagi? Gak ada jalan lain." Jawab Harsa.
"Yaudah gapapa, gapapa kalo misalnya Jaka ketangkep seenggaknya gak ada yang terluka." Jaki kemudian menggigiti bibir bawahnya sendiri menahan rasa takut.
"Kalo itu juga gak bisa dijamin."
"Apanya?"
"Kalo gak ada yang terluka." Perjelas Ray.
Jaki menariknafas panjang, dia—sungguh pusing sekarang. Ternyata selain Jaka yang gila, Kakaknya jauh lebih gila. Bagaimana bisa ia dapat informasi Jaka berada ditempat markas penjualan senjata ilegal, dan ia malah membelinya. Apa gak ada cara lain selain pergi kesana sendirian dan membeli sebuah senjata yang terlihat seperti panahan yang cukup besar dengan nominal yang cukup membuat kaget.
Kenapa dia tidak memberitahunya, itu yang dipikirkan Jaki.
Brak!
Suara dobrakan pintu yang terbuka dan menampilkan dua orang lelaki yang masuk.
Itu Jeffrey sambil memegangi kerah belakang seorang lelaki yang entah siapa.
"Ini dia hacker yang bantu Jia buat nyari info Jaka." Seru Jeffrey kemudian mendorong orang itu hingga tersungkur dilantai. Ia mendekati dan mengambil tongkat baseball untuk menodongnya.
"Sekarang gua minta lo kasih liat darkweb tempat data-data tempat Jia beli senjata!" Ancamnya kemudian membuat semua orang diruangan tersebut ikut berdiri dan menatapnya dengan tatapan mematikan.
"Oke gua bantu tapi tolong lo semua YANG KE KOSTAN GUA BODOH!" Teriaknya kemudian berdiri.
"Semua datanya ada disana, kalo lo mau gua kasih unjuk."
Akhirnya semua mengangguk dan mereka pergi ke kostan cowok tersebut.
"Jaka bukan bagian penjual, dia jadi petinju bayaran disana, dan senjata Kakak lo bakalan ready nanti jam empat pagi, perjalanan dari sini kesana kurang lebih tiga jam jadi kemungkinan Kakak lo berdua itu bakalan beraksi sekitaran jam satu." Perjelas cowok dengan pakaian serba hitam dan kacamata minus cukup tebal itu. Yang bernama Osta.
"Waktu kalian gak lama, gua harap Jia gak senekat itu buat ngerencanain sesuatu yang gila."
Jaki kemudian berdiri dan memegang kerah pria itu dengan tatapan berapi-api.
"Lo tuh kenapa gak kasih tau siapa-siapa sih kalo dia punya rencana kaya gitu!" Bentak Jaki yang sudah sangat marah.
Pria itu tersenyum remeh, "Harusnya lo yang cari tau sendirilah tolol, lo serumah tapi gak tau info apa-apa tentang dia." Dia mendorong Jaki hingga tangan Jaki tidak lagi memegang kerah bajunya, "Eh lo semua tuh harusnya tau dia udah nemuin Jaka dari akhir januari. Cuma baru beneran nekat sekarang aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
J Sibling's
FanfictionKisah keseharian empat bersaudara, yaitu Jia si cantik sebagai anak pertama, kemudian si kembar yang paling menyebalkan yaitu Jaka dan Jaki, dan terakhir ada anak paling menggemaskan yaitu Jio.