Nafas Jaka terengah-engah, memang benar adik kembarnya sangat menyeramkan. Beruntung dia sudah pergi, mungkin kalo masih disini Jaka juga ikut masuk ruang ICU.
Uluran tangan bantuan diberikan Harsa untuk Jaka, dengan cepat Jaka meraihnya dan berdiri dengan kesulitan. Mungkin Harsa emang ngeselin dan konyol, tapi Harsa tetaplah teman terbaik yang Jaka punya, meskipun ia tidak peranh bilang secara langsung.
"Ga ada gue lu pasti udah mati Jak." Ujarnya meledek.
Jaka mendengus dan tersenyum kecut.
"Gue sebenernya pingin mukul lu juga sih," Kemudian ia rangkul Jaka dan menghadap ke mukanya, "Tapi jatah gue udah direnggut Jaki semua."
Jaka melepas rangkulan Harsa, ia jalan sembari memgangi perutnya, ia melihat ada toilet pria dihadapannya, lantas ia buka pintu tersebut dan langsung masuk.
Cermin toliet memantulkan wajah terburuk Jaka, selalu seperti ini jika habis dipukuli Jaki. Ia membuka keran dan mencui wajahnya kasar.
"Jelasin, kenapa bisa begitu Jak?" Tanya Harsa yang sedang mencuci mukanya juga untuk menghilangkan sisa emosinya.
Jaka menghela nafas panjang dan membuka mulut.
Ia mulai menjelaskan dari awal dia cuma iseng bawa Jio ke tempat balap liar dan kenapa hal tadi bisa berakhir.
Harsa mendengus panjang dan merangkul kembali Jaka untuk memberikan energi semangat.
"Anterin gue ngambil makanan yu," Ajak Jaka kemudian mereka pergi keluar dari toilet pria.
Ketika berjalan melewati belakang Kakaknya dan Jaki, Jaka hanya bisa melirik sekilas dan kembali berjalan seolah sesuatu tidak ada yang terjadi.
"Jak ramennya udah mekar?" Komplain Harsa ketika melihat ramen tersebut.
Jaka menengok ke ramennya, dan kemabli menyupir mobil, "Oh iya sih pantes, orang gue mesen dari jam sepuluhan."
Harsa mengangguk sembari menggigit pizza kemudian melihat jam dimobil dan menampilkan sudah pukul hampir jam dua belas malam, "Yaudah gue yang makan ya?"
"Jangan," Ucapnya tegas, "Itu punya Jaki sama Kakak."
Harsa menarik sudut bibirnya, "Ga bakal dimakan pasti."
Jaka menggaruk kepalanya, benar juga sih, pasti gak bakal dimakan mereka, orang mereka juga lagi marah sama Jaka.
Perut Harsa memang terasa sangat lapar habis melawaan Jaki, badan Jaki tidaklah besar seperti atlet, biasa saja, kurus namun sedikit berisi, namun tenaganya luar biasa.
"Jio pasti bangga punya Abang kaya lo."
Jaka tertawa, yang benar saja.
"Ngeledek ya lu." Jawabnya.
Harsa memelototkan matanya dan mendekati wajahnya dengan wajah Jaka, "Yaiyalah anjir masa beneran."
Jaka tersenyum dan menggeleng, terkadang dibalik sifat konyol Harsa memang ucapannya jarang ada yang salah.
Mereka sampai kerumah sakit dengan tentengan makanan ditangannya.
"Kasihin tuh tolong." Suruh Jaka ke Harsa dengan raut wajah kesal.
Harsa berdiri tegak dan membuat tangan salam, "Maaf paduka, tapi tugas saya sudah selesai." Ucapnya kemudian memberikan seluruh pelastik makanan ke Jaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
J Sibling's
FanfictionKisah keseharian empat bersaudara, yaitu Jia si cantik sebagai anak pertama, kemudian si kembar yang paling menyebalkan yaitu Jaka dan Jaki, dan terakhir ada anak paling menggemaskan yaitu Jio.