Jaki kemudian berlari mengamankan pisau dan anak panah milik Jia sebelum ada korban jiwa lagi, kemudian dia memberikannya kepada polisi dan pergi menahan kembarannya yang terlihat akan mencoba membunuh perempuan yang barusan menembak Kakaknya.
"JAKA STOP!" Teriaknya untuk kesekian kalinya.
Jaka sangatlah dengki dengan perempuan itu, perempuan yang berstatus sebagai pacarnya disini. Sekarang yang ia inginkan adalah melesatkan tembakan ke perempuan itu kearah yang sama seperti perempuan itu menembak Kakaknya.
Polisi jelas langsung bertindak dengan serius, perempuan itu langsung diawasi oleh lima polisi dan dibawa langsung ke dalam mobil khusus, tapi Jaka juga langsung ingin membunuh perempuan itu.
"JAKI LO KENAPA SIH? DIA JUGA HARUS NGERASAIN!"
"GAK GINI JAK NANTI LO JUGA KENA MASALAH!"
"GUE GAK PEDULI!"
Jaki menatap kembarannya yang sudah lama tak berjumpa dengan tatapan dalam.
"GUE PEDULI JAK, GUE PEDULI SAMA LO! MAKANYA SERAHIN SEMUANYA KE POLISI DAN TUNGGU KEPUTUSAN MEREKA."
Tentu Jaki juga takut jika Jaka menembak kembali perempuan itu kembarannya akan terlibat masalah yang sama dan mungkin bisa saja bernasip seperti Mamanya dipenjara.
Dia tidak ingin kehilangan saudaranya lagi.
Cukup melihat Kakaknya terbaring lemah saja membuat hatinya hancur berantakan. Apalagi jika Jaka ikut terlibat banyak masalah dikantor polisi.
"Benar ananda Jaka, anda juga salah satu anggota komplotan ini, yang artinya anda juga harus dibawa ke kantor polisi untuk diselidiki." Ucapan polisi tersebut membuat Jaka semakin menggebu-gebu.
"Ga gabisa, saya HARUS—"
"DENGAR ANDA BELUM BERHAK MELAKUKAN APA-APA DAN SEKARANG IKUT KAMI KE KANTOR POLISI!"
"GAK MAU! Saya mau mastiin kalo Kakak saya baik-baik aja dulu, karna kalo sampe dia terjadi apa-apa SAYA BAKAL BUNUH TUH PEREMPUAN BAJINGAN."
Jaka dan Jaki tampak sangat hancur sekarang, namun dengan cara yang berbeda. Setelah perdebatan Jaka dengan para polisi hingga akhirnya polisi mengalah dengan Jaka, Jaka tetaplah mati-matian menahan emosinya. Sementara Jaki hanya berekspresi datar seolah tak ada yang terjadi barusan, bukan karna dia tak peduli dengan apa yang terjadi, tapi sepertinya otaknya berhenti berfikir dan hatinya mati untuk sesaat.
Jio berlari dengan sangat cepat kemudian menjatuhkan tubuhnya dan bersimpuh didepan Kakaknya. Tubuhnya lemas seperti tak memiliki sisa tenaga untuk hidup lagi, dia masih kesulitan percaya apa yang baru saja ia lihat, seluruh tubuhnya mulai gemetar ketakutan melihat tubuh Kakaknya yang mulai mengeluarkan banyak darah dari perutnya.
Yang ia rasakan sekarang hanya—dunianya seakan sudah hancur berkeping-keping seperti pecahan kaca mobil tadi.
Tangannya mulai memegang darah yang keluar dari perut Jia, kemudian ia menatap tangannya sekilas dan melihat wajah Kakaknya yang sudah tak sadarkan diri.
"Kak bangun Kak..." Ia menggoyangkan tangan Kakaknya sedikit namun tak direspon oleh Jia yang benar-benar sudah tak sadarkan diri.
Dadanya terasa sangat sesak dan sakit seperti tertusuk ribuan anak panah. Dia—takut kehilangan Kakaknya, dia takut.
"Kak bangun..." Dengan suara yang semakin pelan dan bergetar.
Kakaknya tidak merespon, air mata mulai berjatuhan membasahi wajahnya yang sudah berlumuran darah.
![](https://img.wattpad.com/cover/288449841-288-k125812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
J Sibling's
Fiksi PenggemarKisah keseharian empat bersaudara, yaitu Jia si cantik sebagai anak pertama, kemudian si kembar yang paling menyebalkan yaitu Jaka dan Jaki, dan terakhir ada anak paling menggemaskan yaitu Jio.