22. Pizza 1 M

379 42 0
                                    

Niat pulang dari kampus ingin merevisi proposal pupus sudah.

Sekarang Jaka, Jaki, Harsa lagi merancang segala rencana untuk ulang tahun Jio yang tinggal 3 hari lagi. Di kamar Jia pula.

"Pokoknya sih harus sampe nangis." Ucap Harsa kemudian tersenyum kejam.

"Harus sih." Timpal Jaka dengan senyuman licik juga.

Jia dan Jaki hanya pasrah, seolah hanya mereka yang menolak tradisi ini. 

Tradisi yang mengharuskan Jio nangis di ulang tahun nya.

Kayak udah 5 kali ulang tahun Jio nangis mulu gara-gara dikerjain!

Kalo besok nangis juga berarti yang ke 6 kali.

"Propeti nya mau taro mana kalo segede gitu?" tanya Jia setelah melihat gambar yang dikirimkan Jeffrey.

"Tempat yang ga dimasukin Jio."

"Mmmm, kamar bonyok dulu aja kali ya? Kan dibawah tuh jadi gausah di gotong ke atas." Usul Jaki. Bonyok yang dimaksud itu pun bokap nyokap.

Mereka pun akhirnya setuju dengan usul tersebut.

"Eh lo mau ikut ga?" tanya Jia ke Felicia yang sedari tadi hanya mendengarkan saja.

"Ikut aja, kasian Kakak cewe sendiri doang." Ujar Jaki dengan tatapan memohon.

Memang biasanya yang perempuan hanya Jia dan Clara, tapi Clara sudah tidak tinggal didekat sini lagi.

Tinggal di Amerika sekarang...

Felicia sedikit bimbang, "Subuh sii, tapi boleh deh." Jawabnya setelah berfikir.

"YEAYYY!" Teriak Jia senang kemudian memluk Felicia.

"Yaudah sana lo semua keluar, gua mau kerkel." Usir Jia ke mereka bertiga.

Akhirnya setelah mereka bertiga sok menggibahi Jia, mereka pun pergi.

Pas lagi jalan denger suara mobil berenti, pas liat dari jendela ternyata Jeffrey.

"Asik bang Jep." Kata Jaka senang.

"Pelorotin ah." Ujar Harsa.

Emang kebiasaan kalo Jeffrey kesini mereka bertiga biasanya minta jajanin sama Jeffrey.

"Adek lo kok cakep-cakep sih?" ucap Felicia sembari mulai membuka laptop.

"Ya lo liat kakak nya dong, spek bidadari gini, jelas nurun." Jawab Jia dengan kepedeannya.

Felicia bergidik ngeri, "Lo Jelek ya."

"Kampret." Jawab Jia sambil tertawa. Dia ga tersinggung, karna paling bercanda kan.

Tiba-tiba ada yang gedor-gedor pintu kamar.

Belum sempet dibuka orangnya malah masuk.

"Woy kunci kamarnya mana?" tanya Jeffrey di ambang pintu dengan kaos hitam favoritnya.

Felicia pun melotot terkejut, oala tau gini bakal sering-sering main ke rumah Jia deh.

Jia pun berdiri dan mengambil kunci kamarnya.

"Nih." Jia pun memberi kunci kamar tersebut sembari jalan menuju kamar yang berada dilantai 1 tersebut.

Felicia nya ditinggal dulu sendiri dikamar.

"Kata bunda lo bisa temenin dia ke salon ga besok?" tanya Jeffrey.

Jia berfikir sejenak, namun sayangnya tidak bisa, jadwal sudah penuh.

J Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang