61. Fearful

451 38 0
                                    

Dua belas mobil terparkir rapih mengitari halaman depan markas senjata ini. Beberapa kabar baik yang bisa menenangkan adalah ini bukan markas aslinya, jadi ini hanya bagian kecil dari markas aslinya yang terletak diluar pulau jawa. Yang kedua disini tidak menjual pistol tapi tetap saja mereka bisa menggunakan benda-benda tajam untuk menghabisi musuhnya. Dan yang ketiga anggota mereka disini hanyalah tak sampai 40 orang.

Kemungkinan besar ada peluang gerombolan Jaki menang, tapi kemungkinan besar juga ada sedikit pertumpahan darah.

Jaki, Jio, Harsa, Jeffrey, Osta, Juan, Mario serta ketujuh anggota Cakrawala, dan juga para polisi dan intelijen sudah siap sedia dengan pistol mereka masing-masing untuk bertempur.

Yang masuk ke dalam markas hanyalah para Polisi dan Intelijen, sementara sisanya disuruh siap siaga didepan gerbang tembok besi raksasa itu.

Jaki serta Harsa berjaga di salah satu mobil yang didalamnya terdapat Jio yang bersembunyi. Jio tidak diperbolehkan keluar sebab dia masih terlalu kecil untuk menghadapi permasalahan ini.

Semakin banyak polisi yang masuk kedalam ruangan ini, semakin juga para penjual senjata ilegal menyiapkan pistol milik mereka sendiri. Mereka hanya memiliki punya mereka sendiri sebab disini tidaklah menjual pistol, mereka banyak menjual senjata tajam tapi tidak dengan pistol.

Jia dan Jaka juga sedang melewati jalan pintas untuk mengambil senjata panahan milik Jia, tak sulit untuk tiba disana dan juga benar-benar sudah tidak ada yang menjaga barang-barang yang baru sampai. Semuanya kabur.

Jaka dengan cepat mengambilkan untuk Jia dan memakaikannya kemudian mereka berdua bergegas pergi lagi

Tapi disela-sela mereka berlari mulai terdengar suara seperti meledak dari peluru.

"SEMUANYA SAYA PERINTAHKAN KEDEPAN!" Teriak seorang polisi dengan sangat lantang dan terlihat ia sedang menodong salah satu teman Jaka dengan pistol dan memborgol tangannya.

Jaka kemudian menarik tangan Kakaknya untuk mengambil jalan yang berbeda dan mengarahkan kepintu keluar.

Tapi sangat disayangkan tiba-tiba hampir semua blok terkepung. Jaka tidak ada pilihan sepertinya yang harus ia lakukan hanyalah satu.

"Sembunyi disana semenit terus lo lari ke ujung sampe mentok dan lo bisa pake ini buat buka pager belakang dan lo kabur ke jalan raya, oke?" Jaka memberikan sebuah kartu dengan wajah dan sidik jarinya kepada Jia yang sudah berkeringat bercucuran dengan raut wajah yang sangat ketakutan.

Jia mengangguk cepat, "Lo gimana?" Tanyanya dengan sangat khawatir.

"Gue bakal nyusul, percaya sama gue."

Jia mengangguk dan hendak berlari namun lagi-lagi suara dari peluru membuat mereka menggagalkan rencananya.

"Plan B, kita ke ruang cctv." Lagi-lagi tangan Jia ditarik paksa oleh adiknya dengan semena-mena.

Ruangan semakin sepi, polisi sudah banyak yang keluar dengan membawa targetnya masing-masing.

Ketika mereka hampir berhasil masuk kedalam ruang cctv tiba-tiba ada seorang polisi yang tak sengaja melihat mereka.

Mereka berdua mulai berlari cepat pergi namun ketika mereka melihat seluruh pengedar senjata ilegal itu mengumpulkan pistol mereka sembari mengangkat tangan mereka pasrah, Jaka dan Jia semakin panik.

Sudah tidak ada jalan lagi kecuali—Jaka mendorong Jia paksa ketumpukan barang-barang yang sangat berantakan hingga terjatuh dan tak terlihat. Sampai Jaka akhirnya berpasrah dengan mengangkat kedua tangannya berserah diri.

Jia terbangun perlahan sendirian, sudah tidak adalagi siapa-siapa diruangan itu, dia berfikir harus kabur lewat jalan pintas belakang.

Urusan Jaka ditangkapnya bisa belakangan, dia bisa menyelamatkan Jaka dengan lebih mudah jika dia tak ketahuan kan.

J Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang