Akhirnya, setelah penantian panjang dan segala bentuk usaha, Jio dapat mengunjungi Mamanya. Capek-capek dia menelusuri internet untuk melihat lokasi Mamanya selama berbulan-bulan, ternyata teman sekelasnya sudah ingin memberi tahu sejak lama.
Mereka akhirnya ke semarang berempat; Jio, Altezza, Pak Tara atau supirnya Altezza, dan yang terakhir Vanilla.
Vanilla sangat keras kepala ingin ikut, jadi mau tak mau Lavina memaksa agar Altezza mengizinkan saudaranya untuk ikut.
Perjalanan jauh itu terasa lebih singkat karna mereka asik bercerita, mulai dari hal kecil hingga pembahasan yang berat, meskipun pembahasan yang berat diketuai oleh Pak Tara.
Kurang lebih 7 jam mereka tiba di apartemen Omanya Altezza. Karna ini sudah larut malam jadi mereka akan mengunjungi Sekar besok pagi.
Dan sekarang terjadi lagi, dua saudara sedang meributkan sesuatu lagi dan lagi.
"Aku kan gak berani tidur sendiri Altez!" Ucap Vanilla memelototi saudaranya dengan membawa koper pink miliknya.
"Udah dibilang gausah ikut." Jawabnya ketus dan tak peduli, "Ngerepotin aja."
Jio hanya diam dan memperhatikan tingkah mereka berdua, setengah jam mereka meributkan tidur seperti apa.
Altezza menyuruh Vanilla untuk tidur dengan Pak Tara namun kemudian langsung ditolak Vanilla mentah-mentah. Kamar disini ada tiga, pas untuk mereka. Pak Tara sendiri, Vanilla sendiri, dan Altezza dengan Jio tentunya.
"AH YAUDAH DEH." Teriak Altezza frustasi.
"Kita tidur bertiga." Tidak ada penolakan habis ini.
Vanilla tersenyum tengil dan menyikut Altezza dan Jio bergantian.
Pak Tara sudah makan dua kali, alias sekarang sudah lewat zuhur. Semalam anak-anak itu terdengar sangat berisik, entahlah sepertinya mereka karokean sebelum tidur, kemudian menyeduh mie instan dan baru tidur setelah mereka sholat subuh.
Sebenarnya Jio sudah menyanpaikan pesan untuk minta dibangunin jam 8. Tapi kenyataannya udah dibangunin masih gak bangun juga.
Tak lama seseorang muncul dengan rambut kusut, dan wajah penuh ceplakan seprai.
"Pak enak amat makan." Tegur Vanilla kemudian menguap dan duduk dilantai.
Pak Tara merespon dengan senyuman dan mengangkat sendok seolah mengajak makan.
"Jam berapa nih Pak?"
Suapan besar sedang dikunyah oleh Pak Tara sekuat tenaga dan ia harus menjawab pertanyaan dengan semburan nasi yang keluar.
"Jam satu kurang Van."
Setelah itu ia tak melihat wajah Vanilla lagi, ia hanya mendengar suara bergemuruh dari kamar dan teriakan melengking perempuan itu.
"WOY BANGUN!!!"
Jam satu kurang mereka bangun, jam satu lewat juga mereka berangkat. Jio dan Altezza langsung mandi koboy pas tau udah siang bolong.
Setelah satu jam perjalanan mereka tiba di Tempat pengurungan Sekar dan Patra. Jio menunjukan nomor sel Mamanya ke polisi dan langsung diarahkan ke tempat tersebut.
Perasaan Jio senang dan gelisah menjadi satu. Bagaimana jika Mamanya semakin membencinya...
Temannya memilih menunggunya diruang tunggu, mereka tidak ingin mengganggu Jio.

KAMU SEDANG MEMBACA
J Sibling's
FanfictionEmpat bersaudara-Jia, Jaka, Jaki, dan Jio-hidup di bawah satu atap dengan sejuta dinamika keluarga. Meski terlihat seperti keluarga sempurna, setiap dari mereka menyimpan luka dan keinginan yang tak terucap.