42. Perfect Hurtful Day

497 59 4
                                    

Hari terus berjalan dengan semana semestinya. Mereka berempat mulai menjalani kehidupan kembali. Jio juga semakin membaik, gips di tangannya sedikit lagi akan dilepas.

Semuanya berjalan seperti biasa kecuali Jio sekarang udah gak main bola hampir satu bulan, sangat disayangkan padahal ini sedang liburan akhir tahun dan dia hanya habiskan dengan duduk menonton kehidupan.

Semenjak satu bulan lalu, atau tempo kejadian Jio kecelakaan, dia jadi sering diajak jalan-jalan sama Jaka buat sekedar liat pemandangan. Abangnya Jaki juga sudah berdamai dengan kembarannya, dan Kakaknya sudah semakin sibuk kuliah.

Seperti sekarang contohnya, Jia sudah keluar dari jam 7 pagi hingga 7 malam belum balik, dia sudah setengah hari diluar rumah. Jaka juga sedang tidak dirumah, dia sedang turnamen basket hari ini, sementara Jaki sedang mengerjakan tugas kelompok dirumah temannya.

Sepi. Tapi mau gimana lagi, gak mungkin mereka bakal dirumah terus-terusan untuk menghabiskan waktunya kan.

Sendirian dirumah seperti ini memang sudah biasa, tapi entah kenapa ada perasaan aneh dari tadi. Mungkin rasanya seperti ingin menangis tanpa sebab, tapi hanya 'ingin' saja tidak bisa sampai menangis.

Sendirian dirumah malah membuat ia menjadi banyak kepikiran, itulah mengapa sebenarnya dia lebih suka menghabiskan waktu untuk tidur, atau keluar, atau bersama orang tersayang, dari pada duduk di halaman rumah sembari memandangi bintang dilangit yang indah seperti ini.

Ia melamun sampai bel dirumah terdengar berbunyi dan ada sorot lampu mobil yang masuk ke rumahnya. Itu bukan Abangnya atau Kakanya tentunya, karna mereka membawa motor.

Jujur tapi dia lebih baik sendiri dari pada didatengin tamu yang gak dikenal.

Lantas ia melihat cctv dari ponselnya untuk melihat siapa tamunya.

Kemudian handphone itu ia biarkan terjatuh kelantai dan berlari membukakan gerbang.

Ini...

Seperti mimpi!





Senyum lebar dan indah terukir diwajah manis Jio, aura ceria terpancarkan dari tubuhnya. Hatinya senang seperti ingin meledak, melihat tamu yang datang.

Itu Mama.

Kabar baik kedua, Abangnya sedang diluar, ia bisa mengunci pintu agar mereka tidak mengganggu.

"Hai sayang!" Sapa Sekar ke anak bungsunya kemudian memberikan kecupan hangat dikepalanya.

Jio menatap Mama dengan senyum malu, kemudian dia menyuruh Mamanya masuk.

Dia senang, dan benci sebenarnya. Perasaan itu menjadi satu setiap melihat bos Mama yang selalu datang kesini untuk menemani Mamanya.

Namun rasa senangnya tetap saja lebih banyak.

Setelah mereka masuk, ia tak lupa mengunci pintu rumah, memastikan agar Jaka jika pulang gak usah dibukain pintu dulu.

Setelah mereka duduk, Jio mengikuti cara Kakaknya dan Jaki untuk melakukan apa yang dilakukan orang ketika ada tamu.

Menyiapkan makanan ringan dan meletakannya dimeja.

"Tangan kamu kenapa dek?" Tanya Sekar sembari memagang tangan Jio khawatir.

Jio sedikit tercekat, "Eee-itu, abis jatuh pas main bola." Dustanya.

Sekar memagang pipi anak itu dan mengelusnya lembut, "Hati-hati dong adek..."

J Sibling'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang