BAGIAN 4 ANGGARITI

150 3 0
                                    


Debu berterbangan tertiup angin kencang yang menyapu padang rumput Puncak Hamerang yang kini berubah menjadi padang tandus. Sebuah lubang sangat besar menganga di tengah padang itu membentuk sebuah kawah raksasa. Bangunan Istana Puncak Hamerang pun kini tinggal kenangan, sebagian besar menara roboh dan menimpa banyak sekali siluman-siluman yang berada di dalamnya. Tangisan dan teriakan kesakitan menyeruak diantara para siluman yang menjadi korban. Banyak para tabib dan prajurit genderuwo berlarian kesana kesini untuk menyelamatkan korban.

Kanjeng Ratu berusaha mencabut pedang yang menancap di dada kanannya. Dia menariknya dengan sekuat tenaga dengan diiringi teriakan hingga akhirnya pedang itu tercabut dan menyisakan sebuah lubang di dadanya. Kanjeng Ratu menangis sambil meratapi nasib nahas yang meninmpanya. Dia tidak menyangka kalau upaya penangkapan Hayati berujung pada nasib buruk. KanjengRatu harus kehilangan kedua sepupunya yang sangat sakti dan setia kepadanya. Rasa penyesalan tampak membanjiri relung hatinya, air mata mengalir deras menganak sungai di wajah dan menetes ke permukaan tanah yang kering.

"hiks...hiks...hiks...Riti...!!!....Praammmm!!...." isak tangis Kanjeng Ratu.

"RATU....KAMU NGGAK APA APA?"

Tiba tiba terdengar suara perempuan yang menyapa Kanjeng Ratu. Dia langsung menoleh ke arah perempuan itu.

"PRAAAAAAAAAAMMM!!......" teriak Kanjeng Ratu.

Dia berlari dan langsung memeluk erat Prameswari yang datang menghampiri Kanjeng Ratu. Kondisi Prameswari sangat mengenaskan dengan banyak sekali luka yang diderita di sekujur tubuh dan pakaiannya tampak compang-camping.

"Ratu...kamu nggak apa apa?.....kamu berhasil ngalahin Hayati?"

"aku baik baik saja Pram....Hayati udah kuubah lagi jadi manusia...kontraknya udah kubakar hingga dia ketarik lagi ke dunia manusia..."

"syukurlah kalo begitu...terus Riti kemana?"

Kanjeng Ratu mendadak terdiam ketika mendengar Prameswari. Air mata kembali mengalir deras dari matanya, giginya tampak bergetar dan raut wajah kesedihan menguasai semuanya.

"kemana kah dia Ratu? Riti dimana? Apa dia selamat?"

"hiks...hiks..hiks...hiks...hiks"

"Ratu kamu kenapa?"

"hiks...hiks..hiks....Riti udah nggak ada Pram...dia udah nggak ada....dia dihantam jurus pamungkas Hayati......hiks..hiks...hiks....dia udah nggak ada..hiks..hiks"

"APAAAHH!!...TI...TI..TIDAK MUNGKIN.....TIDAK MUNGKIN DIA MATI SEMUDAH ITU?"

"kamu liat kawah besar itu!" kata Kanjeng Ratu sambi menunjukan telunjuknya ke arah kawah besar.

"itu kawah apaan?.....kok tiba tiba ada kawah di padang rumput itu?"

"disanalah tempat Riti mati .....dia dihantam sama kumparan energi raksasa.....disanalah dia berada"

Prameswari kemudian terkejut dan tak kuasa menahan tangis. Dia kemudian berteriak histeris memanggil manggil nama Anggariti. Kanjeng Ratu memeluk erat Prameswari yang tengah terpuruk. Setelah beberapa saat menangis, Prameswari tiba tiba bangkit dan melepaskan pelukan erat Kanjeng Ratu.

"tidak..tidak mungkin....Riti nggak akan mati semudah itu...dia pasti masih hidup"

"Praamm....itu nggak mungkin...aku liat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Hayati menghantam Riti"

"tidak Ratu....aku akan ke kawah itu...pasti Riti masih disana"

Prameswari tiba tiba berlari menuju kawah itu, Kanjeng Ratu pun mengikutinya sambil menahan rasa sakit di dada kanannya yang berlubang. Jalan menuju kawah sangat berbahaya, permukaan tanah sangat panas dan mengeluarkan asap, selain itu bau gosong sangat kuat menusuk hidung. Setelah bersusah payah menuruni sebuah turunan yang cukup terjal dipinggir kawah, akhirnya Prameswari menemukan sisa sisa tubuh Anggariti. Dia menemukan potongan tangan kanan, pinggul, ekor dan kaki kiri yang hanya tersisa bagian pahanya. Kanjeng Ratu kembali histeris ketika melihat potongan potongan tubuh itu.

Pacarku Hidup KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang