BAGIAN 35 MELAMAR KERJA

106 0 0
                                    

Pagi mulai menyingsing mengusir sang rembulan dari peraduannya di malam hari. Suara ayam berkokok semakin nyaring dan saling bersahutan. Suhu udara pun perlahan mulai menghangat setelah terkena paparan sinar matahari.

Pagi itu, Asnawi masih terlelap dalam buaian kenyamanan tempat tidurnya. Dia tak peduli dengan pancaran sinar surya yang menerpa tubuhnya dari jendela. Seakan dia dilingkupi perbuatan yang dibenci Tuhan yaitu malas.

Dua bulan sudah dia resmi menyandang gelar sarjana teknik. Dia merasa senang setelah berjuang selama lima tahun dengan mata kuliah yang bisa bikin orang sakit kepala. Ditambah rasa kehilangan akan Hayati yang membuatnya hampir gila.

Akan tetapi, menyandang gelar sarjana tidak serta merta membuat Asnawi bahagia. Sudah dua bulan pula dia menjadi pengangguran. Setiap hari dia hanya berdiam diri di kamar kost nya. Satu satunya alasan dia pergi keluar yakni untuk menengok dan mengurus Merry yang masih belum pulih.

Kini Merry sudah keluar dari rumah sakit. Ia tinggal di rumah kontrakannya. Walaupun sudah dinyatakan sehat oleh dokter, Merry tidak akan bisa berjalan seperti semula karena ia mengalami kelumpuhan pada syaraf kaki. Ia pun harus menggunakan kursi roda selamanya.

Merry sangat shock menerima kenyataan itu, ia mengalami depresi. Akan tetapi hal itu keburu dicegah oleh Asnawi. Ia selalu mengunjunginya setiap hari untuk memberinya semangat kepada Merry agar cepat sembuh dan bisa beraktifitas kembali walaupun dengan kursi roda. Bi Asih sebagai atasan Merry bertanggung jawab penuh dalam membantu membiayai pengobatannya, bahkan sepeda motornya pun yang rusak diganti dengan yang baru.

Asnawi selama ini terlalu fokus menjaga dan merawat Merry setiap harinya, sehingga ia pun melupakan masa depannya sendiri. Seharusnya dia segera mencari pekerjaan bukannya menganggur dan mengurusi orang lain seperti ini. Mungkin orang tua Asnawi pun kecewa seandainya mereka mengetahui keadaan seperti ini.

Setiap hari, Asnawi selalu pulang larut malam, ketika di kamar kost dia tak langsung tidur melainkan bermain game di laptopnya. Tentunya hal ini sangat merugikan kesehatannya.

Ketika waktu menunjukkan pukul 8 pagi, Utami muncul dari lantai bawah dengan menembus pelat lantai. Dia sangat marah ketika melihat Asnawi yang masih tidur nyenyak sementara matahari semakin naik. Ia lalu mengambil segelas air yang ada di meja, lalu menyiramkannya tepat di wajah Asnawi.

"ANJIIIIING!!!!" teriak Asnawi yang terkejut dengan siraman di mukanya.

"BANGUN RAJA COLIIII!!!! UDAH SIANG INI" bentak Utami.

"Aduuuuh kenapa sih pake bangunin segala? Baru juga tidur jam 5" protes Asnawi sambil mengelap mukamya dengan selimut.

"Kamu mau sampe kapan tidur terus woy!! Ayo sana cari kerja!!! Udah dua bulan kamu nganggur"

"Aduh Tami... males ah, aku lagi nikmatin masa liburanku"

"Liburan gimana maksudmu? Yangada kamu cuman males malesan tiap hari lalau kamu pergi ngurusin pacarmu yang cacat itu sampe malem!!"

"Merry bukan pacarku!! Dia juga gak cacat!!!"

"Alaaaah sama aja Wi... dia gak bisa jalan dan kamu pasti cinta mati sama cewek itu"

"ENGGAAK!!! AKU SAYANG SAMA BI ASIH ... DIA PACARKU"

"Oh gitu? Terus kenapa kamu gak pernah nemuin dia lagi huh!! Kamu cuman ngurusin si cacat itu"

"Tutup mulutmu Tami!! Aku jarang nemuin Bi Asih karena aku harus ngerawatin Merry!! Dia gak keberatan sama hal itu... tapi kenapa kamu yang nyolot?"

"AKU YANG KEBERATAN NAWIIIII!!!"

Utami untuk pertama kalinya menunjukan ekspresi marah besarnya dihadpan Asnawi. Seluruh mukanya memerah dan kedua mata sipitnya terbuka lebar.

"Kenapa kamu keberatan?"

Pacarku Hidup KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang