Part62. [ REVISI]

433 11 8
                                    


Please happy with me then ever.

_M.X_

Enjoy Reading.

Ehh aku mau ganti cast buat Bagas boleh? Yang tadinyakan Bright V sekarang jadi Lee Taeyong setuju gak? Bukan apa sih, aku mulai gak suka aja sama Bright Hahah.

_____

"

Lusa bulan kita tunangan"

Dan semua yang berada di sana bersorak penuh suka cita seiring dengan Bagas dan Aditsya yang berciuman tepat di atas panggung, tepat didepan semua orang yang menyaksikan keduanya.

Bagas melepaskan pangutanganya, membingkai wajah Aditsya lembut, Bagas berkata serius.

"I Love you Honey. I love you until the end. Please happy with me then ever" Aditsya mengangguk dengan senyum merekah indah.

"With you forever. Please with me then ever."

Terakhir, Bagas mencium kening Aditsya dalam dan khusu. Di banding dengan sekedar menginfokan keputusan mereka untuk bertunangan. Tingkah Aditsya dan Bagas sekarang bisa dibilang seperti sepasang suami istri yang baru saja terikat di hadapan Tuhan, yah seperti itu mungkin pemikiran para sahabat dan semua orang yang ada di pesta itu.

Di lain tempat ada dua orang, tidak. tidak lebih tepatnya empat orang dengan satu wanita duduk dengan pakaian ketatnya disana. Di salah satu ruangan berisikan segala jenis minuman beralkohol namun bukan Club.  Ini bisa dibilang ruang koleksi dari salah satu orang yang duduk di antara ketiga pria di sofa putih itu.

Salah satu dari mereka meletakan gelas dengan sedikit kasar sambil memandang wajah-wajah orang di sekitarnya dengan tatapan serius.

"Pokoknya saya mau, mereka hancur dan memohon hidup pada kita. Cukup mereka main-main. Kini waktunya mereka menerima balasan atas semua yang sudah mereka lakukan selama ini" ketiga orang lainnya mengangguk setuju.

"Gue yakin kita bisa ngalahin mereka, lebih tepatnya buat si wanita tunduk dan memohon ampun atas semua tingkah wanita itu" pria berhoddie hitam itu ikut berkata.

"Bener. Wanita itu harus hancur kalau bisa mati sekalian" satu satunya wanita disana berkata dengan antusias.

"Kita gak bisa biarin wanita itu mati gitu aja, sebelum dapetin balasan atas apa yang wanita itu buat. Kematian rasanya terlalu indah untuk mereka berdua." Pria dengan style casual yang baru saja berkata mendapat anggukan setuju dari ketiganya.

Pintu ruangan di belakang mereka terbuka, menampilkan sosok pria usia 20 tahun dengan setelan hitam hitam yang ikut bergabung dengan mereka.

"Gimana keadaan disana Va?" Pria itu mengangguk sebentar, diiringi tenggukan pelan pada wine yang baru saja membasahi tenggorokan nya.

"Aman. Dia belum curiga sama sekali, dan wanita mulai khawatir karena Lo kabur. Dan ini" pria itu menunjuk  sudut dahinya yang terdapat plaster.

"Karena dia! Sialan!"  Semuanya serempak mengulas senyum.

"Kita bales dia nanti. Yang terpenting sekarang kita harus mulai bergerak. Bales dendam harus tuntas!" Pria dengan kemeja putih panjang yang di gulung sebatas siku itu mengulas senyum miring sebelum kemudian beranjak di ikuti ke tiga pria lainnya yang ada di sana.

Berlalu pergi meninggalkan ruangan itu yang tinggal di isi oleh si wanita berpakaian ketat.

"Gue jamin Lo bakal mati di tangan Gwe, sialan!" Wanita itu menekan putung rokok nya kedalam Asbak seolah tengah menusuk sesuatu.

______

Kini Aditsya dan teman-teman nya tengah berkumpul di taman belakang, jangan lupakan para pria mereka yang setia berada di sudut taman memantau kegiatan mereka.

Pesta sudah berakhir 1 jam yang lalu, para tamu juga sudah pulang dan kedua orang tua Aditsya dan Bagas juga sudah mengarungi alam mimpi. Tapi mereka masih memiliki tenaga dan malam yang panjang untuk bercerita banyak hal dan menikmati waktu yang ada.

Seperti sekarang, Aditsya bersama ke 4 sahabatnya tengah asik berbicara tepat di tengah taman yang sengaja di letakan satu meja berisi makanan dan minuman. Mengabaikan sebentar para pria mereka yang berada di sudut menikmati wine dan jangan lupakan Rokok.

"Sya" itu suara Rani yang memanggil, dan Aditsya menoleh, menatap sahabat baiknya itu dengan seulas senyum manis yang tulus.

"Ya, kenapa Ran? " Aditsya bertanya sedikit bingung karena mendapati raut segan dari wajah Rani.

"Aku minta maaf."

"Buat?"

"Buat Raka, dan kejadian waktu itu" Aditsya menatap tak mengerti sebelum setelahnya tertawa pelan.

"Astaga Rani. Itu udah lewat kali, dan aku udah jelasin ke kalian kan soal ini. Aku mohon stop ngerasa gak enak. Karena yang harusnya ngerasa gak enak di sini itu aku bukan kalian. Jadi enjoy aja karena kita sahabat.  Dan bukanya sahabat harus saling memaafkan?" Ke 4 nya mengangguk setuju. Sebelum berakhir dengan pelukan persahabatan.

Aditsya melepaskan diri, menatap sahabat-sahabat nya sebelum berkata pelan.

"Aku ke Bagas dulu" ke 4 nya mengangguk, membiarkan Aditsya berlalu dengan perlahan menghampiri Bagas yang senantiasa menatapnya penuh puja dan waspada.  Seolah cowok itu tau akan terjadi sesuatu terhadap wanita-nya kalau saja dirinya lengah barang sedetik.

"Honey awas!" Bagas dengan cepat berlari, menarik  Aditsya ke sisi kanan  membiarkan sebuah peluru menembus dan memecahkan sebuah Vas bunga besar tepat didepan sana.

Semua memekik heboh dan para pria yang berada di sana dengan cepat berlari untuk mengejar pelaku penembakan yang sudah jauh turun kebawah dan hilang di telan gelap yang melukis suasana malam.

Semuanya menghampiri Aditsya yang terlihat terkejut dengan apa yang terjadi.

"Kamu gak papa Sya?" Aditsya menggeleng lemah. Menatap Bagas, Aditsya menyiratkan rasa takut juga dengan benci yang kentara di mata wanita itu.

"Bagas ini apa? Siapa mereka? Kenapa ini terjadi Bagas?" Bagas mengangguk meyakinkan, memeluk wanitanya erat, menenangkan dengan tangan yang menyelipkan beberapa helai rambut Aditsya ke belakang telinga.

"Tenang Honey."

"Mereka siapa Bagas! Mereka dateng dari mana?"

"Tenang Honey. Mereka cuma parasit yang harus di musnahkan oke. Kamu tenang ini bukan apa-apa" Aditsya menatap tak mengerti.

"Bukan apa-apa gimana? Kalau sedetik aja kita gak minggir tadi, kamu bakal kena peluru itu Bagas!" Bagas mengulas senyum tipis, wanita nya ini.

"Honey, satu peluru gak bakal buat aku mati, kamu tau itu" Aditsya menggeleng tak habis pikir.

"Jadi siapa mereka?"

"Aku belum tau pasti. Tapi aku yakin satu hal"

"Apa?"

"Ini awal pembalasan mereka" Aditsya semakin menggeleng tak habis pikir. Wanita itu bahkan mengusap rambutnya kasar saking benci-nya atas apa yang terjadi barusan.











TAMAT.

_____

Aku serius  cerita ini cuma sampe di sini dan gak ada ekstra part buat Boyfriends?? Ini. Oke?

Buat cast Bagas aku serius mau ganti tapi sedikit ragu juga. Gimana menurut kalian?

Oke see you.

Boyfriends???   [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang