Part32 [REVISI]

2.8K 48 2
                                    

" Bukan usia yang membuat seseorang dewasa. Tapi terkadang keadaan yang memaksa seseorang untuk bersikap dewasa tanpa tau usia."

-Aditsya P. Hermawangsa-

Happy reading❤

*-*

Drettt... Drettt....

Sialan!

Dengan geraman keras Aditsya menurunkan badan-nya dari kungkungan Bagas, yang juga sama-sama terganggu dengan adanya suara telfon yang sial-nya dari handphone milik Aditsya yang entah panggilan dari siapa.

Mengambil Handphone dari saku belakang celana hotpants dengan kesal yang bertambah kesal saat mengetahui siapa yang menelfon saat Aditsya liat jam dinding di kamar hotel-nya menunjukan pukul 2 dini hari. Dan Aditsya tau cowok menyebalkan yang menelfonnya itu pasti tau benar perbedaan waktu antara London dengan Indonesia.

"Hallo?"

"Sialan Shendy! Lo gak tau disini jam berapa hah?!" Aditsya melirik sekilas pada Bagas yang memutar mata cowok itu jengah sebelum menumpukan kepala pada bahu kiri Aditsya yang masih berdiri tepat didepannya.

"Hell of cours I know. Tapi harusnya Gwe dong yah, yang marah karena Lo gak hadir dirapat calon kali ini!" Aditsya mengernyit, sebelum otak cantik-nya teringat kalau hari ini seharusnya jadwal rapat calon di laksanakan.

Aishh dia lupa!

"Oke sorry Gwe lupa. Udah Gwe ngantuk bay!"

"Sya, bentar Tuhan! Lo harus pulang sekarang Gwe gak mau tau! Bentar lagi debat visi misi Sya! Kita belum ngerjain apa-apa." Aditsya mulai tak konsen, saat dengan lembut dan membuai Bagas mulai mencium setiap jengkal leher jenjangnya. Mencipta gelayar aneh yang mengundang hasrat lebih liar.

"Sya! Hallo?! Sya lo denger Gwe kan? Sya?"

"Ngehh...ahhh"

Tuttt... Tuttt...

Tanpa menunggu persetujuan dari Shandy dengan cepat Aditsya mematikan sambungan telfon dan mendorong Bagas hingga jatuh pada sofa single yang berada tidak jauh dari mereka semula berdiri.

Menatap Bagas penuh hasrat dengan gerakan sansual Aditsya mendekat sebelum dengan pelan naik pada pangkuan Bagas.

Aditsya tersenyum disela kegiatannya membelai wajah menawan Bagas dengan jari telunjuk, sebelum berhenti tepat pada dagu Bagas yang mulus tanpa satupun bulu yang menghiasi.

Mendekatkan wajah, Aditsya mengalihkan sebentar pandangannya dari bibir Bagas menuju kedua kelopak mata Bagas yang sudah dipenuhi dengan kabut gairah. Ahhh Aditsya tau seberapa Bagas menahan semua ini. Dan tentu dengan pasti Aditsya juga menginginkan hal yang sama.

Sekali lagi senyum Aditsya terlukis sebelum dengan lembut cewek itu melumat kedua bibir Bagas yang menggoda, yang dibalas dengan liar oleh Bagas. Kegiatan yang akan membawa mereka menuju malam yang panjang.

                          *-*
Shendy menggenggam Handphone-nya erat, begitu erat hingga membuat ruas putih yang tercetak disela-sela jari cowok yang kini menjambak kuat rambut-nya itu. Shendy bukan marah karena telfon-nya dimatikan begitu saja oleh Aditsya, sungguh Shendy tidak akan marah kalau saja mungkin cewek itu ingin tidur atau pergi makan atau apapun Shendy tidak akan marah, Yang membuat Shendy marah adalah suara terakhir yang dia dengar dari Aditsya tadi.

Boyfriends???   [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang