Part24 [REVISI]

3.5K 44 2
                                    

Aditsya berdiri tepat didepan tembok yang hanya sebatas perut-nya dengan kedua lengan kokoh dari orang yang selalu dia sayang itu. Tolong garis bawahi kata 'sayang' karena bagi Aditsya kata sayang yang dia tunjukan untuk Devano adalah benar sayang, bukan bercanda.
Aditsya juga tidak tau kenapa, hanya saja Devano dimata Aditsya itu spesial.

Mainannya yang spesial.

Mungkin karena Devano adalah orang kedua yang Aditsya temui setelah Bagas yang secara tidak langsung adalah Mainannya yang lama.
Dengan lembut Aditsya mengusap rahang kokoh milik Devano yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Aku seneng kalo kamu berangkat sekolah Dev"

"Tapi Aku gak suka sekolah Hanny" jawab Devano dengan meletakan dagunya pada bahu Aditsya dengan sesekali menggesekan hidungnya pada leher jenjang milik Aditsya yang kata cowok itu adalah tempat kesukaaan-nya.

"Kenapa? Males belajar?" Aditsya tau betul siapa Devano. Walaupun cowok itu memiliki IQ yang tinggi namun entah kenapa Devano tidak suka dengan belajar, entahlah bagaimana cara cowok yang sekarang berhadapan dengan-nya itu bisa mendapatkan kepintarannya, mungkin keturunan?

"Kamu lagi ada masalah?" lagi, Aditsya mengusap rahang Devano dengan lembut, membuat cowok yang selalu mempesona itu memejamkan mata menikmati setiap sentuhan, juga jemari Aditsya yang membelai lembut rahang hingga pipi-nya.

"Aku cape Sya" Tutur cowok itu penuh manja bahkan sekarang Aditsya harus menahan geli karena Devano yang menyembunyikan wajah cowok itu diceruk leher-nya.

"Masalah pekerjaan?" Devano mengangguk, membuat Aditsya sedikit meremang karena gerakan cowok itu. Sebelum dengan perlahan cowok yang menyembunyikan wajah dilehernya itu beranjak keposisi semula. Berdiri tepat didepan Aditsya.

"Kamu tau Sya, Sekertaris Aku?"

"Bu Salma itu? Dia kenapa?"

"Iya, dia cuti ngelahirin dan sekarang Aku belum dapet pengganti buat sementara ganti-in dia."

"Ouh, Kamu cape karena gak ada yang bantu Kamu gitu?" Devano mengangguk lesu.

"Hmm, kasian banget sih Devano-nya Aku. Ah gini aja! Gimana kalo Aku bantu Kamu buat ngurus kerjaan yahh Sekertaris sementara selama dua minggu gimana?" Devano menatap Aditsya penuh binar.

"5 bulan aja gimana? Biar sekalian heheh yah, mau yah?"

"Ishh Kamu mah. Kan Aku juga ada hal lain yang harus Aku urus Dev"

"Uluhh, emang urusan apa hm? Cowok lain yah?" tuduhnya membuat Aditsya sontak membulatkan mata

"Yah enggak lah. Nihh Aku kasih tau, Aku kan mau ikut pemilihan Osis. Jadi Wakil...kerenkan Aku?" jelas Aditsya penuh bangga.

"Ouh. Yeh baru aja Wakil masih calon lagi udah bangga aja dasar Aditsya-nya Devano" ucap Devano dengan tak segan untuk mencubit kedua pipi Aditsya gemas.
Membuat cewek itu mendengus sebal yang tanpa sungkan membuat Devano memeluknya erat serat akan rindu yang dibalas dengan hal serupa juga rasa yang sama.

Rindu.

Devano sedikit melonggarkan pelukannya menatap Aditsya yang masih melingkarkan kedua tangan pada pinggang cowok itu. Perlahan Devano mulai mendekatkan wajah-nya diikuti dengan gerakan kedua tangan yang perlahan naik, sebelum berhenti di kedua pipi Aditsya. Yang tepat bersamaan dengan bibir panas milik Devano yang menyentuh bibir semerah cerry milik Aditsya.

Dan mungkin ini salah satu yang Aditsya suka dari seorang Devano Maxime. Ciuman. Yah, dia suka ciuman Devano yang membuai

Perlahan...

Perlahan...

Hingga penuh nafsu dan tuntut..

Aditsya suka itu, dan mungkin itu adalah salah satu ciri khas seorang Devano. Dia yakin jika suatu hari dirinya melepaskan cowok itu, semua wanita akan berebut dan mudah terbuai hanya dengan prilaku manis seorang Devano.

Devano dengan semua sikapnya mungkin bisa menaklukan seluruh wanita di dunia.

"Ahh..." Aditsya mendesah, menciptakan hasrat yang semakin menggelora didalam diri seorang Devano.

Dengan nafsu Devano semakin mengencangkan remasan-nya pada kedua gundukan milik Aditsya. Membuat Aditsya yang sekarang mengalungkan kedua tangannya pada leher Devano itu menggila akibat sentuhan dan kecupan panas cowok itu di setiap jengkal leher-nya.

"Dev... Ini gilahh" Devano mengulas senyum disela kegiatannya membuka kancing demi kancing seragam putih Aditsya sebelum mengeluarkan salah satu gundukan kembar itu dari sarangnya.

"Devhh... Nanti ada yanghh ahh liath" tanpa mau perduli Devano terus melancarkan aksinya. menghisap, memilin, menggigit kecil, meremas yang lainnya tanpa ampun. Membuat Aditsya hanya bisa menikmati juga pasrah dibawah kendali seorang Devano Maxime.

____

Aditsya berjalan melewati lorong demi lorong sekolah yang sepi, iya sepi karena waktu yang sudah menunjukan pukul 17.00 sudah bisa diperkirakan berapa lama dirinya dan Devano menghabiskan waktu di rooftop sebelum berakhir dengan cowok pemilik perusahaan M'Luxury cabang ke-5 itu pergi karena panggilan kerja. Yahh mungkin itu-lah resiko memiliki pacar seorang pimpinan perusahan.

Menghentikan langkah-nya, tepat didepan pintu masuk gedung aula saat indra pendengarannya menangkap drap langkah kaki yang pasti bukan hanya miliknya dan yang pasti bukan dari dua pengawal rahasianya yang tidak mungkin berada di sekitarnya saat ini. Lantas siapa pemilik langkah kaki yang terdengar seperti drap langkah pria itu?

Hilang...

Drap langkah itu menghilang, atau berhenti? Mencoba tenang Aditsya harus berfikir positif, mungkin itu hanya suara langkah kaki tukang kebersihan sekolah. Mencoba mengabaikan, Aditsya kembali melajutkan langkah-nya sebelum akhir-nya kembali terhenti tepat di langkah-nya yang ketiga.

Kali ini Aditsya yakin, kalau itu bukan suara langkah kaki tukang kebersihan sekolahnya, lantas siapa? Menyoba hati-hati Aditsya menoleh dengan pelan.

Kosong...

Tidak ada siapa-siapa

Lantas itu suara langkah kaki siapa? Apa dia berhalusinasi akibat terbang karena sentuhan Seorang Devano? Tidak! Ini nyata! Lantas kenapa seperti dalam filem horor, dimana pemeran utama-nya dikejar hantu yang meneror? Apa itu juga sedang terjadi padanya? Tidak. Oh Aditsya, ini bukan filem horor dan semua adegan itu tidak ada!

Mengatur nafas, Aditsya mencoba menenangkan debar jantung-nya yang menggila karena pemikiran-nya sendiri. Sebelum kembali melanjutkan langkah untuk segera meninggalkan sekolah.

Tapi....

"Hampp hmpp! Hmppp!?" Aditsya tertegun saat dengan sengaja seseorang membekap mulut-nya menggunakan tangan dan saat kepala seseorang itu berada tepat disebelah kepalanya yang berada dalam dekapan tangan kokoh seseorang itu.

Aditsya membulatkan mata, saat mengetahui siapa seseorang itu yang hanya dibalas dengan senyum miring seseorang itu disebelah kepalanya, sebelum akhirnya dengan perlahan seseorang itu melepaskan tanganya dari mulut Aditsya yang sempat dia bekap tadi.

Dengan rakus Aditsya menghirup oksigen yang sempat tidak bisa dia hirup sesaat lalu, akibat ulah jahil seseorang yang sekarang tengah menatapnya penuh senyum yang sulit Aditsya artikan apa itu.

Bahagia tidak...

Menyebalkan juga tidak...

Seperti bukan seseorang yang dia kenal...

Dengan sedikit keras, Aditsya memukul lengan atas seseorang yang sempat membuatnya harus menahan nafas itu.

"Kamu nyebelin yah..."

"Alex"

______________

Tetttt... Haii kalian!

Ada yang mau tau apa kelanjutannya? Atau berhenti di sini?

Jangan ya? Karena yang berhenti di tengah jalan itu gak enak!

Oke jangan ambigu! Sipp otw next chapter!!

😊

Boyfriends???   [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang