Dengan sangat terpaksa aku pulang bersama Ka Gita. Aku pun sadar aku tak bisa memaksakan diri, apalagi kepalaku sangat pusing.
Kini kami berada di dalam GoCar yang sudah dipesan ka Gita. Tak ada obrolan diantara kami. Jangankan obrolan, kami duduk berjauhan seakan memberi jarak batas. Aku sengaja mengambil posisi memojok, Ka Gita pun ternyata sama.
Pandanganku hanya tertuju pada di luar jendela, memandangi keadaan jalanan. Gelap, hujan, namun tetap ramai. Sesekali aku menyeka air mataku yang terus mengalir.
Otakku bahkan membayangkan bagiamana kejadian itu terjadi. seolah itu tak benar ka Gita berbohong padaku. Tapi saat di ruang istirahat, cara ci Shani menghentikan ka Gita, dan cara ka Gita tersenyum pada ci Shani, apa mungkin mereka ada main? Apa seorang Ci Shani juga melanggar golden rule?
Sedangkan ka Gita, aku dapat melihat dari pantulan jendela. Kini dia melihat kearah ku, terus memandangiku. Cara dia memandangku membuat air mataku terus mengalir. Rasanya aku merasa di bodohi dengan tatapannya itu. Tatapan itu ternyata bukan hanya untukku saja.
Hah. Bodoh. Aku pikir sosok ka Gita yang diam itu beda dari yang lain. Tapi nyatanya itu salah, mungkin saja bahkan lebih buruk.
Akhirnya perjalanan yang biasanya terasa singkat, kini terasa sangat memakan waktu yang banyak. Kami sampai di kediamanku. Aku segera turun, terdengar pula ada pergerakan padanya.
"Marsha." Ucapnya seraya menghentikanku yang bergerak masuk ke rumah.
"Maaf." Lirihnya penuh rasa bersalah. "Maaf aku berbohong."
Kata bohong sukses membuat ku melihat kearahnya. Bukankah sekrang Ka Gita sedang mengakui dia bohong tentang cium pipi itu?
Aku menatapnya kesal. "Kamu harus ngerti situasinya, aku ga bisa nolak. Terus aku jugaaaa," ucapnya terhenti sejenak. "Aku juga butuh Gimik, aku ingin maju disini. Ga ingin berdiam di tempat seperti ini."
Gimik? Terus hubungan kita?
Plak
Tanganku yang kutahan akhirnya melayang, mendarat mulus di pipinya."Kita PUTUS!" ucapku memberi penekanan pada kata putus. Dan segera meninggalkannya.
Aku berlari menuju kamarku, menghiraukan mami dan papiku yang menungguku dengan wajah yang cemas.
Segera membanting kan tubuhku ke kasur. Menangis. Menyembunyikan wajah.
Kecewa.
Itu mungkin yang lebih tepat menggambarkan nya.***
Hari ini aku baru kaluar dari RS setelah selama 5 hari di rawat gara-gara sakitku. Aku terkena typhoid fever alias tipes. Sepulangnya dari Theater waktu itu aku langsung dilarikan ke RS karena tubuhku yg menggigil dan demam tinggi serta berkeringat dingin.
Hah.
Aku baru mengecek kembali hpku setelah sekian lama, banyak notif masuk baik dari personel chat, maupun grup chat. Tapi tak ada satu pun chat masuk dari Ka Gita, sepertinya dia sedang sangat menikmati kejombloannya.Saat semua member datang menjengukku, tapi Ka Gita tak ada. Ci Shani pun terasa canggung saat menjengukku. Apa mereka ada hubungan?
Hah. Bodoh. Apa peduliku pada mereka? Mau ada hubungan kek? Beneran ciuman kek, aku benar-bener gak peduli sekarang. Terserah.
Ku buka grup chat KAMI, saat melihat pemberitahuan masuk chat dari khatrina dengan emot sedih.
Khatrina
😭😭😭😭
Ka Gitaaaa 😭😭😭Indah
Cup cup cup jangan sedih AtinKhatrina
Gue jadi ga bisa manja manjaan lagi sama ka Gitaa.. 😭😭