Cup.
"Kangen." Ucapnya berbisik
"Aku juga." Ucapku tak kalah berbisik dalam pelukannya.
Cup.
"Jangan mancing deh. Kalau mereka Dateng gimana?" Ucapku mengingatkan untuk berjaga-jaga.
Cup.
"Kan aku kangen sayaang." Ucapnya yang masih selalu memberikan kecupan bibir tanpa jeda.
Kalau terus seperti ini kan, akupun akhirnya terbawa suasana juga.
Kubalas ciumannya. Ciuman kami berubah menjadi ciuman liar. Kecupan singkat berubah menjadi kecupan ganas. Bertukar siliva.
Aku mulai menjatuhkan ciumanku di leher jenjangnya. Mengecupnya. Terkadang menjilatinya. Menghimpitnya, mengharapkan akses lebih untuk melakukan hal luar biasa.
Tanganku bergerak cepat, meremas pantatnya. Memberikan rangsangan lebih. Menelusupkan tangan ke kaosnya.
"Aarghh git, aahh sayang." Desahnya menikmati kegiatan nakalku.
Aku berhati-hati sesekali melirik pintu masuk.
"Hahahaha lu sihh." Suara tawa terdengar mendekat.
Gawat! Ini ga bisa di terusin lagi.
Aku langsung menghentikan aktifitasku.
Cup.
Mengecup bibirnya."Maaf." Aku merasa bersalah meninggalkannya dalam keadaan seperti itu.
"Nanggung git." Dia mengharapkan lebih.
Aku menggeleng dan segera memberi jarak.
Crek.
"Woii git, rajin bener lu udah di sini aja. " Komentar Eli saat melihatku sudah berada di backstage Theater.
"Iyaalaah emang lu. Gue udah mau pergi lu baru mau mandii." Balasku.
"Ci dia pasti mau carper kan, pengen punya jabatan tuuh diaa."
"Sekate-kate lu." Tumbalku.
Mamber lainpun mulai berdatangan. Aku hanya bisa meliriknya tanpa berani mendekat.
"Cii, ko jamput aku siih?" Suara itu dan keberadaan orang itu mungkin yang paling ingin aku enyahkan di muka bumi ini.
"Tadi dadakan ada pembicaraan dulu mengenai tour." Tembalnya.
"Jadi kita bisa satu wilayah kan ci?" Dia menjawab dengan memberikan pada pacarnya itu.
Hah.
Nasib.
Pacar rahasia.
Masih mending pacar rahasia.
Selingkuhan.
Selalu jadi yang kedua itu hal biasa.Aku menganguminya sedari dulu. Dan rasa kagum itu lambat lain berubah menjadi cinta. Walaupun seperti itu, bukan berarti aku yang lancang mengajaknya berpacaran. Dia . Dia sendiri datang menghampiriku. Menawarkan cinta.
Aku pun tak tau, apa yang membuatnya tiba-tiba mengajakku berpacaran. Karena saat itu dia sudah menjalin kasih, bahkan hubungannya bukan hal yang biasa. Semua orang mengetahui hubungannya. Hubungan mereka bukan hubungan sehari dua hari, 6 tahun.
Apa dia bosan?
Apa dia sudah tak cinta kekasihnya?
Pikiran naif seperti itulah yang ada di pikiranku saat itu.Tapi yaaa ginilah cinta. Aku jadi bodoh. Jadi buta. Menerima tawaran itu. Dan akhirnya hampir 5 bulan sudah aku terjebak dalam ikatan aneh ini.
Aku mulanya berpikir hubungan kami hubungan biasa seperti yang lainnya. Tapi ternyata tidak. Hubungan terjalin hubungan dewasa. Aku cukup kaget, saat dia pertama kali tanpa sungkan mencium bibirku. Bagaimana tidak. Itu first kiss ku.