"aku pikir hanya aku saja yang sakit. Tapi ternyata aku salah. Kamu juga. Maaf."
***
Kehidupan ku hancur berantakan, semenjak Veranda memutuskan grad dari JKT48. Aku terima saja jika dia grad, tapi kenapa harus mencampurkan semuanya dengan perasaan. Dengan hubungan kita.
Aku tak bisa terima. Saat kata putus terlontar dari bibirnya. Bagaimana aku terima? Dia tak memberikan alasan. Apa aku salah? Atau aku tak bisa membuatnya bahagia? Atau dia punya kekasih lainnya.
Dia hanya bilang. "Kita putus."
Saat ku bertanya kenapa.
"Ya artinya aku dan kamu itu udah gak ada hubungan apapun. Aku udah bosen sama kamu."
"Bosan? Bosan katamu?"
"Iya bosan. Karena kamu sangat membosankan." Ucapnya seraya meninggalkanku.
Bosan? Jika aku membosankan kamu tidak akan bertahan begitu lama bersama ku Veranda. Hubungan kita bukan satu dua tahun. 4 tahun Veranda.
Kalau kalian pikir aku hanya diam. Tidak. Kalian salah. Aku berusaha mendapatkannya kembali. Sayang, setelah ucapan itu aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Hilang. Dia seperti di telan bumi.
Sebenarnya setelah Veranda mengumumkan grad, aku pun langsung mengajukan grad. Namun JOT meminta ku untuk menahannya setidaknya 6 bulan. Pasalnya beberapa gen 1 mengajukan grad. Melody salah satunya.
Akupun akhirnya grad dari JKT48 satu tahun setelah Veranda grad. Aku pikir setelah aku grad, aku akan leluasa mencari keberadaan mu. Tapi nyatanya tetap saja aku tak bisa menemukanmu.
Kemana sebenarnya kamu Veranda?
Apa kamu benar-benar membenciku?Jangan pikir kehidupanku lebih baik. Salah. Aku jadi pecundang. Menghabiskan malam tak menentu, bertemu orang-orang tak jelas, menghabiskan malam dengan cara tak jelas pula.
"Teguk habiiiis Naomi!" Seru Tamara yang baru ku kenal beberapa hari di tempat bising ini. " Mantap."
Ya mabuk. Itulah aku. Kegiatan malamku. Ke club' malam hanya untuk mabuk mabukan. Atau diam di apartemen dan mabuk lagi.
Gila. Aku seperti orang gila. Atau mungkin aku memang gila. Dan gila nya aku, itu berlangsung bertahun-tahun hingga kini sudah memasuki tahun 2020. Artinya itu tepat 3 tahun tanpa kamu Veranda, dan aku tetap tak bisa melupakanmu. Sedikitpun, Tidak.
"Aw." Ringisku ketika sesuatu terasa menusuk lengan ku.
"Udah Naomi Lo nikmatin aja." Ucap Tamara, yaa memang pada dasarnya gue ga peduli apa yang dilakukan.
Semakin hari, aku merasakan sesuatu sensasi yang berbeda pada tubuh. Sensasi hiporia, bersemangat, bahkan tubuh ini rasanya tak merasakan kantuk.
Namun, seketika pula aku merasakan pula tubuh yang mulai dingin, menggigil, merasakan takut, dan tak percaya diri.
"Sshh tam, gue harus balik. Gue ga kuat nih." Ucapku merasa tubuh menggigil bukan kedinginan tapi merasa ada yang sesuatu yang kurang dalam diriku.
"Ini!" Tamara memberika bungkusan kecil, yang terlihat seperti tepung(?) "Lo coba, Lo akan suka."
Aku yang hilang akal, langsung memakannya. Benar saja beberapa jam kemudian tubuhku merasa lebih baik.
"Gilaa. Apaan tuh?" Tanya ku pada Tamara saat merasakan kembali suasana euforia.
"Kalo Lo butuh tinggal hubungi gue, ada uang ada barang." Ucapnya.
Setelah sering ku konsumsi, aku tau apa yang ku konsumsi. Aku kecanduan. Aku pecandu. Akal sehatku menyuruhku berhenti, tapi tubuhku tak bisa. Lagipula, barang itu benar benar membuatku senang, lupa akan Veranda. Aku bersenang-senang karena barang haram itu.