Gebyar JKT48 Show 2

539 47 6
                                    

"Hmm iya, Gita cium aku." Jawab ci Shani santai.

Aku mencoba menahan air mataku, aku menepis saat Ka Gita mencoba memegang lenganku.

"Kalau kamu ga percaya bisa tanya yang lain." Shani mencoba meyakinkanku. "Iya kan Fen?"

"Iya Gita cium pipi Shani." Ka Feni langsung membenarkan.

Aku langsung melihat kearah ka Gita, menatapnya kesal. Bahkan rasa kesalku lebih dari sebelumnya. Kesalku bertambah karena Ka Gita berbohong, kalau saja dia jujur aku akan menganggapnya itu hanya hiburan show saja. Ya walaupun ciuman itu sedikit keterlaluan, tapi dibandingkan berbohong? Setidaknya aku mendengarkan kejujurannya.

"Sha, ga gitu." Ka Gita menatapku mencoba meyakinkanku. "Aku gak gitu."

Rasanya saat itu juga aku ingin melayangkan tamparan di pipi ka Gita. Tapi aku mencoba menahan diri. Aku tak ingin membuat gaduh, dan membuat kakak-kakak member curiga pada hubungan kami.

Aku memalingkan wajah, berjalan dengan sengaja menabrak ka Gita.

"Sha. Marsha." Seruan ka Gita terdengar. "Aku antar kamu pulang, kamu masih sakit."

"Gak perlu!"

Aku menahan segalanya, menahan amarah, menahan rasa kecewa, menahan kesedihan bahkan menahan air mata. Membuatku merasa kepalaku lebih berat dair sebelumnya.

"Kepalaku aduuh. Pusing." Aku terdiam sebentar memegangi kepalaku.

GITA POV

"Iya Gita cium pipi Shani." Ka Feni langsung membenarkan ucapan ci Shani.

"Bangsat!" Hardikku dalam hati dengan kebohongan mereka dan menatap mereka bergantian dengan kesal.

Ada apa dengan ci Shani dan Ka Feni? mengapa mereka berbohong pada Marsha? Apa maksudnya?

Untuk saat ini akan ku abaikan kebohongan mereka. Karena secepatannya, para Wota akan  membuktikan kebenarannya.

Brugh.

"MARSHA!" Teriakku refleks saat melihat Marsha pingsan.

Aku bergegas menghampiri Marsha, "biar aku aja Ka." Ucapku mencoba mengusir kerumunan di dekat Marsha.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangkat Marsha. Membopongnya.

"GITA!" Suara CI Shani berteriak. Aku hanya meliriknya sekolah menatapnya dengan tatapan perang.

"Semua gara-gara Lo." Mungkin itu yang akan kuungkapkan, kalau saja, kesopan santunan ku sudah hilang.

Aku membopongnya dengan berjalan cepat, Menuju ke ruangan istirahat yang jauh lebih luas.

"Kenapa kamu maksain diri kaya gini? Kamu kan masih sakit Cha."  Aku sesekali melihat wajahnya yang penuh keringat dingin.

Sesampainya di sana, aku menidurkannya. Karena memang tak ada kasur, aku menidurkannya di meja. Mengambil jaketku di loker. Dan mengambil minyak telon yang ada di loker Muthe.

Ku jadikan jaketku sebagai bantalan kepala Marsha. Segera ku lumuri minyak telon pada tanagn dan kaki Marsha. Dan sesekali mendekatkannya pada hidung Marsha, berharap bau sereh dari minyak telon ini dapat segera membangunkannya.

"Gita!" Seruan itu aku abaikan.

"Gita!"  Aku masih sibuk melumuri tubuh dingin Marsha dengan minya telon.

"Gita!" Aku berjalan melewatinya, mengabaikannya. Mengambil beberapa jaket yang tergantung di kursi.

"GITA." Intonasinya meninggi.

Aku menyelimuti Marsha dengan jaket yang entah milik siapa. Karena aku benar-benar tak peduli kepemilikannya.

"Ayo Cha bangun." Ucapku mengusap-usap tangannya agar hangat.

Bahuku sedikit di dorong membuatku terpaksa melihat lawanku.

"GITA, kalau bertindak itu mikir dulu. Kamu pernah cedera."

Aku tersenyum miring meremehkan. "Mikir?" Aku semakin meremehkan. "SlAPA yang sebenarnya HARUS berpikir?"

"Bukan Gue." Aku menggeleng menampik bahwa aku telah sembrono dalam bertindak. "Tapi Lo Ci." Untuk pertama kalinya aku menggunakan Lo Gue saat bicara dengan yang lebih tua.

"Marsha kaya gini karena Lo. Lo yang gak mikirin akibat dari kebohongan Lo."

"Git,,"

"Marsha berharga Ci buat Gue. Sangat berharga. Gue sayang Marsha. gue Ci......" Ucapan ku sontak terhenti ketika ci Shani menutup mulutku.

"Sttt." Ci Shani mencoba menekan intonasiku yang meninggi.

Ci Shani bergerak ke arah pintu, melihat keadaan di luar ruangan. Menutup pintu dan menguncinya.

"Aku tadi hanya menguji Marsha, ingin melihat apa reaksi Marsha?" Shani menjelaskan. "Sejak awal aku merasa aneh kenapa Marsha yang sedang sakit memaksakan diri ke sini hanya untuk bertemu kamu." Ci Shani menunjuk-nunjuk ku.

"Apalagi saat Marsha bertanya soal itu, aku menjadi tau apa alasannya disini." Ucapan ci Shani terhenti.

"Kalian telah melanggar golden rule. Kalian sadar akibatnya?"

Shit. Aku di jebak. Kita terjebak. Aku tak mungkin berbohong, apalagi tadi tanpa sadar aku berteriak pada ci Shani dan mengungkapkan perasaanku.

"Bukan cuma Marsha, tindakan kamu juga membuktikannya. Aku langsung mendapatkan dua jawabanku tentang hubungan kalian."

"Dan aku harus bertepuk tangan untuk kalian berdua." Shani bertepuk tangan meremehkan. "Kalian sukses membohongi kita semua, Bahakan jika aku berkata jujur pada jot atau member lainnya tentang kalian, mereka hanya akan menertawakan ku."

"Kalian sukses. Kalian sangat berbakat." Ci Shani menarik nafas sejenak. "Aku tertipu Git, dengan kediaman mu. Aku pikir kamu takkan berani macam-macam, aku menaruh harapan padamu, walaupun kamu pendiam kamu punya sikap mengayomi. Tapi hari ini aku tau, pandanganku salah tentangmu."

"Ci." Suaraku melemas. "Aku mohon, jangan libatkan Marsha. Aku mohon." Akhirnya aku berani bersuara dengan suara bergetar.

"Jangan libatkan Marsha? Becanda kamu, Hah?" Ci Shani menatapku tak percaya. "Kalian berdua melanggar golden rule, bagaimana mungkin aku juga tak mengambil tindakan pada Marsha?"

"Ci, aku mohon. Biar aku yang menanggungnya. Aku akan biarkan kesalahpahaman itu terjadi. Aku akan biarkan semuanya. Bahkan aku bisa membuatnya membenciku. Ci aku mohon," aku menatapnya penuh harap. "A...aaaku aku sudah tidak ada harapan, cidera ku.... Aaaku" Suaraku parau, mulai menghela nafas memberanikan diri mengeluarkan kata-kata lainnya.

"Nghhh"  suara itu sukses membuatku  terhenti.

"Marsha?" Aku memegangi tangannya, dia menepis nya berkali-kali.

"Kamu gpp CHa?" Ci Shani pun bertanya penuh rasa khawatir.

"Aku gpp ci."  Marsha mulai bangun dari tidur. "Aku mau pulang aja, aku permisi."

"Aku antar." Aku langsung menawarkan diri. Memakaikan jaketku pada Marsha namun dia menghempasnya.

"Cha kamu diantar Gita aja, bahaya kalau ada apa-apa." Perintah ci Shani sukses membuat Marsha tak menolak.  Aku langsung memegangi Marsha, walaupun Marsha masih terlihat menolak ku.

Ci Shani memegangi tanganku. Membuatku melihat kearahnya. "Aku pegang kata-kata mu." Ucapnya tegas.






Tbc

Gimana nih ada yang udah vc sambil malmingan? Ato jadwal vc nya hari ini??

ONE SHOO(R)T STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang