"Kalimat yang digunakan Ve kurang sederhana?" aku mengangguk. Biarlah Melody menjelaskannya lagi.
"Aku, Ve dan Ayana sepakat untuk berbagi kamu," jelas Melody yang masih saja tidak aku mengerti.
"Berbagi...Aku? Aku dibagi-bagi?" tanyaku dengan bodohnya.
"Ih kak Naomi bego! Maksudnya tuh, kita bertiga gak ada yang mau putus. Kita bertiga tetep jadi pacarnya kak Naomi," jelas Ayana yang kini telah ku mengerti. Aku mengangguk-angguk.
Tapi, mereka bertiga? Pacarku?
"Hah!? Kalian? Jadi pacar aku semuanya?" mereka kompak mengangguk.
"Bukannya dari awal juga gitu?" cibir Ve.
"Tau nih sok kaget," tambah Ayana.
"Dan ini jadwal kakak harian kakak bersama kami selama sebulan. Kamk telah mebgatyrnya." Ucap ayana memberikan buku harian padaku.
Aku membaca. Dari mulai hari senin pukul 6 pagi yang berakhir pukul 10 malam.
"Tapi...tapi... Gracia..." ketika aku menyebut nama Gracia, mata mereka bertiga melotot tajam.
"Apa Gracia? Kamu mau nambah lagi? Gak cukup kita bertiga aja ha?" semprot Melody tepat di hadapan wajahku sambil berkacak pinggang.
Tbc
Next
"Ya kalau bisa sih nambah." Jawabku malu sembari menggaruk leher.
Brugh.
Veranda menggebrak meja kasar saking kagetnya membuatku terjungkal. Dan terjatuh."Kamu itu ya dikasih hati minta jantung. Bunuh sekalian aku Mi." Kesal ve. "Kamu tega sama aku Mi" ucapnya pergi begitu saja.
"Ve, veranda!" Teriakku menyerukan namanya.
Aku bermaksud mengejarnya. Namun Melody menghentikanku.
"Mel, lepasin aku. Aku ingin menyelesaikan masalah dengannya." Terangku.
"Masalahmu bukan hanya dengan ve, naomi. Tapi aku juga ayana. Kamu harus ingat itu."
"Maaf mel." Aku melepaskan pergelangan tangannya belari mengejar dan mencari keberadaan ve.
Ve dimana kamu?
Maafkan aku.***
Akhirnya aku menemukan keberadaan ve. Tentunya bearada di apartemanntnya.
Bukan hal yang mudah membuat veranda membukakan pintu untukku. Aku harus menunggu berjam-jam bahkan seharian penuh. Tapi perlakuan ini memang pantas kudapat. Entahlah apa aku akan mendapatkan pintu maafnya?
Diantara semuanya veranda lah yang paling berarti untukku. Dia bukan sekedar kekasihku tapi dia cinta pertamaku. Jelas aku menyanyanginya. Jelas pula perasaan cinta pun ada. Dan hanya dialah yang kutawarkan indahnya cinta dan saling bersama. Sedangkan melody dan ayana merekalah yang menawarkan cinta.
Itulah kesalahanku. Saat menerima cinta mereka. Mempermainkan perasaan mereka dengan alasan konyol yaitu tak ingin satu orang pun terluka hanya karena aku.
Toh kenyataannta selama 8 bulan ini aku bisa berlaku adil kepada mereka.
Tapi saat mereka sendiri menawarkan diri untuk membagi cinta rasanya ada perasaan tak terima diri ini. Karena aku tahu aku tak pantas mendapatkannya.
Dan aku tahu dari semuanya veranda lah yang paling terluka. Aku mengkhinati hubungan kami yang berjalan hampir dua tahun.
Dan hari ini aku sudah mengambil keputusan.
Keceritakan semuanya pada tentang segala keegoisanku segala keangkuhanku. Dan segala kesalahanku. Dan aku ungkapkan perasaan terdalamku padanya. Tentu tangis menghiasinya. Dia berhambur memelukku. Sebisa mungkin kuredam tangisnya dengan mengusap punggungnya.
"A..aku sayang kamu Mi." Ucapnya.
"Aku lebih menyanyangimu ve." Jawabku.
"A..aku mencintaimu. Sangat mencintaimu shinta naomi."
"Aku juga."
Dia meraih daguku membimbing wajahku agar mendekat. Mencium bibirku penuh perasaan. Aku menangis dalam ciumannya. Dia seakan menyalurkan segalanya dalam ciuman itu.
***
Kini setahun berlalu dari kejadian itu. Aku sudah memutuskan..........
"Hai ka Naomi." Si penyapa mencium pipiku.
"Gimana kuliahnya lancar?" Ucapku mengecup mengelus rambutnya.
Dia mengangguk dan langsung memeluk lenganku.
"Kangen.." ucapnya manja.
"Hai mi." Seseorang menyerukan namaku dari jauh.
Aku tersenyum. Dia langsung memelukku.
"Loh kok di kampus? Gimana kerjanya?" Tanyaku heran.
"Aku anter adikku urus pindah kuliahnya." Jawabnya.
"Ohh frieska jadi kuliah di jakarta?" Tanyaku antusias. "Mana frieska? kenalin sama aku." Aku semangat.
"Semangat banget." Komentarnya kesal.
"Hai Frieska aku..."
"Naomi kan?" Ucap frieska. Aku tersenyum. "Mbak imel sering cerita tentang kamu.."
Aku menjabat tangannya. "Oh ya? Semoga bukan hal yang buruk." Tangan kiriku menggaruk leherku yang tak gatal.
"Udah jangan lama-lama dasar ganjen." Komentar melody saat tangaku masih anteng menjabat tangan adiknya.
"Iya ihh ka naomi." Ayana menarik lenganku agar jauh dari frieska.
"Gimana kerjaannya? Lagi sibuk banget ya? Jangan lupa istirahat ya." Ucapku perhatian pada melody.
Cup. Melody menciumku tepat di ujung bibirku. "Kangen."
"Ih kok cium-cium ka naomi sih? Kangen sih kangen tapi ga usah pake cium bibir segala." Kesal ayana. "Aku aja cuman cium pipi."
"Oh kamu cium pipi " ucap melody langsung mencium pipiku
"Ih kok malah nyium lagi sih. Dasar tante genit." Kesal ayana. "Sini ka naomi, aku cium kakak dulu " ayana menarik wajahku agar berhadapan dengannya.
Aku mencoba menghindar. Sampai aku melihat sosok yang kutunggu sedari tadi.
"Aishh awas kalian minggir."
Tbc