Aku ingat 1 Desember 2019 bersamaan dengan terbentuknya Gen 9 JKT48, itulah pertama kali aku merasakan debaran yang luar biasa. Bukan karena menunggu hasil pengumuman peserta yang lolos Gen 9. Tapi ini debaran yang lain dari biasanya, debaran yang bersatu dengan gugup, nafas yang tersanggal dan rasa geli yang menggelitik perut dalamku. Kata orang ini Cinta. Ap
a benar?Mungkin saat itu bukan pertama kalinya kita bertemu. Beberapa kali aku melihatnya dan bertemu dengannya, namun hanya bertegur senyum. Apalagi dia memang terkenal dengan member yang tak banyak kata terucap. Dan apalagi saat itu statusku hanyalah peserta gen 9, rasanya akan aneh jika menyapa terlebih lagi dengan aturan-aturan JKT48.
Tetapi berbeda di satu Desember itu, terjadi hal yang tak terduga bahkan di tempat tak terduga. Mungkin bukan tempat yang romantis, bahkan bukan pertemuan romantis.
Kamar mandi.
Ya toilet. Pertemuan kami berikutnya di toilet."Hallo ka." Sapaku kala itu yang melihatnya ternyata sedang berada di toilet.
"Marsha ya?" Ucapnya meyakinkan dan aku mengangguk memberikan jawaban.
Tak ada lagi kata terdengar. Hening. Yaa aku tau member JKT48 terkenal pendiam, tapi aku tak menyangka hawanya akan sedingin ini.
"Duluan ya." Pamitnya.
Ku pikir dia akan benar-benar pergi, tapi mungkin baru beberapa langkahnya terhenti bahkan kini berbalik kembali.
"Ada yang ketinggalan ka?" Tanyaku memastikan.
Tiba-tiba saja, dia berjongkok dihadapan ku. Aku bingung bercampur kaget, dan bertanya apa yang akan dilakukan nya?
Wajahku tiba-tiba memerah. Dia mengikatkan tali sepatuku. Jantungku. Jangan tanyaa. Kini sedang bermaraton. Perlakuan kecil ini entah mengapa aku merasa diistimewakan.
"Lain kali hati-hati." Ucapnya mengingatkanku.
"Ma..makasih ka." Ucapku gugup.
Dia pergi.
Hah. Rasanya saya itu tubuhku melemas. Dan jikonya sangat cocok dengannya. "Diam. Bukan berarti tak memperhatikanmu."
Aura dinginnya tiba-tiba berubah hangat seketika.
***
Semua itu kenangan manis, karena nyatanya aku tak mampu mengungkapkan perasaanku. Bahkan kini debaran itu telah berubah juga menjadi sebuah kenangan."Gue suka ka Gita." Ucap Kathrin dengan wajah berbunga.
"Oh yaa?" Ucapku kaget.
Perasaan kaget karena dua hal. Aku tak menyangka karena sahabatku pun memiliki perasaan yang sama pada orang yang sama pula, ku pikir kemanjaannya sama halnya yang dilakukan Kathrin pada ci jesslyn, tapi ternyata berbeda.
Dan yang ke dua,
"Gue berencana menyatakan perasaanku pada ka Gita saat di tour Malang nanti. Gimana menurut Lo Sha?" Tanyanya.
"Ok. Good luck."
Aku tak menyangka Kathrin memiliki keberani yang tak kumiliki.
Sebenarnya aku pun tak terlalu pasif juga. Beberapa kali berada di dekatnya. Bercanda, mengobrol, tertawa, bahkan dengan ramahnya dia berbagi makanan denganku. Yaaa walaupun sebenarnya dia melakukan hal yang sama pada orang lain juga.
Dan sikapnya yang menurutku, merasa tak mendapatkan lampu hijau sejujurnya sudah lama aku mundur perlahan. Memberi jarak kedekatan. Jadi akupun tak menolak saat ada seseorang datang kepadaku perlahan menawarkan cinta.
Move on jalan terbaik bukan?
Lagi pula, sepertinya niatan Kathrin menembak ka Gita, berjalan dengan mulus. Toh buktinya, setelah nembak mereka jalan bareng. Nonton bareng. Bukankah itu artinya ada sesuatu yang terjadi diantara mereka?