Gracia pov
Aku sama sekali tak berharap banyak ketika pesan ka Naomi masuk dan mengatakan dia akan menjemputku. Karena toh, aku tak mempercayai ucapannya. Paling dia ngibulin aku seperti biasanya. Maka saat waktu menunjukan tepat pukul 14.00 aku memutuskan untuk langsung pulang. Tanpa menunggu. Buat apa menunggu? Kurang kerjaan.
Aku sudah berada di dalam taxi bahkan kini sudah hampir setengah jalan menuju kerumahku.
"Lo dimana?" Chat ka naomi masuk
"Di jalan ka." Balasku
"Di jalan dimana? Gue nunggu lo di kampus udah setengah jam tau."
Aku hanya membaca pesannya tanpa membalasnya. Paling dia bohong. Yang ada dia belum pergi sama sekali. Dan menunggu menjadi alasannya agar terliht baik.
Handphoneku kembali bebunyi. Pengingat chat line masuk kembali. Lagi-lagi dari ka naomi.
"Apalagi sih nih orang?" Kesalku.
Aku terkejut. Apa yang dikirim ka naomi adalah sebuah foto. Foto universitasku dan tepat di fakultasku.
What? Dia beneran disana?
"Pak balik lagi ya." Ucapku pada supir taksi itu terkejut namun mengikuti keinginanku sebagai kliennya.
Taxi kembali memutar arah. Kembali ke arah kampusku dan sampai dalam waktu 20 menit. Aku segera membayar argo taxi tanpa memperdulikan uang lebih yang seharusnya masih hak milikku.
Aku belari menuju fakultasku. Mengecek di tempat sama saat ka naomi mengirim foto teraebut.
Dimana dia?
Deg.
"Ahhh bego. Pasti dia cuman ngerjainku aja. Mana mungkin dia jemput aku. Cihh kenapa harus percaya? Mungkin aja itu foto yang diambilnya tadi pagi." Runtukku kesal terhadap kebodohanku dan mungkin pengharapanku akan keberadaannya.
Aku berjongkok memeluk lututku tanpa mempedulikan mahasiswa yang berhilir mudik.
"Ehmmm."
Aku terap diam. Mungkin itu hanya otang-orang yang merasa heran dengan tingkahku.
pluk.
Saat aku merasakan sesuatu mendarat di kepalaku.
Pluk.
Pluk.
Semakin sering.
Nih orang ga liat situasi banget sih, aku lagi kesel.
Segera aku berdiri menatap penuh menantang sang tersangka.
Namun jatungku berdegup cepat saat mata kami bertemu membuatku tak tau respon macam apa yang harus kuberikan pada otang yang kini dihadapanku.
"apa liat-liat? ayo pulang" ucap naomi sambil menarik tanganku dan aku hanya bisa menurutinya.
"kenapa malah deg-degan gini sih? ish jantung sialan." batinku.
"masuk!" ucap naomi
Aku tersadar dan langsung masuk ke dalam mobil naomi.
"pakai selfbelt nya,aku gak mau ya kena tilang gara-gara kamu" ketusnya tanpa melihat ke arahku.
"iya iya bawel" kesalku sembari berusaha memasang selfbelt namun tak kunuung berhasil sehingga kegiatan bodohku menyita perhatian naomi.
"ish susah banget sih? pake nyangkut segala..." gumamku yang dipenuhi kekesalan hingga ubun-ubun.